23 May

90 1 0
                                    


"Lala"
"Lala"

"Jeduk! Jeduk!" Suara disko membahana.

"Frida?" Panggil lelaki berwajah cantik.
"Are you okay?" Tanya lelaki itu.

Lawan bicaranya tak menyahut.

"Fri..."
"Sorry. I must go." Akhirnya ia menjawab.

Langkah gontai penuh pikiran yang terus menari-nari, menampakkan ekspresi seperti pria mabuk.

Tatapannya sibuk dengan semua vibrasi pikirannya yang senada.

"Lala..." Ucapnya dalam hati.

Lala, adalah wanita pertama yang menghiasi masa pubertas cintanya. Lala, adalah wanita yang memberikannya perasaan menggebu ingin bercinta. Lala, adalah wanita yang akan selalu hadir dalam mimpinya tiap tahun.

Florida, 23 Mei.

Tepat disetiap tanggal 23 Mei. Mimpi itu akan terulang sama. Kali ini, dikota ini. Perasaan rindu itu membuncah.

"Ah! Sialan... kenapa aku tidak bisa berhenti melupakan istri orang ini?" Tanya dirinya sendiri.

Dipersimpangan jalan dia terdiam. Memilih menyudut ditengah pagar jembatan. Sambil berpayung rembulan dan hawa dingin. Dia merogoh sebuah kalung dari dalam bajunya. Dikalung itu terlilit cincin yang bertuliskan "Frida 23 Lala".

Frida adalah nama pria yang tepekur mengingat kenangan sehabis bermimpi tadi. Lala adalah nama wanita yang selalu sama masuk dalam mimpinya setiap tahun. 23 adalah tanggal mereka setuju mengikat cinta.

"Lala Triverna..." Sebutnya.
"Ahahaha... Lala... Haha..." Ia tertawa aneh sambil menutup separuh wajahnya dengan telapak tangan.
"Sepuluh tahun... tapi... perasaanku masih seperti dulu..." Terbata ia berkata.
"SIALAN!!" Teriaknya melempar cincin yang ia tarik paksa.

Tanpa peduli, ia lanjutkan langkahnya meninggalkan kegalauannya yang telah ia jatuhkan kedasar sungai.

"Tring..." Terdengar suara dari arah belakangnya. Benda itu berputar dan menyuntuh ujung sepatunya.

"Ah!" Kagetnya.

Ia membungkuk lalu mengambil benda itu. Menyapunya dengan ujung tangan kemudian, memasukkannya dalam saku celana.

"Biarlah, ini menjadi cinta dalam diam. Aku akan terus berkelana, berkeliling dunia, dengan membawa perasaanku ini terhadapmu. Karena cinta, seorang Frida Natasepta menjadi begitu egois dan menyakitimu. Ini pantas untukku wahai kekasihku terdahulu, Lala Triverna." Syairnya dalam hati.

-Fin

OxytoxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang