"Abis ini, elu-elu pada kemana?" tanya Ferdinand ketika mereka sudah sampai di Parking Area.
"Gua sih, mau balik aja," jawab Daffa sambil merogoh kantong mencari kunci kontak mobilnya.
"Kalo elu, Pan?"
"Kalo elu berdua semua pada balik, gua juga balik, dah," jawab Topan ikut-ikutan.
"Emang lagi ada gawe di rumah," tanya Ferdinand lagi.
"Gak juga ... Gabut aja sih, gua mah," jawab Daffa menuju mobilnya yang sedikit jauh dipojokan.
Sambil tetap membuntuti Daffa, Ferdinand terus bertanya.
"Emang rumah lu dimana, Daff ?"
"Tau komplek Balitan Timur Raya, gak? Nah, di kavling Blok G, rumah gua," tanya Daffa sekaligus menjawab
"Tau ... tau! yang di Slipi 'kan?"
"Iya, persis," jawab Daffa
"Ooohh ... Ini mobil lu?"
tanya Ferdinand sambil mengamati mobil Honda Brio Satya warna putih."Keren juga, Daff.
Tuh 'kan, udah gua tebak, Lu tuh anak tajir.""Gak lah, Fer. Ini nih mobil sodara tiri gua. Dapet minjem inii," terang Daffa dengan mimik sedikit sedih.
"Kenapa muka lu, Daff. Kok kayak redup gitu?" tanya Ferdinand heran.
"Ahhh, gak apa-apa, Boy! Gua baik-baik aja kok, hehehee."
"Cerita gih, kalo lagi ada beban!" ujar Ferdinand sambil menepuk-nepuk bahu Daffa.
"Entar deh, gua cerita-cerita
sama lu. Kapan-kapan," ucap Daffa kurang bersemangat."Loh, Topan, mana? kok tiba-tiba lenyap," tanya Ferdinand celingak-celinguk mencari keberadaan Topan.
"Dia pasti udah ke parkiran depan, ngambil motor antiknya. Entar juga kita ketemuan di pintu gerbang"
"Motor antik apa, tunggangan dia, Daff?"
"Ituuu, motor Kawasaki Z900RS CAFE. Tau 'kan?"
"Wihhh motor klasik, itu mah! Mantep juga selera otomotiv Topan,"
"Lahh, mobil lu mana, Fer?
Parkiran lu, V.I.P yah?" tanya Daffa yang sudah tahu Ferdinand, anak orang paling penting di kampus ini."Gini, Gua ikut lu dulu. Entar pas dekat kantor pusat, kan ada taman kecil tuh, nah ... turunin gua disitu. Entar kita sama-sama cabut, okee!"
"Oke! Sip ... sip, Braderku," angguk Daffa mantap.
Di dalam mobil yang berjalan pelan, Ferdinand iseng-iseng memperhatikan wajah teman barunya ini.
"Kalo gua liat-liat, lu ini ganteng juga, Daff," ucap Ferdinand sambil terus mengamati detil wajah Daffa.
"Kenapa, lu. Berminat sama gua ya?" tuduh Daffa seenaknya
"Najiss, lu! Gak bisa dipuji dikit, nih anak, langsung main fitnah aja." ucap Ferdinand geleng-geleng kepala.
"Sapa tau lu doyan laki ganteng kayak gua. Gua mah oke-oke aja didemenin sama orang tajir kayak lu," ucap Daffa cekikikan sambil memperhatikan bahu jalan.
"Koplaakkk, lu! Entar deh nunggu gua khilaf dulu, baru gua nembak lu ... hahaaa," balas Ferdinand ikut konyol.
"Okee! gua tunggu kekhilafan lu, Boy. Beneran, yaa," ujar Daffa sambil memelet-meletkan lidahnya tanda bercanda.
"Serius gua, Daff! Tampang lu itu, tampang muka sange. Tampang ngajak ngentot."
"Model muka kayak elu ini, nih, yang paling di demenin sama janda-janda kembang yang banyak duitnya."
"Mereka itu selalu kesepian,
karena ditinggal cerai atau mati sama suaminya," terang Ferdinand bersemangat menjelaskan."Bangke ... bangke. Gua mah kagak percaya. Lu mah, pasti bote" ujar Daffa malas dengerin
"Lu itu loh, yang real ganteng, Fer."
"Udah tajir, tampan pula. Beruntung banget hidup lu, Brader. Ngiri gua, lah."
"Lu liat kan, cewek yang di capetaria tadi. Gua yakin, tuh cewek mulai terhipnotis sama kegantengan lu. Buktinya cowoknya langsung ditinggalin gitu aja."
"Hahahaaa, iya Daff. Gua emang sengaja pengen bikin murka 'suaminya' yang sok cool itu. Dan gua sukses bikin pasangan itu bubar, dalam jangka waktu kurang lebih lima belas menit.
"Akhirnya cewek itu sendiri yang kasih nomor WA ke gua di tissue. Dasar cewekk lemah iman," ucap Ferdinand terlihat bangga habis ngerjain orang.
"Ckckckck ... Dosa lu, Boy! bikin runtuh iman orang," timpal Daffa sok jadi anak baik.
"Alaahh ... kayak lu gak pernah aja. Gua mah tau, lelaki macam apa dirimu, hahaha," ujar Ferdinand tertawa ngejek.
"Bangke lu, mah, hhaa! Gini-gini, gua termasuk lelaki yang beriman taqwa, tau gak!" ucap Daffa membanggakan diri.
"Cuiiihhhh! sampai kiamat pun, gua gak bakal percaya sama omongan buaya gila kayak lu, kwawawakk," Ferdinand tertawa sampai terpingkal-pingkal.
***
"Nah, di pojok situ aja lu berhenti."
"Okeeee ... Okee.. Stop!"
"Tunggu bentar, Daff. Gua ambil mobil gua dulu."
"Okeee, sippp," jawab Daffa sambil memarkirkan mobilnya lebih ke tepi.
Tidak begitu lama, sebuah mobil warna merah gelap keluar dari dalam taman itu.
"Wihhhh, Busyettttt, dah! Anak Bos, mobilnya anjirrr," puji Daffa terkagum-kagum.
"Ah lu, boy. Biasa aja napa! gua risih dipuji-puji gitu," kata Ferdinand dengan suara sedikit keras sambil mensejajarkan Jeep Renegade - Toyota Camry-nya dengan mobilnya Daffa.
"Sekarang kita ke pintu gerbang, nemuin Topan, ya!"
"Terus mau kemana dulu kita, Fer?" tanya Daffa
"Gampaang ... yang penting kita keluar dulu, Daff."
"Okeeeee, Come on!" berteriak Daffa sambil menutup kaca mobilnya.
"Teett ... teeeett ... teett ... teeeeett"
Suara klakson itu,mengagetkan Topan yang sudah menunggunya sedari tadi. Daffa membuka kaca mobilnya.
"Fan! Lu ikutin mobil merah yang di depan, yah," perintah Daffa kembali berteriak karena suasana jalan utama itu semakin bising oleh hiruk-pikuk bunyi kendaraan.
"Siapaa?" tanya Topan.
"Mobil Ferdinand, Fan. Buruan ikutin!" ucap Daffa.
Sambil memperhatikan mobil merah Jeep Renegade milik Ferdinand, Topan hanya bisa menggeleng-geleng, tanda kagum.
Setelah keluar, menjauh dari lingkungan kampus, mereka pun meluncur, entah kemana. Terserah Boss-nya saja.
Bersambung.
***
Sengaja part-nya dibuat pendek-pendek, biar enggak eneg bacanya... heheheee
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBIDO
Teen FictionIni cerita tentang sebuah persahabatan konyol antara 3 remaja. Mereka adalah para mantan pembangkang dan bandit-bandit kecil dari SMA mereka, yang akan meneruskan bakat bengalnya di sebuah universitas ternama, sebagai mahasiswa baru. Walaupun bengal...