Lima

6 1 0
                                    

Rasanya sungguh melelahkan. Menghabiskan waktu seharian di sekolah, berkutat dengan berbagai macam pelajaran yang membuat otaknya berpikir keras.

Reina lebih memilih untuk mengistirahatkan dirinya dikamar. Berbaring bersantai di atas ranjangnya, sampai akhirnya memutuskan untuk mandi.

Bukankah saat lelah lebih enak merendam diri dengan air hangat? Reina pun melakukan hal yang sama. Hari ini ia lelah, lelah karena ada seseorang yang terus berlari lari dipikirannya. Ia memikirkan kejadian tadi di sekolah saat jam istirahat sambil berendam.

Flashback on

"Dafa."

Semua orang yang berada di meja mengalihkan pandangannya ke asal suara. Ezra, ternyata suara itu berasal dari Ezra. Si cowok penyimak.

"Hah? Lu bilang apa Zra?" Tanya Reina. Ezra hanya mengangkat bahunya tak acuh.

"Gue... Gak salah denger kan?" Reina kembali bertanya untuk memastikan.

"Ekh ralat. Maksud Lo cowo itu namanya Dafa?"

Ezra malah hanya mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban. Jika yang menjawab seperti itu adalah Vano, sudah Reina pastikan botol mineral yang ada didepannya pasti sekarang sudah melayang ke kepala Vano. Tapi sangat disayangkan, yang sedang menjadi lawan bicaranya Ezra.

Bisa saja Reina melakukan hal yang sama kepada Ezra, namun entah mengapa Reina tidak biasa melakukan hal itu kepada Ezra. Apakah karena sifat cowok itu yang dikenal pendiam dan penutup? Tapi itu bukan masalahnya, buktinya Reina bisa dekat dan bersikap manja kepada Daniel yang notabenenya dingin dan tidak banyak bicara.

Reina akhirnya lebih memilih untuk diam. Tapi jujur saja dia masih sangat kesal dengan jawaban temannya itu, dia butuh pelampiasan amarahnya.

Akhirnya Reina melampiaskan amarahnya dengan melempar botol mineral didepannya ke kepala Vano. "Anjir War! Salah gue paan maen lempar-lempar botol bae."

"Kesel gue."

"Lu kesel Ama si Ezra kenapa malah lampiasin ke gue bangsat!"

"Estafet" jawab Reina singkat.

"Lu pikir lagi ada pertandingan, gak usah estafet-estafet segala. Kalo berani langsung timpuk aja orangnya." Gerutu Vano sebal. Kenapa ia selalu saja dijadikan bahan lemparan barang Reina?

"Iya ntar." Jawab Reina santai

Orang yang menjadi penyebab kemarahan Reina diam-diam mengulum senyum melihat tingkah teman didepannya.

Mereka pun kembali dengan pikirannya masing-masing. Sedangkan Reina menatap tubuh seorang lelaki yang baru diketahui nya bernama Dafa, walau itu pun belum ditentukan kebenarannya.

"Rei balik kelas yuk? Lagian bentar lagi juga bel." Ayak Alya.

"Oh ayo"

Reina dan Alya pun beranjak dari tempat duduknya.

"Gue balik kelas dulu ya bro-bro" pamit Reina sambil melayangkan kiss bye kepada Daniel yang hanya dibalas tatapan oleh si empunya. Sedangkan kepada Gio dia memberikan simbol hati menggunakan tangannya. Tapi dia tidak memberikan salam perpisahan apapun untuk Ezra dan Vano.

"Buat gue mana War salam perpisahannya?" Tanya Vano.

Bukannya memberi kiss bye atau simbol hati kepada Vano seperti apa yang dia lakukan kepada dua temannya yang lain. Reina malah melempar garpu didepannya kepada Vano. "Itu salam perpisahan dari gue buat Lo"

"Sialan!"

Reina hanya tertawa sambil bergegas meninggalkan Kantin sekolah.

Flashback off

Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang