Tiga

9 2 0
                                    

Udara pagi terasa menyejukkan namun dingin secara bersamaan. Walau jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, tapi Mawar sudah berada di kelas. Ia memutuskan datang lebih awal karena takut kejadian kemarin terulang. Masih beruntung kemarin ternyata hari Minggu jadi dia tidak benar-benar kesiangan, coba saja jika dia telat hari ini, maka dia akan menjadi tontonan satu sekolah di lapangan.

Dikelas masih nampak kosong, hanya ada beberapa murid yang sudah datang termasuk Mawar.Mereka melakukan aktivitasnya masing-masing. Ada yang sedang menulis, mungkin saja sedang mengerjakan tugas. Ada yang tertidur, bermain handphone, ada juga yang memilih untuk membaca novel ketimbang buku pelajaran dan itu adalah Mawar. Semua murid yang sudah datang hanya fokus dengar aktivitas nya masing-masing, seiring berjalannya waktu murid-murid yang datang pun bertambah banyak.

"Woy! Fokus amat baca nya. Baca apaan lu? Wah jangan jangan lu baca cerita yang ada unsur dewasanya ya? Gila sih lu berani baca begituan di sekolah!" Ujar Alya--teman sebangku Mawar-- dengan nada menuduh. Mendengar suara sang teman yang merusak konsentrasi membaca novelnya, Mawar mendongak menatap teman didepannya itu dengan wajah datar.

"Apa sih? Datang-datang lu sewot sendiri sambil nuduh-nuduh gue baca cerita dewasa."

"Ya abis lu fokus amat bacanya"

"Ya emang-" ucapan Mawar terpotong ketika Alya tiba-tiba menarik tangannya keluar dari kelas.

"Udahlah gada tenaga gue buat ngelayanin perdebatan lu. Kita ke kantin aja dulu isi tenaga baru lanjutin perdebatan tadi"

Mau tak mau Mawar pun mengikuti keinginan teman sebangku alias sahabatnya itu. Mereka menuju kantin diiringi obrolan-obrolan kecil dan candaan layaknya anak remaja lain. Keadaan kantin yang lumayan kosong tidak membuat mereka kesusahan mencari tempat duduk. Berbeda dengan jam istirahat, jika dipagi hari kantin nampak kosong maka saat jam istirahat kantin berubah macam pasar dan sulit menemukan tempat duduk yang kosong. Mawar dan Alya pun memutuskan untuk duduk di meja pojok yang dekat dengan para penjual di kantin itu.

Sementara Alya memesan makanan maka Mawar memilih untuk duduk sembari melanjutkan membaca novel yang tadi sempat tertunda.

"War! Lu mau gue pesenin juga kagak?" Tawar Alya dengan teriak supaya Mawar dengar. Tapi walau Mawar dengar dia diam saja tanpa merespon ucapan temannya itu. Melihat respon temannya yang tetap diam walau di tanya, Alya agak sedikit kesal. Namun rasa kesalnya itu kemudian hilang diiringi kekehan kecil, sekarang Alya mengerti kenapa temannya itu tidak merespon.

"Rei! Lu mau gue pesenin juga kagak?" Tawar Alya lagi.

Orang yang dipanggil Rei alias Mawar itu akhirnya menengok ke asal suara. Melihat tingkah temannya itu, malah membuat Alya tertawa, entah apa yang lucu.

"Gak deh. Lu aja." Jawab Mawar santai.

"Ok"

Akhirnya Alya datang dengan nampan berisi soto ayam. Dia mendudukan dirinya di kursi hadapan Mawar. Mengambil sendok yang ada didalam mangkuk soto tersebut untuk segera memakannya.

"Lu tuh kebiasaan banget sih"

"Apa?" Tanya Mawar mengangkat satu alisnya.

"Ya lu kalau gue panggil Mawar suka Gak jawab" gerutu Alya sambil memasukan sesuap soto kedalam mulutnya.

"Kan nama gue bukan Mawar. Jadi gue gada kewajiban buat jawab. Oke?" Jawab Mawar tak acuh.

"Ya seenggaknya lu nengok lah kalau gue panggil" sanggah Alya lagi dengan tetap memakan sotonya itu. Memang seorang Alya itu tidak akan lepas dengan makanannya walau sedang berdebat sekalipun, sikap nya itu memang sebelas dua belas dengan teman di hadapannya, Mawar.

"Kalau lu panggil dengan nama gue, pasti gue jawab"

"Ya emg kenapa sih?"

"MAWAR MERAH, MAWAR MERAH, MAWAR MERAH, MAWAR MERAH YA ATENA"

"Dung Tek, Dung Tek"

"Serrrr, tarik mang"

Disaat Mawar hendak menjawab pertanyaan sahabat nya itu, tiba-tiba datang 4 orang dari arah pintu kantin sambil menyanyikan lagu kali merah yang sudah diubah liriknya. Akibat ulahnya itu, kini keempat orang pemuda itu menjadi pusat perhatian. Tapi mereka tampak tidak peduli dengan tatapan orang-orang disekitarnya dan malah berjalan santai kearah meja tempat 2 orang gadis yang tengah sarapan, walau hanya 1 orang saja yang makan dan yang lainnya membaca novel. Ya menjadi pusat perhatian sudah terbiasa bagi keempat pemuda itu. Memang gada malu mereka tuh.

Mendengar namanya dijadikan parodi lagu, Mawar hanya menghela nafas berat. Seperti hal biasa yang sudah sering mereka lakukan.

"Lu denger kan Al? Itu alasannya." Mawar memutar bola mata jengah. Sedangkan Alya hanya mengangguk pelan dengan mulut yang seolah berkata 'oh' tanpa suara.

"Pagi Mawar Merah" sapa Vano, pelaku yang diduga menyanyikan lagu kali merah dengan liriknya yang diubah. Vano sepertinya memang pecinta dangdut.

Mendengar sapaan yang dilontarkan Vano, Mawar hanya membalasnya dengan lirikan mata. Terkadang Mawar dan Vano memang suka bertengkar, hal-hal kecil pun akan mereka pertengkarkan.

"Pagiii Reina" sapa Gio dengan senyumannya yang sumringah.

"Pagiii Giooo" balas Mawar. Nama asli Mawar adalah Reina Roseline, tapi ada saja yang memenggilnya Mawar. Jika ditanya mengapa? Mereka akan menjawab "Karna kan nama Lo 'Reina Roseline'. Rose yang berarti Mawar" namun ada juga yang tetap memanggilnya Reina seperti yang ia mau. Mawar tidak suka jika dirinya dipanggil dengan nama 'Mawar', itu karena namanya hanya akan dijadikan bahan bulan-bulanan oleh si usil Vano. Makanya ia lebih suka dipanggil Rei ataupun Reina. Oleh sebab itu mulai dari sekarang mari kita panggil dia Reina not Mawar sebelum sepatu yang ia pakai melayang dikepala kita 🙂. Seremmm bos...

"Parah lo war, giliran si Gio lu jawab" protes Vano.

"Emang tadi lo nyapa gue?"

"Sialan!" Gerutu Vano.

Vano, Gio, dan dua temannya itu mendudukan dirinya dimeja yang sama dengan Reina dan Alya. Padahal meja kantin lainnya masih banyak yang kosong, tapi mereka malah memilih duduk di meja yang sama dengan Reina.

"Kalian gk makan?" Tanya Reina memulai pembicaraan.

"Sebenernya Gio laper Rei, tapi Gio males makan" keluh Gio dengan wajah yang dibuat lesu.

"Ya udah gosah makan ribet amat hidup lu" cerca Vano.

"Vano apa sih nyambung aja!"

"Mau Rei suapin gk?" tawar Reina dengan alis yang dinaik turunkan.

"Serius Rei? Mauuu" jawab Gio dengan antusias. Reina mengangguk cepat menjawab pertanyaan dari Gio.

Tapi sepertinya semua itu harus dibatalkan karena bel masuk sudah berbunyi. Mendengar bel masuk berbunyi Gio mendengus kesal, karena ia tidak jadi disuapi oleh Reina. Sedangkan Vano, ia tengah menertawakan Gio yang tidak jadi disuapi Reina.

"Mampus" Vano semakin terbahak ketika melihat Gio yang pergi meninggalkan kantin dengan kaki yang dihentak-hentakan. Sedangkan yang lainnya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Vano dan Gio. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke kelas, baik itu Vano dan kedua temannya ataupun Reina dan Alya yang sudah selesai memakan sotonya.

~
TBC

Mohon kritik dan saran yang mendukung ya 🤗

Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang