"bu, fatma mau siram tanaman didepan ya"
"jangan nak! gausah, besok saja ya kamu sekarang jaga adikmu "
aneh, kenapa ibu sangat panik waktu kubilang ingin menyiram tanaman. diam-diam aku keluar main air sambil menyiram tanaman.
"JEPANG DATANG!!"
aku dengar tetanggaku semua berlarian masuk rumah dengan ketakutan. aku hanya tertawa saja. kenapa memang kalau jepang datang? mereka ini..semua yang berbeda kulit dan wajahnya dianggap jahat sama dengan belanda.
"fatma! mana ibumu?! masuk rumah sana!" tetanggaku dengan panik menyuruhku masuk rumah. namun tidak kuhiraukan itu karna pikirku mereka saja yang terlalu berlebihan.
tiba-tiba tanganku dicengkram dengan keras, ibu menarikku masuk kerumah dengan muka yang sangat-sangat ketakutan. aku hanya berdiri diam disebelah adikku yang sedang tidur memperhatikan ibu yang langsung mengunci rumah, menutup jendela, dan mematikan lampu. karna kami cukup grasak grusuk, fara terbangun. ibu langsung menggendongnya dengan cepat dan berusaha mendiamkan fara agar tidak berisik.
"sstt, kamu masuk kamar sekarang" kata ibu sambil berbisik
"DARRR"
kudengar pintu rumahku terbanting, segera aku berlari kebelakang pintu untuk mengintip. ibu....ibuku dipukul habis-habisan dengan senjata api, dan adikku fara sudah terjatu dilantai dengan tangisannya yang semakin kuat hingga mukanya memerah.
"FATMA LARI NAK LARI" dengan sisa kekuatannya ibu berteriak. aku bingung, tidak mungkin aku meninggalkan ibu dan adikku dalam keadaan seperti ini, lagi pula harus lari kemana lagi aku ini. dikepalaku hanya berpikir "dimana bapak? kenapa bapak tidak pulang menolong kami?" lammunanku buyar ketika aku lihat salah seorang berseragam itu menatapku dan hampir menggapai bajuku. aku lari sekencang-kencangnya namun aku gagal. aku berhasil tertangkap. seingatku aku hanya terpukul dan dibawa kedalam mobil box besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATMA, aku menyimpan dendam
Non-Fictionseorang gadis setengah betawi Dan tionghua menyimpan kisah pilu semasa hidupnya. mati dihabisi jepang dengan keji Dan berakhir disuatu Rumah yang akhirnya bertemu aku untuk berbagi cerita.