8. Pengakuan

109 22 5
                                    

Setelah mengetahui bahwa Lewba tak akan mendapatkan kesempatan lagi untuk bersama dengan Jonah, ia harus melakukan sesuatu untuk menghindari dirinya. Untuk memberinya jarak. Meskipun dengan begitu ia akan kehilangan sosok seorang teman, tapi apa pun akan ia lakukan untuk menghindar dari patah hati yang lebih dalam. Sekali pun idenya adalah hal yang bodoh.

Masalah patah hatinya karena mengetahui bahwa Jonah menyukai gadis lain sangatlah mengganggu pikirannya. Kata-kata yang Jonah sampaikan di malam itu terus menghantui hari-harinya dan menghilangkan fokusnya untuk melakukan hal-hal serius seperti belajar. Ia ingin sekali mengungkapkan yang sebenarnya pada Jonah tentang apa yang dirasakannya, tapi ia berpikir bahwa itu hanya akan membuatnya malu saja. Tak ada lelaki yang bisa menerimanya karena kekurangan fisiknya. Seberapa pintar dirinya, sebaik apa pun dirinya, semuanya akan terkalahkan oleh gadis berfisik sempurna. Seperti sudah menjadi hukum alam bahwa gadis biasa sepertinya tak akan pernah dicintai oleh seorang lelaki.

Lelaki tampan menjalin hubungan dengan gadis cantik. Gadis cantik menjalin hubungan dengan lelaki yang tampan. Seperti itu saja terus siklusnya sampai gadis dan lelaki berparas biasa merasa putus asa dan tak memercayai adanya cinta yang tulus lagi. Seperti itu saja siklusnya sampai semua jiwa yang berputus asa mati bersama jasadnya, tanpa adanya cinta yang menangisi kepergiannya.

Selama tiga hari tidak bertemu dengan Jonah, baik di kampus maupun di perpustakaan, membuat Lewba lebih mudah untuk menjaga jarak dari dirinya karena ia tak perlu susah payah untuk menghindari kehadiran Jonah di sekelilingnya. Ia kembali menjalani hari-harinya dengan sendiri. Seperti biasanya, Lewba selalu menghindari keramaian di saat jam makan siang, membuatnya harus mencari ruang kelas kosong yang bisa ia gunakan.

Saat Lewba keluar dari ruang kelas kosong yang ia gunakan untuk makan siang, ia berpapasan dengan Jonah di koridor kampus. Berpapasan dengannya adalah hal yang tidak ia inginkan sama sekali, walaupun dalam hatinya ada harapan kecil untuk bisa berhubungan baik dengannya seperti sedia kala. Lewba melihatnya berjalan sambil merangkul pinggang gadis cantik di sebelahnya, mereka berdua tertawa lepas sampai-sampai suaranya bergema di antar loker-loker mahasiswa yang ada di pinggiran koridor.

Mereka berdua terlihat sangat cocok. Gadis super cantik dengan lelaki tampan yang sempurna. Sesuatu yang tak jauh dari perkiraanku. Mata Lewba menatap lantai sambil berjalan melewati mereka berdua. Ia berharap bahwa Jonah tak akan menyadari keadirannya.

"Hey! Lewba! Kaukah itu?" Sapaan itu membuat langkah Lewba terhenti.

Tidak sekarang Ya Tuhan. Tidak sekarang saat ia sedang bersama kekasihnya. Lewba mempercepat langkahnya untuk menjauh dari mereka berdua, walau akhirnya tetap saja Jonah mengejarnya.

"Lewb, ada apa denganmu?" Jonah menahan Lewba untuk berjalan lebih cepat lagi dengan memegang lengannya. Gadis cantik yang berdiri di sampingnya hanya menyaksikan mereka dengan wajah bertanya-tanya.

"Aku sedang terburu-buru. Permisi!" Lewba menghindar darinya, lalu ia berjalan lebih cepat dari sebelumnya.

"Tidak boleh pergi sebelum kau berbicara!" Jonah menghalanginya lagi.

"Apa maumu?" Tanya Lewba dengan sinis, seperti bukan dirinya.

"Aku ingin berterima kasih kepadamu atas saran-saran yang kau berikan padaku. Aku ingin mengatakannya sejak awal, tapi aku tidak melihatmu beberapa hari belakangan ini." Jonah menarik gadis cantik yang berada di sampingnya untuk mendekat, lalu mereka berdua tersenyum ke arah Lewba yang sedang menahan tangisnya agar tidak pecah di hadapan mereka berdua.

WONDERWALL × Jonah Marais (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang