Monoton.

15 6 1
                                    

Drap Drap Drap
Langkah kaki gemetar yang diiringi dengan kegelisahan hati menuntun badan Rafa ke ambang pintu rumahnya.

"Udah jam berapa sekarang? Dari mana aja kamu?," Bentak papanya.

Rafa mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya.
"Tadi Rafa ngerjain tugas kelompok pa. Maaf Rafa nggak kabarin papa, soalnya handphone Rafa batrainya habis pa," jelas Rafa dengan keringat dingin yang bercucuran di keningnya.

"Kamu kan bisa pinjem handphone teman, apa susahnya?," papanya menyangkal penjelasan Rafa dengan nada membentak (lagi).

"Katanya pada nggak ada pulsa pa. Lain kali nggak akan Rafa ulangin kayak gini pa, maaf pa," jawab Rafa yang masi bergemetar.

"Yaudah, masuk kamar! Ganti baju cepat untuk siap siap makan malam!," kata papanya yang sudah sedikit menerima perkataan Rafa tadi.

Disisi lain mamanya hanya terdiam melihat kejadian tadi. Karna sudah menjadi kebiasaannya seperti tadi untuk mendidik anak bungsu kesayangannya itu.

(Kamar Rafa)
"Kenapa si papa ngekang aku kayak gini? Padahal kan aku udah SMA. Dan bisa jaga diri sendiri. Tapi untung deh nggak separah yang kemarin kemarin," batin Rafa sambil mencoba mensyukuri apa yang terjadi tadi.

"Rafaaa. Nak, makan lagi," teriak mamanya dari luar pintu.

"Iya maaa," sahut Rafa sambil bergegas keluar.

(Meja Makan)
"Nah, makannya udah siap dan sekarang udah jam 8. Sekarang jadwal kamu masuk kamar terus belajar Rafa," suruh papanya.

"Iyaa pa," jawab Rafa sambil menelan makanan yang masih tersangkut di mulutnya itu.

(Kamar Rafa)
"Belum juga selesai nelan, malah disuruh balik, mana gue belum minum lagi. Emang harus ya tepat waktu segala? Susah banget perasaan hidup gue," Rafa mengomel tak jelas sendirian.

"Nakkk, boleh mama masuk?." Mamanya mengetuk pintu.

"Boleh maaa," sahut Rafa.

Clek
"Kamu belum belajar? Ntar kalau papa tau bisa kena hukum pula kamu," kata mamanya.

"Iya maa, iya. Ini mau belajar," jawab Rafa.

"Ini mama bawain minum untuk kamu." Mamanya memberikan minun kepadanya.

"Makasi maa." Rafa terseyum tipis.

Dengan pintu kamar yang masi terbuka, tiba tiba papanya lewat dan menyelonong masuk ke kamar Rafa.
"Loh kok kamu belum belajar? Kok buku kamu masi tersusun rapi di meja? Udah jam berapa ini? Sebentar lagi jam 9 dan waktunya tidur, tapi kamu belum belajar?," Bentak papanya.

"Udah la pa, dimaafin aja kali ini. Udah malam juga, jangan marah marah pa," kata mamanya yang berusaha menenangkan papanya.

"Nggak bisa kayak gini ma. Harus disiplin pokoknya! Papa nggak mau tau, besok kamu harus jalan kaki ke sekolah! Ngerti?," Perintah papanya.

"Iya paa," jawab Rafa yang hanya menuruti perkataan papanya itu.

"Nah, sekarang udah jam 9 tepat. Waktunya kamu tidur," kata papanya.

"Iya pa," jawab Rafa singkat diiringi dengan papa dan mamanya yang meninggalkan kamarnya.

Keesokkan harinya.
Jam beker berdering keras menunjukkan pukul 5 pagi. Kemarin malam Rafa menyetel jamnya lebih cepat dari sebelumnya karna ia harus pergi jalan kaki ke sekolahnya kini. Dengan cepat Rafa bergegas bersiap siap pergi ke sekolah.

"Pa, maa. Rafa pergi dulu yaa," teriaknya dari luar pintu rumah sambil memakai sepatunya.

"Kamu nggak sarapan dulu?." Mamanya menyusul Rafa keluar.

"Nggak ma. Rafa pamit dulu ya ma. Sampaiin juga ke papa ya ma." Mencium tangan mamanya.

"Ya nak. Hati hati ya." Mamanya melambaikan tangan.

"Ya maa." Rafa membalas lambaian tangan itu.

Memang jauh perjalanan Rafa. Ia harus menempuh perjalanan ±4km dari rumahnya itu dan kini pun jam menunjukkan pukul 6:35. 10 menit lagi bel masuk telah berbunyi, sementara waktu tempuh yang harus dilaluinya ±13 menit lagi. Rafa pun mempercepat langkah kakinya dengan cara belari.

"Itu cewek kayaknya satu sekolahan deh sama gue. Lambangnya sama. 13 menit lagi masuk dan dia jalan kaki? Gila ni anak," batin cowok bermotor yang lewat di depan Rafa.

Dan tiba tiba cowok itu memberhentikan motornya.
"Naik! Cepat!" Perintah cowok yang tak dikenal Rafa itu.

Rafa yang mengetahui bahwa itu teman satu sekolahnya, tanpa basa basi ia langsung menaiki motor tersebut. Karna ia tau kalau ia tak menerimanya ia bakal telat.

Parkiran Sekolah.
"Nah, kan. Gak telat. 5 menit lagi bel masuknya." Cowok itu membuka helm nya.

"Iya. Makasi banyak ya." Rafa meninggalkan pergi cowok itu dengan tergesa gesa tanpa berkenalan sebelumnya.

"Lah, aneh banget," batin cowok yang memboncengi Rafa tadi.

-----------------------------------------------------------
Jangan lupa votement:)

About me:
Bisa panggil Ana, pelajar kelas 2 SMA.
Instagram :  brianafirst.a

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang SemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang