Aku berhentikan sepedaku saat Sarang memukul pundakku. Kita berhenti di depan rumah yang tidak begitu besar, namun bagus dan enak di pandang karna banyak pepohonan di sekitar halaman rumahnya. Di depan rumah terlihat seorang wanita berumur sekitar tiga tahun lebih tua dariku sedang menyiram tanaman.
“Halo Sarang .. Siapa ini ? Teman ? Atau ..” Wanita itu berbisik kepada Sarang lalu mengibaskan rambut pirangnya.
“Kakak ! Dia hanya sahabat ..” Balas Sarang sambil menyikut lengan kakaknya lalu membawaku masuk ke rumah.
“Kamu tinggal sama kakakmu ?”
“Tidak .. Tidak .. Dia hanya kesini setiap sore untuk menyiram tanaman. Ya dia tinggal di apartemen jadi dia tak punya luang untuk tanaman-tanaman kesayangannya.” Sarang masuk kedalam dapur dan kembali dengan membawa dua donat dan dua teh hijau.
“Maaf aku hanya punya teh hijau dan ..”
“Donat gratisan dari kedai kopi.” Sambarku sambil mengambil kue donat untuk mengisi perutku yang lapar.
“Begitulah. Keluargaku suka ke kedai kopi itu tapi saat mereka memesan minuman dan mendapat donat gratis.. mereka tak memakannya. Jadi aku kumpulkan dan .. ya itu yang kamu makan.” Aku terkikik mendengar cerita Sarang yang tidak mau rugi.
“Oke baiklah. Jadi ceritakan kenapa kamu bernama Sarang padahal kamu jelas-jelas berasal dari Amerika. Lalu mengapa rumah ini bernuansa Jepang ? Dan aku tahu kamu sedang memasak kari disana !”
Sarang menatapku, “Kau memang banyak bertanya Sherlyn ! Baiklah aku jelaskan.. Aku memang dari Amerika, ibu dan ayahku juga. Dan mereka tinggal lama di Korea, begitu juga aku. Aku juga tinggal lama di Korea. Aku bahkan tak pernah ke Amerika.”
“Jadi kau bisa berbahasa Korea ?” Tanyaku sambil menyeruput teh hijauku.
“Tentu saja. Dan mengapa rumahku bernuansa jepang, ini rumah nenekku dan dia orang jepang. Jadi ya .. begini. Selain itu, aku juga suka Jepang makanya aku masak Kari. Kau mau ?”
Aku mengangguk lalu mengikuti Sarang menuju dapur. Hidungku mulai mencium bau kari yang masih panas. Sarang memberiku piring yang berisi nasi dan menuangkan kari di atas nasiku.
“Aku punya satu pertanyaan lagi, mungkin ini yang terakhir.”
Sarang menghela nafas, mungkin ia bosan mendengar pertanyaanku dan menjawabnya. “Baiklah.”
“Kenapa kau bisa kesini ? Ke Indonesia. Kau bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan lancar pula.” Aku mengaduk-aduk kariku agar tidak begitu panas.
“Entahlah. Aku disini sejak dua tahun yang lalu. Karna papaku ada urusan dengan beberapa manusia disini.” Sarang meniup karinya lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. “Oke sekarang aku yang bertanya ya ?”
“Baiklah. Apa ?”
“Apa yang berada di mimpimu itu benar-benar aku ?” Sarang meminum air putihnya. Aku mengangguk pasti.
“Mungkin kita memang bertemu di mimpi sejak lama .. Setelah lama aku mengingat-ingatnya, yang dimimpiku itu memang kamu.” Aku nyaris tersedak dan tak percaya apa yang Sarang katakan tadi.
“Baiklah.. Tapi aku tak berpayudara besar.” Balasku sambil mencubit lengan Sarang.
“Aww.. Oke oke mungkin itu ditambah sedikit imajinasi.” Kita berdua tertawa keras sekali.
Setelah menghabiskan kari buatan Sarang yang sangat enak aku pamit untuk pulang karna hari sudah lumayan gelap.
“Jadi kau kesini hanya untuk makan ?” Ujar Sarang.
“Iya.” Aku terkikik mengingat apa yang ku lakukan di rumah Sarang.
“Baiklah .. Sini mendekat.” Aku mendekat ke arah Sarang hingga hanya berjarak sekitar dua sentimeter. Ia menutup matanya lalu menarik nafas dan ..
Cup.
Ia mencium pipiku. Kini aku benar-benar terasa seperti di alam mimpi. Detak jantungku berdebar tak menentu. Sarang yang seakan berubah menjadi Sarang di alam mimpiku. Kita berjarak sangat dekat sehingga kita bisa mendengar detak jantung kita berdebar tak menentu. Nafasku tak beraturan. Sehingga aku terjatuh ke pelukannya.
“Kau .. Sangat lancang Sarang !” Ujar Sarang kepada dirinya sendiri.
Iya kau sangat jahat Sarang !! Tapi aku menyukainya .. Kau satu-satunya lelaki yang menciumku tanpa harus aku terhisap kembali ke dunia nyata, ya karna aku benar-benar di dunia nyata. Kau benar-benar menciumku Sarang, Sarang yang asli.. Sarang yang kataku sangat berbeda seratus delapan puluh derajat.
Muka Sarang memerah menahan air mata. Sepertinya ia menyesal sudah menciumku beberapa detik yang lalu. Ia melepaskan pelukanku.
“Ma..afkan aku.. Aku tak bisa menahannya. Aku tahu aku jahat kepadamu.”
“Untuk apa ? Justru aku menyukainya Sarang !” Aku tersenyum dan Sarang ikut tersenyum lalu kita kembali berpelukan sebagai tanda perpisahan. Aku mengambil sepedaku. Dan mencium bibir Sarang dan berbisik ke telinga Sarang.
“Lain kali belajar sepeda ya !”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarang
RomancePernahkah kamu bertemu seseorang di alam mimpi yang sebelumnya kamu belum pernah kau temui ? Aku pernah. Bahkan hingga mencintainya. Namun apakah semua yang ada di alam mimpi itu selalu sama di dunia nyata ?