Matahari sudah naik sepenggalan, tapi perempuan itu masih setia dengan duduknya.
Shaf-shaf shalat telah sepi, hanya ia yang masih duduk di pojokan masjid dengan mushaf dipangkunya.
Orang-orang sudah berlalu-lalang pergi ke tujuannya masing-masing menyisakan perempuan itu di Masjid, di Masjid ini ia menemukan ketenangan, dengan Al-Qur’an nya ia mendapatkan kembali cahaya hidupnya yang semula redup.Diluar masjid, terdengar suara mobil Avanza berwarna silver baru saja berhenti, pemuda itu masuk kedalam masjid
“Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh wahai penghuni taman surga Allah” Ucapnya setelah membaca doa memasuki masjid, suasana sejuk ia rasakan disini, ya taman surga --begitulah ia mrnyebut masjid-- Allah selalu bisa membuatnya merasa nyaman dan tenang , suasana yang menyejukkan hatinya dengan dinding perpaduan antara putih dan emas, lantai keramik beralaskan karpet hijau menambah keindahan masjid ini, dan yang utama adalah tidak ada kebisingan hanya ada lantunan ayat-ayat Al-Qur'an. Maha baik Allah, pujinya dalam hati. Matanya menerawang ke penjuru masjid, mencari sang kakak tersayang.Subhannaka allahumma wabihamdika asyahadu alaa ilaha ila anta astaghfiiruka wa atubuu ilaiik, lirihnya setelah selesai membaca Al-Qur'an nya.
“Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh” Jawabnya “biasanya jam 10 Ris”Pemuda tadi menoleh sembari tersenyum hangat “Hehe maaf kak, tadi antar umi dulu ke pasar terus nganterin Nafhah ke toko buku”
Qanitah hanya ber O saja mendengarkan Faris bicara, lengkapnya Salman Al-Farisi,
“Kak mau pulang kapan?" Tanya Faris pada Qanitah yang sedang melipat mukenanya
“Sekarang saja”Mereka melangkah keluar masjid menuju mobil yg diparkir tak jauh dari pelataran masjid
Faris membukakan pintu mobil untuk Nita, kemudian tersenyum.
"Terimakasih Ris" Ucap Nita lembut. Faris hanya menganggukan kepala kemudian tersenyum. Ia pun bergegas menyalakan mobil. Melaju dengan kecepatan sedang.
Lamat-lamat ia melirik kakaknya yang terpejam, ada gurat kesedihan disana, di matanya. Ia menghela nafas, sesak juga rasanya melihat kakaknya terpuruk seperti ini. Di gurat wajahnya, yang nampak bukan hanya kesedihan tapi juga tanggung jawab yang sangat besar yang harus ia tanggung sendiri.
Faris beristighfar, kembali fokus ke jalanan. Qanita terbangun ketika mendengar suara murottal di mobil.
🌸🌸🌸
Sesampainya dirumah Qanita langsung ke kamarnya, mengambil wudhu dan salat Dhuha 8 rakaat. Kini dirinya hanya sibuk beribadah saja, semua ia lakukan selain untuk mendekatkan diri kepada Allah juga untuk meminta kepada Allah agar selalu menguatkan iman dan hatinya, sungguh ia hanya seorang perempuan yang lemah, yang menyukai keindahan yang terangkai dalam kata-kata manis.
Sebelumnya ia tidak begini, peristiwa manis bulan november yang berakhir pahitlah yang membuatnya berada dalam posisi sekarang, terpuruk pada keadaan. Raganya berada di masa sekarang tapi jiwanya masih berada di bulan November penuh kenangan, bersamanya.
🌸🌸🌸
Perempuan itu tengah duduk dipelataran rumah, dengan secangkir coffe latte panas dan sebuah buku yang hanya diletakkan diatas meja, pikirannya berkecamuk dibulan November dua tahun lalu. Saat-saat bahagia bersamanya, tertawa, jalan-jalan dikala senja, minum kopi panas dipinggir pantai sambil memandang langit, memandang rintik hujan, membaca buku bersama diperpustakaan kota, hingga makan ice cream di alun-alun. Semua hal itu terasa menyenangkan dan romantis baginya.
Tapi, Allah merencanakan hal lain, Allah menakdirkan sesuatu yang lain, sesuatu yang tentunya lebih baik baginya. Yang menjadi masalah hanyalah, hatinya belum benar-benar menyadari itu, hatinya belum bisa menerima segala takdir Allah...
Faris datang, mengagetkan perempuan yang sedang melamun tadi
"Kak, kalau gak mau diminum buat aku aja ya?"
Perempuan itu terperanjat "Eh Faris"
"Kakak ngelamun lagi ya?, mikirin apasih?"
"Ah nggak kok kata siapa?" Elaknya tak mau membenarkan ucapan Faris
"Itu buktinya, minuman kakak sampai dingin, buku juga sampul nya belum dibuka sama sekali, malah digeletakin gitu aja"Perempuan itu hanya tertawa mendengar adiknya sangat memperhatikan hal-hal kecil begitu, adiknya begitu cerewet terhadapnya, "Ya Allah, sejak kapan kamu jadi cerewet gini sih" ucapnya masih dengan tertawa
Faris tersenyum dalam hati "akhirnya kau tersenyum juga kak" Lirihnya"Hah? Apa kak? Cerewet?"
"Oke baiklah, lebih baik cerewet daripada melamun, wleee" sambil menjulurkan lidah"Eh konyol ya, sini kamu" sambil menjewer kuping Faris kencang, Faris menjerit kesakitan.
"Awwww kak, ampuuuun. Sakit tau"
"Nah gimana? Enak gak? Siapa suruh jahilin kakak." Nita melepaskan jewerannya tadi, tiba-tiba Faris memeluknya erat.
"Seribu satu kali kakak jewer aku pun, aku gapapa asal kakak jangan pernah sedih lagi" ucapnya dengan senyum menghiasi wajah manisnya. Sedangkan Qanita hanya mengangguk, ia tahu jika ia menjawab perkataan adiknya ia pasti akan menangis lagi dan ia tidak boleh menangis didepan adiknya...."Menjengkelkan seperti apapun seorang adik, didalam hatinya ia sangatlah menyayangi kakaknya"
_____________________
Adik memang terkadang menjengkelkan tapi jangan salah bahwa dibalik sifatnya yang menjengkelkan itulah terdapat rasa sayang yang amat besar, dan sebagian kita tidak tahu bahwa adik bisa menjadi panutan kita untuk lebih bertanggung jawab terhadap nya, adik bisa menjadi penghilang kesedihan di kala kita terpuruk dan bisa juga jadi pelindung --Jika laki-laki-- . Dan yang terpenting adalah adik bisa menjadi teman tanpa ada rasa takut dikhianati :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan di Bulan November
SpiritualSekelam dan seburuk apapun masa lalu, masa depan tetaplah baik. Karena waktu telah menjadi penentu skenario-Nya Kita hanya diminta untuk bersabar dan ikhlas menerima ketetapan-Nya. Dituntut untuk senantiasa bersyukur atas segala kehendak-Nya. Sebab...