Tujuh

5 0 0
                                    

"Nih buat lo." Reina memberikan kotak bekal kepada Daniel, sedangkan sang lawan bicara hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai pertanyaan.

"Janji gue kemarin, bawain lo makanan, ya..  Walau bukan makanan mahal sih."

"Kemarin gue bilang gausah kan?"

"Ya tapi gue maunya ngasih. Udah terima aja kenapa si, gak gue racun juga." keukeuh Reina.

"Wahh bawa apaan tuh War? Buat gue mana?" tanya Vano yang baru saja datang.

"Gue gak bikin buat lo."

"Gue punya salah apa sih sama lo War? Kenapa lo selalu bedain gue sama yang lain sih?" keluh Vano dengan dramatis membuat teman-temannya bergidik ngeri.

"Ikh apasih, baperan banget lo Van. Gue cuma bikin satu buat Daniel." Vano memicingkan matanya mencurigai Reina.

"Lo ada hubungan apa sama Daniel War?" tanya Vano curiga. Reina hanya memalingkan wajahnya dan tersenyum mengejek.

"Lo kenapa sih Van? Kurang hiburan? Gue cuma mau menuhin janji gue aja." Reina mendengus kesal, tapi sepertinya si Vano itu belum puas mencurigai temannya.

"Janji? Janji apa?" Vano kepo banget sih~

"Lu kepo banget sih jadi orang. Gue cuma-"

"Lo mau ini kan? Ambil aja."

Belum sempat Reina menyelesaikan ucapannya, tapi Daniel sudah memotongnya sembari memberikan kotak bekal yang Reina buat kearah Vano.

"Wahhh lu temen yang paling peka emang Dan. Makin sayang gue jadinya."

Vano mengambil kotak bekal yang diberikan Daniel dan segera duduk di kursi untuk menyantap makanannya. Sedangkan sang pembuat bekal itu menatap tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa Daniel memberikan makanan yang Reina buat untuknya kepada orang lain? Dan lagi dia melakukannya dihadapan Reina.

"Ya Daniel! Gue bikin itu buat lo dan dengan mudahnya lo kasih itu buat si anak sayton, dihadapan gue lagi."

"Nama gue Chayton bukan Sayton." tekan Vano di setiap katanya. Reina hanya mengedikkan bahunya tak acuh.

"Gue kan gak minta." lagi-lagi Daniel membuat Reina terkejut dengan sikapnya itu.

"Seenggaknya lu hargain usaha gue dong. Tapi yaudah deh, berbagi itu kan Indah."

Reina menghela nafas pelan, berusaha menurunkan emosinya. Jika dia terus menanggapinya maka tidak akan selesai bahkan sampai bel masuk pun.

Oh iya! Bel masuk sebentar lagi, itu berati Reina harus segera ke kelas kan?

"Gue balik kelas dulu ya." pamit Reina.

Vano, Ezra, Daniel, dan Gio hanya mengangguk sebagai jawaban. Reina lantas segera pergi dari kelas mereka sebelum bel masuk berbunyi. Sebelum Reina keluar dari kelas, ia berhenti di ambang pintu dan berbalik.

"Kotak makan gue kembaliin ke kelas ye Van." Reina memberitahu dengan sedikit berteriak, dan hanya dibalas oleh jari yang dibentuk huruf O oleh Vano sembari terus menyantap makanannya. "Dasar tukang makan." gerutu Reina.

Baru saja maju satu langkah keluar dari kelas, Reina sudah dibuat terkejut oleh kehadiran seseorang didepannya-sepertinya dia sedang berjalan.

Keterkejutannya itu membuat Reina tertegun, selang beberapa detik barulah dia menghela nafas.

"Ya! Kalau lewat itu permisi kenapa! Biar orang kagak kaget." protes Reina sambil memukul lengan orang tersebut. "Ya lu tiba-tiba keluar kelas gitu aja. Harusnya tengok kanan kiri dulu."

Story Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang