"Umur kamu berapa?" Lelaki itu berbisik.
Meski bingung, Nikita menjawab. "Dua puluh dua."
"Bagus."
"Kenapa?"
Tristan menahan dagu Nikita. "Karena aku bisa melakukan ini padamu."
Dan Tristan menciumnya. Mata Nikita melebar.
"Pejamkan mata dan ikuti alurnya."
Seperti terhipnotis, Nikita memejamkan mata. Seharusnya ia mendorong Tristan, memukul lelaki itu dengan brutal atau apa pun itu yang bisa membuat Tristan menghentikan kekurangajarannya. Namun nyatanya, Nikita tetap terdiam seperti orang bodoh.
Tristan menyudahinya. Padahal ciuman itu tidak lebih dari dua menit. Tapi Tristan sudah terbakar. Apalagi begitu melihat wajah merah Nikita. Ia semakin ingin menculik gadis itu dan ia ikat di kamarnya.
"Ciuman pertama, ya? Oh, iya. Dulu kan kita nggakpernah ciuman dan aku gak berani cium tanpa izin kayak tadi."
Wajah Nikita memanas. Mama bilang, tidak boleh ada sentuhan fisik apa pun yang intim sebelum menikah. Itu sangat dilarang. Malaikat mencatatnya sebagai dosa. Nikita baru saja melakukan dosa. Ia mendorong Tristan dan berdiri.
"Aku mau pulang!" cetusnya memaksa.
"Iya." Tristan mengiyakan dengan mudah. Ia merangkul gadis itu dan membawanya keluar dari ruangannya. Tak lama, dengan motor yang sama, Tristan sudah mengantarkan Nikita dengan selamat.
"Semoga bisa jadi inspirasi ya?" katanya jahil sewaktu membantu Nikita turun dari motornya yang tinggi. "Kalau kurang, minta ke rumahku. Oke?"
"Nggak!" Nikita menyodorkan helm-nya dengan kasar. Ia melepas jaket Tristan dan mengembalikannya juga. Lalu pergi dengan langkah kesal. Tristan terkekeh geli.
Mungkin Tristan itu seorang peramal. Karena malamnya, Nikita jadi bersemangat untuk menulis cerita baru. Ia menamai karakter laki-lakinya dengan nama Tristan, dan karakter perempuannya dengan nama Nikita.
Tristan itu lelaki mesum, pemaksa dan menyebalkan. Mengganggu Nikita adalah kegiatan favoritnya. Karena suatu rahasia, Nikita terjebak menjadi pacar lelaki itu-lagi. Nikita yakin hidupnya akan suram. Tapi terkait takdir, siapa yang akan tahu kan?
Nikita tersenyum membaca prolog yang singkat itu. Jemarinya terus menari. Ia mencurahkan segenap imajinasinya di sana. Murni tentangnya dan Tristan. Dalam waktu singkat, ia sudah memperoleh sepuluh halaman. Di halaman kedelapan belas, otaknya macet. Ketikannya sampai pada acara ciuman tadi. Nikita berpikir keras untuk melanjutkan tapi tidak menemukan rangkaian kata yang tepat. Mungkin karena kisahnya dan Tristan baru sampai di bagian itu.
Baiklah, besok Nikita akan melanjutkannya. Tentunya setelah bertemu dengan Tristan. Nikita menutup laptopnya lalu merebahkan diri. Selama ini ia selalu kesulitan menuliskan adegan intim di ceritanya. Tapi akibat kedekatannya dengan Tristan dan kemesuman lelaki itu seperti tadi, idenya mengalir deras. Ia memegang bibirnya sendiri. Pasti karena tadi ia berciuman dengan Tristan. Nikita menjerit tertahan.
Segenap pikiran tentang Tristan membuat Nikita tidur larut hingga bangun kesiangan. Itu pun karena seseorang mengetuk-ngetuk kaca jendelanya. Nikita bangun, ia mengacak rambutnya malas sambil menguap. Saat melihat jendela, ia menyipit. Ada siluet di balik gorden. Kakinya turun dari tempat tidur. Sambil membereskan tatanan rambut dengan jari, ia menyingkap gorden.
Ada Tristan di sana. Lelaki itu menyuruh Nikita membuka jendela yang Nikita lakukan begitu saja. Kemudian Tristan mengangkat kakinya dan masuk ke kamar Nikita melalui jendela yang Nikita pikir tak cukup untuk tubuh besar Tristan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISCHIEVOUS [REPOST]
Romance[16+] Cinta itu kerja sama antara dua orang. Kalau hanya satu orang, namanya kerja paksa. Bukan cinta. KAMU YANG MERASA SENSITIF, DIMOHON UNTUK MUNDUR TERATUR SAJA! ___________________________ 16 Mei 2018 Avicennav