9. Amarah (Ending)

114 23 5
                                    

Setelah ciuman singkat itu, keduanya sama-sama diam dan tak memiliki kata-kata untuk dikeluarkan. Jonah merasa sangat menyesal akan dirinya yang begitu saja mengkhianati Adley demi menyadarkan sahabatnya yang terlalu merendah diri. Jonah berpikir bahwa mungkin saja Lewba akan sadar bahwa dirinya tidak semenjijikkan apa yang ia pikir, karena selama ini gadis itu hanya membicarakan kekurangannya saja. Tapi ciuman itu juga tidak menutup kemungkinan bahwa Lewba akan membencinya lebih jauh lagi, karena ciuman itu tidaklah berarti apa-apa dan bukan atas dasar cinta, melainkan hanya sebatas rasa kasihan Jonah pada temannya. Sungguh ironi.

Wajah Lewba berubah menjadi merah padam. Kulitnya yang gelap dibasahi oleh air mata yang sudah menyebar secara rata. Matanya masih membelalak kaget dan tak percaya atas apa yang baru saja dilakukan Jonah. Ia telah memberikan ciuman pertama padanya. Tapi, itu yang membuatnya semakin sakit hati. Lewba menginginkan ciuman pertamanya menjadi sesuatu yang spesial, yang diberikan oleh orang yang ia cintai dan juga mencintainya. Bukan oleh orang yang telah mencintai gadis lain. Pupus sudah harapan kecilnya untuk mendapatkan hal itu. Ciuman itu tak berarti apa-apa karena hanya spontanitas belaka yang mungkin bisa saja ia mulai sejak lama. Ia tahu bahwa Jonah sangat merasa bersalah padanya, maka ia ingin mengucapkan permintaan maafnya melalui ciuman tak berarti itu. Entah itu permintaan maaf atau pun ucapan selamat tinggal, Lewba tidak tahu.

Gadis itu semakin marah pada Jonah yang bertindak seenaknya. Karena ciuman bodoh itu, Lewba semakin hancur. Untuk apa ia diberikan sebuah permulaan bila ciuman itu akan menjadi yang terakhir? Untuk apa ia mendapatkan ciuman itu bila hanya dipermainkan saja?

Tangisan Lewba seketika pecah kembali. Emosinya meninggi lagi, membuatnya tega untuk mendorong Jonah sekuat tenaganya, sampai ia benar-benar keluar dari apartment miliknya. Teriakan-teriakan pendek yang menyayat hati Jonah keluar dari mulut Lewba yang sebelumnya tak pernah sekali pun berkata kasar.

"Enyahlah kau bajingan sialan!" Lewba kembali ke dalam apartment setelah ia mengeluarkan Jonah. Ia membantingkan pintunya dengan keras, berharap Jonah menyadari betapa marahnya ia.

Jonah's POV

Ia sangat membenciku! Betapa bodohnya aku untuk melakukan hal itu?

Aku bangkit dari lantai setelah Lewba mebantingkan pintunya tepat di depan wajahku. Ia benar-benar terluka karena ciuman itu. Begitu pun aku. Bagaimana mungkin sebuah ciuman bisa menghancurkannya begitu parah? Dan bodohnya, mengapa aku harus memulai untuk menyakitinya? Aku memberikannya beban. Aku salah. Aku seorang bajingan sialan, benar apa katanya.

Aku berjalan mengikuti langkah kakiku, tak tahu dengan pasti kemana aku harus pergi. Pikiranku sangat terganggu karena kejadian ini. Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya dari awal bahwa Lewba menyimpan perasaannya untukku? Lalu, aku menjadikannya tempat berbagi cerita mengenai gadis yang kutaksir, dan ia aku jadikan orang pertama yang mengetahui setiap detail bagaimana aku menyukai Adley. Betapa jahatnya aku!

Lewba adalah gadis yang sangat baik dan sempurna buatku, mengesampingkan tentang bagaimana bentuk fisiknya. Persetan dengan itu! Aku tak peduli dengan fisiknya. Ia layak mendapatkan seorang lelaki yang sama baiknya, sama cerdasnya dengannya. Tapi, sampai sekarang tak ada satu pun lelaki baik hati yang mendekatinya. Bodohnya aku, mengapa aku tidak berkaca diri? Mengapa bukan aku yang memulai untuk mendekatinya agar semua bajingan-bajingan kampus itu sadar bahwa yang mereka lihat dari seorang perempuan bukanlah betapa cantiknya dia? Tapi itu juga salah, karena aku mendekatinya bukan karena alasan hati. Astaga, semuanya terasa serba salah!

Mungkin aku harus menjadikan ciuman itu sebagai ucapan selamat tinggal dan sekaligus permintaan maaf untuknya. Aku tak bisa terus menjadi temannya bila aku terus menyakitinya secara tidak sengaja. Aku tak bisa menjadi temannya bila ia menaruh hati padaku. Ia layak mendapatkan seorang teman yang lebih baik dariku. Maka dari itu, aku pun harus memberinya jarak dan mungkin benar katanya, aku tidak diperkenankan untuk menyapanya lagi di sepanjang koridor kampus. Benar katanya, seharusnya kami memutuskan hubungan pertemanan kami dan bertingkah selayaknya hal itu tak pernah terjadi sebelumnya.

End

Tengkyu buat semuanya yang udah baca fan fiction gaje aku kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tengkyu buat semuanya yang udah baca fan fiction gaje aku kali ini. Mungkin memang karya ini acak-acakan, tapi percayalah, nanti bakalan ada epilog buat penjelasan amanat apa yang aku sampein dari karya ini.

Well, mungkin banyak dari kalian yang kurang menikmati dan kurang puas sama endingnya karena sad ending. Tenang aja!!! Aku udah mikirin alternative ending buat kalian semua.

Please, buat kalian semua yang baca ini, jangan cuma jadi silent reader, beri author semangat dengan cara kasih vote dan komentar kalian sejujur mungkin, karena komentar kalian bisa jadi saran juga buat aku ke depannya.

Bye, xoxo!

WONDERWALL × Jonah Marais (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang