Setelah lebih kurang 8 jam berkutat dengan berbagai macam pemaparan materi-materi terkait dengan pengenalan universitas, fungsionaris, seputar akademik, kemahasiswaan, laboratorium, dan perpustakaan, akhirnya Ferdinand Cs bisa bernafas dengan lega. Mereka langsung cabut dari area kampus tanpa banyak bicara. Hari ini benar-benar sangat melelahkan bagi ketiganya.
Sesampai di parkiran khusus mobil Ferdinand, dua konconya itu menunggu di luar sambil melirik kiri kanan, memandangi ratusan MaBa lalu-lalang, yang bersiap-siap hendak pulang.
Sekitar 10 meter di depan, tampak cewek cantik berponi sedang menatap ke arah mereka dengan tersenyum simpul. Entah kenapa cewek itu berlari-lari kecil, menghampiri keduanya.
"Maaf, ya. Kalian, temennya 'Dia' itu tadi, kan?"
"Sekarang, Dia kemana?"
"Udah duluan, kah?" cewek itu terus bertanya, seperti orang yang kehilangan.
"Maksud kamu Ferdinand?"
"Kalo Dia mah, masih ada di dalam situ," jawab Daffa sambil nunjuk kearah taman kecil samping kantor pusat.
"Emang, kamu dah ada janji pulang bareng Ferdi?"
"Tunggu aja. Bentar lagi juga dia nongol."
"Nama kamu Anditta?"
"Kenapa kayak gelisah gitu?" tanya Daffa begitu lihat ID Card yang terkalung di lehernya.
"Iya. Namaku Ditta."
"Eh, kamu bisa sampein ini gak, sama dia. Aku malu ketemu dia soalnya. Aku titipin sama Kamu aja, yah!" pinta Ditta sambil memberi secarik kertas pada Daffa.
Begitu Ditta mau pergi, tiba-tiba mobil Ferdinand keluar.
"Ditta! Nih, orangnya. Kamu kasihkan aja langsung ke dia."
Kaca mobil Ferdinand terbuka. Setengah kepalanya menyembul keluar jendela mobil.
"Ada apa, Daff. Cepat naik mobil gih!" tanya Ferdinand sambil menyuruh masuk dua temannya.
"Ini Fer, kasihan. Dia udah nunggu lu dari tadi. Dia mau ketemu lu."
Ferdinand gak ada reaksi sedikitpun begitu melihat cewek cantik itu berdiri di samping mobilnya.
"Fer, jangan kejam-kejam gitu lah sama cewek, entar nangis loh anak orang. Turun bentar, napa!" Topan membujuk temannya itu biar keluar dari mobil.
"Emangnya ada apaan?"
"Di sini entar macet kalo mau brenti lama. Kalo mau, masuk aja ke dalam mobil. Cepat! Gua tunggu," suruh Ferdinand tanpa melihat ke wajah cewek itu.
"Ayo Ditta, masuk mobil aja, biar enak ngomongnya," ucap Topan mempersilakan.
"Mau kagak! Sekalian gua antar pulang."
"Kalo gak mau, ya sudah! gua tinggalin, nih. Sorry," ucap Ferdinand sambil men-starter mobilnya kembali.
Tiba-tiba, entah ada perasaan grogi karena mau ketemu cowok tampan, Anditta malah berlari menjauhi mereka.
"Bangkee!"
"Gua emang udah ilfil sedari tadi sama tuh cewek. Kalo emang pengen sama gua, gk usah pake acara belagu gitu."
"Gua tau, kok. Pengennya dia, gua yang kudu ngejar-ngejar. Gua yang harus maksa-maksa dia untuk masuk ke mobil ini tadi. Gua hapal bener karakter cewek macam dia. Gua udah khatam."
Ferdinand ngedumel panjang gak karuan. Hari ini mood-nya bener-bener lagi tidak bagus. Mulai dari waktu makan siang tadi, Ferdinand terus-terusan bete sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIBIDO
Teen FictionIni cerita tentang sebuah persahabatan konyol antara 3 remaja. Mereka adalah para mantan pembangkang dan bandit-bandit kecil dari SMA mereka, yang akan meneruskan bakat bengalnya di sebuah universitas ternama, sebagai mahasiswa baru. Walaupun bengal...