Dua

115 5 0
                                    

Karena tidak semua masalah bisa diselesaikan lewat kekerasan.Hanya perlu berfikir dengan perlahan,lalu kamu boleh menyelesaikannya dengan aman.

***

"Jadi,siapa yang mau minta maaf duluan?."Suara khas seorang cewek menggema di setiap sudut ruangan yang berdominan warna putih itu.

Merasa tidak ada sahutan,ia kembali membuka suara."Aldi?."

"Maaf."

"Yang benar."Ira menaikkan sedikit suaranya.Pertanda jika ia sedang serius sekarang.

"Gue minta maaf.Maaf buat kejadian kemarin."

Suasana kembali hening.Aldi hanya memasang wajah datar seperti biasa.Merasa suasana semakin canggung Ira berdehem dan menatap lurus ke arah lelaki yang terbaring lemah di atas ranjang.Wajah penuh lebam dan keadaan berantakan sudah menunjukkan bagaimana keadaan lelaki itu sekarang.

Alex,lelaki itu menangkap tatapan Ira.Tatapan tajam dan raut wajah yang sulit diartikan.Inilah Ira.Gadis itu sangat pandai mengendalikan suasana.

Cewek sama cowoknya sama aja.Sama-sama nyeremin.

"Iya,gue maafin lo."Akhirnya,lelaki itu membuka suara dengan keterdiamannya sejak keempat remaja itu datang.

Keadaan yang tidak memungkinkan untuk menunjukkan rasa gengsinya.Juga kedatangan gadis misterius yang notabenya pacar lelaki yang sudah membuatnya terluka.Lebih baik jika Alex menahan egonya untuk sementara waktu.Apalagi Aldi terlihat begitu tunduk dengan Ira.

"Kita pergi dulu.Cepat sembuh."

Ira tersenyum singkat lalu pergi menjauhi ranjang Alex.Disusul Sasa dan Kevin di belakangnya.Sedangkan Aldi sibuk menyeret Bara yang masih sibuk mengacungkan jari tengahnya,pertanda jika mereka belum benar benar berdamai.

"Ira,gue pulang duluan.Udah dijemput soalnya,"kata Sasa.

Ira mengangguk."Hati-hati,makasih buat hari ini!."

Sasa hanya mengacungkan dua jempolnya sampai gadis itu benar-benar menghilang dari pandangan Ira.Kevin dan Bara terlihat tersenyum pada Ira sebagai tanda perpisahan untuk hari.

Tersisa dirinya dan Aldi.Keduanya berjalan keluar halaman rumah sakit."Gue anter ya?."

Ira menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Aldi.Sedikit mendongak karena badannya yang kalah jauh dengan tinggi badan Aldi."Maaf,habis ini gue masih ada urusan.Lo bisa balik duluan."

"Kalo ada apa-apa jangan lupa buat hubungin gue."

"Iya."

"Gue bahkan belum bisa tidur sebelum lo kasih kabar ke gue."

"Iya,Aldi.Gue ngerti."Ira tersenyum tulus.Meskipun sekarang hatinya dilanda rasa bersalah karena sudah beberapa kali ia selalu menolak Aldi.

"Al."Panggil Ira."Jangan pernah ngerasa harga diri lo sebagai cowok jatuh karena minta maaf duluan.Meskipun lo gak salah."

Aldi mengangguk dan mengacak puncuk rambut Ira.Sebelum lelaki itu benar-benar pergi dengan motornya.

Ira memutar arah dengan berjalan ke belakang rumah sakit.Menyusuri setiap jalan sampai langkah kaki membawanya ke jalan kecil yang sepi.Hening menyapanya saat ia terus berjalan.Hanya ditemani pencahayaan dari lampu-lampu jalan yang tak begitu terang.Sampai sebuah suara membuat langkahnya berhenti.

Tentang IraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang