4 - Getting Close

471 51 8
                                    

Seoul, 2018

Johnny mengedarkan pandangan ketika keluar dari ruangan. Ia tak menemukan Seola disekitar sana, membuatnya kebingungan mulai dari mana ia harus mencari gadis itu.

Hingga telinganya menangkap suara itu, suara keluhan Seola yang entah berada dimana.

"Ah sakit banget! Kenapa pas kayak gini harus pusing sih?" Keluh Seola yang terdengar hingga telinga Johnny.

Dengan perlahan, Johnny melangkah pelan mengikuti sumber suara. Entah sudah berapa belokan ia lalui, hingga akhirnya ia menemukan Seola yang sedang duduk di dekat kamar mandi sembari memegang kepalanya.

Johnny merogoh saku celananya dan tersenyum lega ketika menemukan obat pusing yang biasa ia konsumsi. Johnny berlari menuju vending machine untuk membeli sebotol air mineral, lalu kembali kemana Seola berada.

"Noona, masih pusing? Minum dulu obatnya ini," ucap Johnny yang sudah duduk di samping Seola sambil menyodorkan obat miliknya.

"Ah makasih," ucap Seola pelan kemudian mengambil pil tersebut.

Tak lupa ia mengambil botol air yang dipegang Johnny. Setelahnya, ia mengembalikan botol air tersebut dan menyenderkan kepalanya ke tembok. Sakit kepalanya masih terasa, mungkin perlu beberapa menit sebelum obatnya bekerja.

"Gimana? Noona udah baikan apa belum?" Tanya Johnny setelah meletakkan botol air di bawah kursi.

"Masih sakit sih," ucap Seola pelan.

Biasanya ketika Johnny memanggilnya noona, Seola akan mengomel panjang lebar agar Johnny berhenti. Namun sepertinya hari ini ia sudah malas mendebat pria itu, toh tidak akan mempan.

Reflek, Johnny memiringkan badan dan merangkul Seola, meletakkan kepala gadis itu di dadanya. Tak lupa ia mengelus pelan kepala Seola beberapa kali. Untung saja keadaan sekitar sepi, jadi tidak akan ada yang melihat.

"Noona tidur aja, aku temenin," ucap Johnny pelan.

Seola ingin protes dengan perlakuan spontan Johnny, tapi rasanya lemas sekali dan entah mengapa pelukan Johnny begitu nyaman baginya. Ia pun membiarkan perlakuan Johnny padanya. Seola memejamkan matanya perlahan.

"Makasih,". Kata itulah yang terucap dari mulut Seola.

"Oh iya noona, minggu depan aku ke US loh," ucap Johnny mulai bercerita.

Johnny sering bercerita pada Seola, baik ketika mereka punya kesempatan mengobrol, atau hanya sekedar melalui telepon maupun video call. Johnny merasa berada di rumah ketika ia bisa menceritakan unek-uneknya pada Seola. Bahkan saking nyamannya, Johnny jadi menggunakan kata aku instead of menggunakan kata gue ketika berbicara pada Seola. Seola sih tidak masalah. Masalahnya hanya bagaimana membuat Johnny berhenti memanggilnya noona, yang mungkin tidak akan pernah terjadi.

"Oh, aku denger kamu mau perform ya di Jimmy Kimmel? Keren dong, impian kamu akhirnya tercapai," ucap Seola yang terbawa suasana.

"Well, seneng banget noona. Tapi aku sedih, soalnya harus ninggalin noona seminggu. Nanti kalau aku kangen gimana?"

Another thing yang kadang suka bikin Seola heran. Kenapa Johnny begitu santai ketika mengatakan ia bakal kangen pada dirinya, padahal tidak ada status lebih dari teman diantara mereka berdua.

"Ih apaan sih. Lagian masih ada ya teknologi bernama telepon dan video call,"

"Itu mah beda noona, ga bisa lihat langsung,"

"Biasanya kan juga jarang ketemu,"

"Tapi kan ini di beda negara noona. Nanti kalau aku pergi terus noona kepincut sama cowok lain, aku ga siap lihatnya. Pokoknya noona cuma boleh sama aku, titik," rengek Johnny, masih dengan kegiatan mengelus pelan kepala Seola.

[3] noona | seola x johnny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang