Sehebat-hebatnya manusia,ia akan tetap kalah jika Tuhan berkehendak.Sekalipun ia mencoba untuk menolak.
***
Ira masih menatap tajam Aldi,yang notabenya lelaki paling sangar di SMA Pusaka.Bahkan hanya sekali tatap,lelaki bertubuh tegap itu tampak tak melawan.Hanya menunjukkan sorot mata bersalah.
Di ranjang sebelah,masih terlihat Sasa yang mengobati luka lebam di wajah Fajar.Awalnya pihak sekolah ingin mengantarkan Fajar ke rumah sakit,tapi lelaki itu menolak.Memilih untuk diobati di uks saja,itu katanya.
Setelah pergerakannya terhenti,barulah Sasa keluar.Membiarkan ketiga orang itu berdamai dengan cara baik-baik."Siapa yang mau jelasin duluan?."Ira bertanya setelah pintu tertutup.
Tidak kunjung membuka suara,Ira memilih untuk mendudukkan diri di kursi kayu dekat ranjang.Antara Fajar dengan Aldi.
"Dia yang mancing emosi gue."
"Fajar ngapain?."Sambil menoleh ke arah Aldi,Ira bertanya.
"Dia salah paham."Bukan,bukan Aldi yang menjawab.Fajar membuka suara setelah beberapa saat.
Ira mengkerutkan kening tanda tak mengerti.Lalu menatap keduanya secara bergantian."Salah paham gimana,maksud lo?."
Flashback
Keadaan koridor yang sepi membuat langkah kaki seseorang terdengar sangat jelas.Apalagi koridor menuju gedung belakang sangat minim akan pengunjung.Hanya ada ruang musik,beberapa laboratorium dan gudang.Sisanya ratusan loker yang menghiasi dinding sepanjang koridor.
Langkahnya terhenti tepat di sisi kiri koridor.Memutar arah dan berdiri di depan loker kelas XII.Jarinya sibuk menekan tombol berisikan sandi.Ya,SMA Pusaka memberlakukan sandi berupa password untuk keamanan,bukan kunci.Setelah terbuka,ia segera mengambil buku note bersampul hitam.Saat hendak kembali,matanya tak sengaja melihat sebuah loker dengan pintu yang belum tertutup.
"046."
Terlihat sebuah seragam olahraga dan dua buah buku paket.Dan sebuah nama yang tertempel dibalik pintu bagian dalam.Dengan segera,tangannya menutup pintu loker yang otomatis terkunci.
Langkahnya terlihat tenang walau sedaritadi ada yang mengikutinya.Ia segera membuka buku note tadi,dan menyobek bagian kecil dari buku itu.Memasukkannya ke dalam kantong dan segera membuang buku itu ke dalam sampah.
" Ayra Delviera Aldrich."
Bugh
"Tangan gue udah gatal pengen nonjok lo dari tadi,Fajar Pratama."
Lelaki yang dipanggil Fajar itu hanya meringis,memegang ujung bibirnya yang sobek.Juga kacamata miliknya yang sudah hancur terjatuh,karena pukulan yang begitu kuat.Ia sudah tahu jika ada yang mengikutinya,sejak ia berjalan menjauh dari loker kelas XII.Tapi ia tidak menyangka jika kondisinya akan tragis di lapangan.
"Gue gak nyangka ya,lo bakal ngelakuin hal rendahan kayak gitu."
"Maksud lo apa?."Fajar berbicara walau sulit.
"Masih pura-pura gak ngerti?."Lelaki itu berdecih."Ngapain lo di loker Ira!."
Fajar mengangkat alis tanda tak mengerti.Apa maksudnya lelaki di hadpannya ini."Gue gak paham maksud lo,Aldi."
"Lo itu pintar,tapi cuma hal kayak gini doang gak tau?."
"Oh."Fajar mulai mengerti sekarang.Sepertinya Aldi telah salah paham.Mengingat,Aldi hanya melihatnya dari belakang,tidak tau apa yang ia lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Ira
Teen FictionIni tentang Ira.Seorang gadis dengan segala kelebihannya.Sempurna,satu kata yang menggambarkan Ira. Tapi siapa sangka.Di balik kesempurnaan yang mampu membuatnya bahagia,nyatanya hanya sebagai topeng penutup rahasia akan kengerian dalam hidup Ira. K...