Three

1.2K 175 14
                                    

[ 540 Words ]

***


"Saat bel pulang sekolah berbunyi, pergilah  ke gudang di belakang sekolah lalu naiki sebuah tangga yang ada di dalam sana. Percayalah kau akan menyadari kalau bumi ini terlalu indah untuk kau abaikan."

***


Jihyo mengernyit tidak mengerti. Ia tidak mengenali tulisannya bahkan ia tidak menemukan nama pengirim pada pesawat kertas itu. Namun, Jihyo tidak sepenuhnya mengabaikan pesan di dalamnya. Ia ingin tahu apa maksud dari pesan itu dan hatinya berkata kalau orang yang mengirimnya pesawat kertas itu pasti ada disana.

Jadi, Jihyo memutuskan untuk pergi ke gudang belakang sekolah tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Begitu sampai di gudang dan menaiki tangga, Jihyo mendapati dirinya telah berada di rooftop. Jihyo pikir tempat seperti ini hanya ada di dalam novel, ia tidak pernah berpikir kalau tempat seperti ini ada di sekolahnya. Jihyo merasa takjub begitu melihat semua keindahan yang disuguhkan di bawah sana.

Dari sini, Jihyo bisa melihat seluruh penjuru kota. Bukan hanya patung raksasa yang ada di pusat kota saja, ia juga bisa melihat rumah kecilnya yang terlihat begitu mungil dibandingkan  gedung-gedung pencakar langit.

Untuk sesaat, Jihyo melupakan tujuan awalnya datang kemari. Bahkan dirinya tidak menyadari kalau sejak tadi ada orang lain yang diam-diam memperhatikannya sambil tersenyum penuh arti.

"Kupikir kau tidak akan datang kesini."
Jihyo berbalik dan tersentak begitu mendapati seorang siswa putih pucat, sedang berjalan kearahnya. "Kau siapa?"

"Aku?" Siswa itu menunjuk dirinya sendiri. "Namaku Yoongi, tapi kau mungkin bisa menyebutku sebagai penyelamatmu? Malaikatmu? Ahh ... atau jodohmu? Aku tidak keberatan."
Jihyo menatap datar Yoongi yang kini tengah tersenyum penuh percaya diri.
"Dasar gila!" Setelah mengucapkan dua kata itu, ia pergi meninggalkan Yoongi.

"Eh ... Tunggu! Tunggu!" Yoongi menghentikan Jihyo dengan mencekal tangannya. "Aku hanya bercanda."

Jihyo menghela napas, memilih mengalah dengan menuruti perkataan Yoongi. "Aku hanya akan bertanya sekali. Ini milikmu, kan?" Jihyo menunjukan pesawat kertas itu padanya. Yoongi mengangguk.

"Ini untukku?"

Untuk kedua kalinya, ia mengangguk lagi.

"Apa maksudmu? Kenapa memberikan ini padaku?"

"Tanyakanlah pada dirimu sendiri. Kau yang paling memahami kehidupanmu. Aku hanya ingin membantumu, tidak lebih."

Alis Jihyo semakin berkerut tidak mengerti. Perkataan siswa itu sungguh bertele-tele, membuatnya sulit menangkap apa maksud perkataannya tadi. "Memangnya ada apa dengan kehidupanku? Apa yang kau tahu dariku? Bahkan kita tidak saling mengenal."

Perkataan terakhir Jihyo itu sungguh membuat Yoongi merasa sangat tertohok tapi pemuda itu tetap memasang senyumnya.

"Mungkin kau tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu. Kau selalu sendirian bahkan saat jam istirahat kau hanya asyik bermain dengan buku bacaanmu dan mendengarkan musik. Kau tidak pernah pergi keluar rumah tanpa membawa payung dan kacamata hitammu, bahkan kau menganggap manusia lain adalah orang bodoh yang hanya bisa memantingkan persoalan dunia yang tak abadi."

Jihyo tersentak. Ia hanya mampu terdiam dan menatap Yoongi dengan tatapan terkejut.

"Kenapa? Apa perkataanku salah?"

"Dari mana kau tahu semua itu?"

Yoongi lagi-lagi hanya tersenyum—padahal ia terkenal sebagai siswa terdingin di sekolah ini. "Itu tidak penting. Alasanku mengajakmu kesini adalah aku ingin membuktikan kalau pemikiranmu selama ini salah."

"Kau tidak memiliki hak untuk mengurusi kehidupanku." Jihyo menatap tajam Yoongi lalu berbalik pergi.

"Beri aku waktu seminggu!"

Jihyo menghentikan langkahnya.

"Begitu waktuku selesai, kau bisa memilih apa kau akan berubah atau kembali menjadi dirimu yang sekarang."

Jihyo tidak menjawab ataupun menoleh kearah Yoongi. Ia hanya terus melangkah meninggalkan Yoongi yang masih berada jauh di belakangnya.

***

P.S. ini chapt terpanjang sejauh ini.
Btw, what do you think about this story? 💜

Yoonghyongies✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang