Vampio, sebutannya. Pria berusia sekitar 18 tahun dengan tampang pucat dihiasi mata biru indah. Pemilik rambut blonde halus yang selalu terlihat berkilau.
Tapi sayang. Dibalik semua kesempurnaan tubuh yang ia miliki. Masa lalunya takkan bisa terhenti sampai kapanpun.
Sorot matanya lurus menghadap dinginnya rembulan. Tanpa suara tanpa kata. Hanya ada nafas yang menyiratkan kehidupannya.
Kali ini, dia menutup matanya dan lebih menengadah. Dia hirup udara dingin ditengah padang salju. Hingga tubuhnya rebah.
Setitik air turun dari sudut matanya. Beku.
Sosok bayangan berdiri disampingnya. Hembusan nafas hangat keluar meluap-luap dari mulutnya.
Sosok itu menyodorkan tangan.
Vampio tak menggubris. Dia tetap kembali memejakan matanya.
Kali ini tubuhnya terguncang keras. Kekanan - kekiri. Membuat tanah bersalju membekas. Vampio menatap sosok itu.
Sosok itu mengenakan mantel berbulu senada dengan warna ranting kering dibelakangnya. Sosok itu memiliki mata hazel dan rambut ikal panjang berwarna coklat. Hidungnya merah.
Vampio bangkit perlahan. Dia mencoba lebih memperhatikan sosok didepannya itu.
Gadis muda yang manis.
Telapak tangan Vampio dipegangnya begitu erat. Matanya mulai berkaca-kaca memandangi Vampio.
Vampio terkejut karena gadis itu langsung mendekapnya tiba-tiba. Dia menaruh kepala Vampio didalam dadanya yang padat.
Isak tangis si gadis terdengar sangat lirih dan kencang. Vampio bingung, alasan apa yang membuat gadis itu menangis melihatnya.
Vampio berusaha melepaskan pelukan si gadis. Hingga terdorong jatuh. Kemudian, dia lihat gadis itu terhenyak dalam keadaan terlentang di tumpukkan salju.
Vampio berdiri dan membersihkan sisa salju dibajunya.
Sisa air mata di wajah gadis itu masih terlihat. Tapi, dia hanya bisa memandangi Vampio tanpa berkata.
Vampio pergi melangkah meninggalkannya.
"HEI!" Teriak gadis itu menghentikan Vampio.
Vampio tak berusaha menoleh kearahnya. Dia hanya berhenti.
"KENAPA TANGANMU DINGIN SEKALI? APA KAMU SEKARAT? KUMOHON! HIDUPLAH!" Teriakkan gadis itu bergema dan Vampio hanya meninggalkannya.
.....
Masih seperti malam-malam sebelumnya disetiap musim.
Vampio duduk memandangi langit yang kali ini sangat gelap. Bahkan sang rembulan tak nampak, hanya menyisakan sedikit cahaya dan hawa dinginnya.
Kesendirian Vampio dikejutkan oleh sosok yang dulu pernah dia temui.
Gadis itu, mengenakan celana jeans hitam dan T-Shirt putih bergambarkan garfield. Rambut panjangnya, ia ikat kebelakang.
Gadis itu tampak terkejut tak menyangka. Sebelum dia menuju Vampio. Vampio sudah terlebih dahulu melangkah pergi.
Vampio menghilang diantara tumpukkan semak yang meninggi.
.....
Musim kembali berganti. Perayaan lebih banyak dimusim ini. Dan hingar bingar letupan orang-orang di kota terdengar sampai jauh kedalam hutan.
Ada suara yang berbeda dari itu semua. Nyanyian. Ada yang bernyanyi didalam hutan. Suara nyanyian seorang perempuan. Tapi, suara itu bersatu dengan percikan air. Membuatnya menjadi indah.
Vampio yang melintasi daerah itu sedikit mengintip untuk mencari tahu.
Gadis itu.
Ya, gadis itu lagi yang berada disana. Gadis itu kali ini bersama seekor anjing Newfoundland dog berwarna hitam.
Vampio yang terhanyut dalam alunan gadis itu tak sadar jika, anjing peliharaan gadis itu berlari kearahnya.
"Awas!" Teriak gadis itu membuat Vampio tersadar.
"Bruk!"
"Kamu tak apa?" Tanya gadis itu khawatir.
Vampio tak menjawab. Dia hanya memandangi anjing yang menyebalkan itu.
"Ah! Lengan bajumu robek!" Gadis itu histeris dan memegangi pergelangan Vampio.
Dia terdiam. Lalu memandangi wajah Vampio.
"Kenapa tanganmu dingin sekali? Wajahmu juga pucat? Apakah kamu sakit?" Tanya gadis itu gemetar.
"Kita butuh membawamu ke dokter." Gadis itu memeluk tubuh Vampio dan berusaha mengangkatnya.
Tapi, Vampio malah berdiri dan mengangkat tubuh gadis itu lebih tinggi.
"AHH!" Kaget gadis itu.
Anjing peliharaannya hanya menggonggong nyaring.
"Lepaskan aku!" Ronta gadis itu.
Gadis itu menggoyangkan kakinya kuat hingga membuat pijakan Vampio bergeser dan mereka terjerembab bersama.
"Ngg..." Lirih gadis itu.
Gadis itu menatap wajah Vampio yang berada dibawahnya. Wajah yang berkilau dibawah sinar matahari. Tentu saja membuat si gadis tersipu.
Vampio membuka matanya dan tampaklah gadis itu yang memerah.
"Kyaaa...!!" Teriak gadis itu menyingkir dari tubuh Vampio.
Gadis itu berusaha menutupi tubuhnya karena begitu malunya.
Vampio berdiri akan bersiap meninggalkan gadis itu kembali. Sama seperti pertemuan dimusim-musim sebelumnya.
"Tunggu!" Tarik gadis itu menghentikan.
Vampio berjongkok memandangi wajah gadis itu.
"Si, siapa namamu?" Tanya gadis itu.
Kali ini Vampio menyentuh tangan gadis itu dan melepaskannya dari baju yang dia tarik.
Masih dalam posisi yang sama dia menjawab.
"Vampio." Jawab Vampio kemudian berjalan meninggalkannya.
Gadis itu terdiam mendengarnya. Dia merasa senang setelah mengetahui nama pria berwajah pucat itu juga dapat mendengar suaranya yang renyah.
"Nanti kita bertemu lagi ya, Vampio!" Seru gadis itu diantara gelapnya hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oxytoxic
Historia CortaBerisi kumpulan cerita pendek tentang perasaan yang dikatakan cinta. Cinta tidaklah harus melulu tentang Sex. Namun cinta bisa mengandung banyak arti dari tanda kasih sayang, layaknya Ibu dan Anak, tuan dan peliharaan serta bumi dan isinya. Semoga p...