PROLOG

221 51 75
                                    

"AISYAH JANGANNN!!!"

"Arrrrggggghhhhhh!!!"

Bruk!

Pisau dapur seakan menghujam dengan sendirinya tepat di tengah kepala belakang seorang gadis bernetra biru muda, berdarah inggris.  Darah  mengucur deras membasahi lantai pada ruangan pengap dipenuhi warna merah pekat. Bau anyir tercium di seluruh penjuru ruangan.

Tak percaya atas apa yang baru saja dia lakukan, gadis kumuh dengan dress pink selutut dan bercak darah yang tengah memegang pisau seketika membeku, lemas tak berdaya. Ia melihat ke arah kedua tangan dilumuri cairan merah yang telah membunuh seseorang, bahkan pernah dianggap sebagai 'sahabat'.

Tangis nya pecah, mengingat segala kenangan indah yang mereka lalui bersama, dan juga bagaimana tenaganya berubah menjadi 7 kali lipat dari biasanya. Gadis itu menggigil disaat ketakutan merasuki jiwa hingga akhirnya menjalar ke setiap aliran darahnya. Detak jantungnya berpacu dan dia mundur perlahan sampai menempel ke dinding berlapis itu. Jatuh terjelembab. Dia bahkan tidak mampu lagi menopang tubuh mungil nya.

Wanita terlilit tali yang tengah berada di pojok ruangan itu membatu. Mencerna peristiwa yang terjadi di depan matanya, terjadi tepat 5 detik yang lalu. Seakan mimpi, semua nya terjadi begitu cepat. Senyum kemenangan sempat merekah di bibir nya yang pucat.

Gadis berambut coklat yang pada mulanya pingsan di samping kursi tunggal juga bekas lilitan tali, perlahan membuka matanya. Bangun dengan susah payah, menahan rasa perih di sekujur tubuh, wanita itu merangkak. Menuju temannya kini terkulai tak berdaya dengan darah mengalir dari kepalanya.

"Chelsea!!!!"
Gadis berambut coklat itu menangis sembari memangku badan gadis Inggris yang nafasnya tercekat, mulai melemah dan hinga akhirnya...
berhenti.

Gadis berambut coklat itu sejenak turut melemah dan dengan rasa panik berkecamuk di kepalanya, dia mengecek denyut nadi Sang Sahabat. Namun hasilnya tetap nihil. Keajaiban yang dia harapkan tidak terjadi.
"Chelsea!!! Please jangan tinggalin kita. Hiks.... hiks... hiks." Gadis itu menangis histeris sambil mengguncang tubuh yang telah tidak bernyawa itu.

Suara kericuhan terdengar dari luar menembus gulitanya malam.
Dan tiba-tiba...

"Disini!!"

Ckittt ckittt

Ada yang berusaha membuka paksa knock pintu ruangan persegi itu dari luar. "Pak, pintu nya terkuci dari dalam!" seru pria bersuara agak nyaring dari luar ruangan.

Gadis yang diikat di kursi itu berusaha berteriak sekuat mungkin agar orang-orang di luar sana mendengar suaranya dan mengetahui keberadaan mereka, tapi sayang usahanya sia-sia karna orang di dalam ruangan yang dulunya sebagai ruang musik ini dirancang bisa mendengar suara dari luar dan orang dari luar tidak bisa mendengar suara yang di dalam.

"Kalian bertiga! Dobrak pintu nya!" titah seorang pria lagi, namun kini suara nya lebih berat dan tegas dibanding suara pria sebelumnya.

"Brukkkkk!! "

Pintu yang pada mulanya terkunci sangat rapat, didobrak paksa dari luar. Namun, pintu itu tidak langsung dengan mudahnya terbuka seperti yang ada di film-film. Mereka mencoba mendobrak pintu itu untuk kedua kali dengan dengan kekuatan lebih besar.

Brukkkk!!!

Pintu itu sudah mulai goyah, namun butuh sekali dorongan lagi untuk terbuka sepenuhnya.

"Sini, tongkat nya!!" di saat itu juga Gadis  yang pada mulanya bersimpuh dihapan gadis  bersembur darah itu, kini tergopoh-gopoh, berlari ke arah gadis yang terduduk lemah tak berdaya. Mengambil tongkat itu lalu memeluknya.

Brukkkk!!!

Pintu itu terbuka setelah gadis  itu kembali ke tempat temannya yang telah tak bernyawa.

"SEMUANYA ANGKAT TANGAN!!!"

Segerombolan pria berseragam coklat membawa senapan di tangan nya berhasil masuk ke ruangan lalu...

😳









😳










😳









😳








😳

Assalamualaikum... Perkenalkan nama saya SRI NADRA AR-RAJWA
Selaku author cerita ini, mohon maaf atas kelabilan saya selama menulis cerita ini🙏

Hijrah In KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang