Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya makanan yang mereka pesan datang juga. Dengan mata liar dan lidah melet-melet, Topan dan Daffa siap melahap semua menu yang tersaji.
Mereka benar-benar memesan banyak makanan, sesuai apa yang ditawarkan Ferdinand.
Ferdinand saja sampai takjub dan geleng-geleng keheranan, melihat makanan yang hampir memenuhi meja itu.
"Serius lu berdua bisa ngabisin nih makanan? Seluas apa sih perut kalian? seluas samudera? Lagian lu berdua, kayak orang sebulan belon makan, hahaha," ucap Ferdinand tertawa lepas.
"Mumpung ada yang mendanai, Bos! Mumpung gratis," ujar Topan menjawab sambil nyengir
"Gua kagak percaya lu berdua anak orang miskin!"
"Mustahil, lu berdua gak punya duit banyak. Liat aja penampilan lu, Daff. Asli tajir, dah," tebak Ferdinand sambil mengamati gaya berpakaian kedua temen barunya itu.
"Ah ... gak seperti yang lu liat, Cuy! Semua, kamuflase. Entar dah, gua ceritain tentang keadaan hidup gua yang sebenarnya," jelas Daffa seperti menyimpan sebuah rahasia.
"Ya dah, lu gentak semua nih makanan. Awas aja kalo kagak habis!" ucap Ferdinand sambil menyeruput es capuchino kesukaannya.
Baru juga Daffa dan Topan mau mulai makan, tiba-tiba ...
"Eh bentar ... bentar!"
"Lu berdua makan aja duluan. Gua ada kerjaan dikit nih," ucap Ferdinand sambil berdiri, dan langsung melangkah menuju meja, yang tidak seberapa jauh dari tempat mereka makan.
"Woyy! mau kemana lu? Mau ngapain?" teriak Daffa heran.
Sambil makan, Daffa dan Topan terus memperhatikan, apa yang bakal Ferdinand lakukan.
Ferdinand mendekati satu meja, pasangan cowok-cewek cakep, yang lagi manja-manjaan. Si cowok terlihat mesra sambil membelai-belai rambut ceweknya.
Dengan santai, Ferdinand mengambil satu kursi dari meja lain, lalu dengan tenangnya dia duduk nimbrung di meja pasangan mesra itu.
"Ikut gabung ya, Brader," ujar Ferdinand tanpa menunggu persetujuan.
"Sorry nih! Gua, Ferdinand.
Lu, siapa?" tanya Ferdinand
pada cowok yang mulai terlihat merasa terganggu dengan kehadirannya."Gua, Adi," jawabnya pendek.
"Boleh kenalan gak, sama cewek lu? Cewek lu halus banget soalnya," pinta Ferdinand cuek bebek.
Belum juga mengangguk tuh cowok, Ferdinand sudah main salaman saja, dengan pacar orang itu.
"Siapa namanya?" tanya Ferdinand dengan sorotan mata nakalnya.
Tiba-tiba Adi, kekasih cewek itu berbicara ketus.
"Maaf ya, Cuk! Kayaknya gua belum kasih persetujuan apa-apa dari tadi," tandasnya mulai bete.
Dengan suara datar, Ferdinand bertanya sambil tersenyum tipis
"Apa dia istri lu?"
"Apa lu berdua sudah ijab kabul? Udah nikah, gitu."
"Yahh ... kalo udah 'KAWIN' sih! gua percaya," kata Ferdinand yakin.
"Apa sih mau lu," ucap Adi
mulai panas."Jawab aja dulu, pertanyaan gua," ucap Ferdinand sambil tersenyum nakal ke arah cewek cantik itu.
"Kalo jawabannya belum nikah, terus apa hak lu ngelarang gua buat kenalan sama cewek cantik, yang belum jadi istri sesiapa pun ini?" terang Ferdinand ngasal.
"Jadi boleh dooong, gua kenalan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBIDO
Teen FictionIni cerita tentang sebuah persahabatan konyol antara 3 remaja. Mereka adalah para mantan pembangkang dan bandit-bandit kecil dari SMA mereka, yang akan meneruskan bakat bengalnya di sebuah universitas ternama, sebagai mahasiswa baru. Walaupun bengal...