Chapter 3 - Zevan -

10.8K 921 10
                                    

Aura menatap ke sekeliling basement salah satu gedung bertingkat. Zac baru saja keluar mobil. Sebelum Zac mengunci pintu mobil. Aura segera mengambil tasnya dan menutup pintu dengan keras.

Setelah itu Aura melangkah pergi menjauhi mobil Zac. Tanpa mengucapkan apa-apa Aura berjalan menjauh. Tapi sebuah cekalan menahannya dan membuat Aura terhempas.

"Kau ingin kemana ?" tanya suara maskulin itu.

"Aku ingin pulang" ucap Aura dengan sinis.

"Kita baru sampai dan kau ingin pulang ?"

"Ya! Kau pikir aku anak kecil yang tidak tau ini gedung apa ?" sungut Aura dan ingin melangkah pergi.

Tapi Zac lagi-lagi menahannya dan membuatnya berbalik badan. Aura melototkan matanya kesal. Sedangkan Zac menatapnya dengan tatapan tak kalah kesal.

"Ini apartemen. Bahkan anak kecil bisa membaca tulisan di depan tadi yang menjelaskan ini apartemen!" sahut Zac yang membuat Aura menarik tangannya.

"Ya! Terus mau apa kau membawaku ke apartemen ini ? Belajar masak ?" sungut Aura tak kalah kesal.

"Saya hanya ingin membawamu ke apartemen saya" ucap Zac dengan enteng.

"Kau gila ??? Aku tidak mau!" ucap Aura dengan melangkah pergi.

Zac mengangkat tangannya kesal. Sebelum menyusul Aura yang melangkah menjauh dengan cepat. Zac dengan cepat mengangkat Aura di pundaknya.

"Kenapa kau susah diatur" ucap Zac dan memukul bokong Aura dengan keras.

Aura yang masih menyesuaikan kepalanya yang kebalik melotot. Aura begitu kesal ketika Zac memukul bokongnya dengan seenaknya sendiri.

"Kau! Ini namanya pelecehan!" jerit Aura ketika mereka masuk ke dalam lift.

"Ck! Begini saja sudah pelecehan. Nanti akan saya kasih tau bagaimana pelecehan yang benar"

Aura makin tak menyangka mendengar ucapan dari mulut Zac. Padahal dikiranya pria itu adalah pria terhormat. Tapi ternyata semua salah tak seperti itu.

Zac menurutkan Aura di depan salah satu pintu di lorong ini. Aura memegang kepalanya yang terasa pusing. Hingga dua tangan memegang kepalanya.

Pandangan mata Aura dan Zac bertemu. Aura sempat terpanah tapi segera ditampisnya. Aura memundurkan langkahnya dan menatap Zac tajam.

"Ini sama saja penculikan. Kau membawaku ke apartemenmu dengan seenaknya sendiri" ucap Aura dengan keras.

"Bisakah kau mengecilkan suaramu ? Para tetanggaku bisa mati mendengarnya" ucap Zac seakan memberi pengertian.

Tanpa mereka sadari jika pintu disamping mereka terbuka. Aura masih menatap Zac dengan tatapan membunuhnya.

"Daddy" gumam suara kecil membuat kedua orang dewasa itu menoleh.

Aura melihat seorang anak kecil tampan dengan wajah tembamnya. Zac yang ikut menoleh tersenyum dan mengangkat tubuh mungil itu kegendongannya.

Zac bahkan mencium pipi gembil tersebut. Aura sempat terpanah melihat kedua orang itu yang terlihat sama. Aura hanya diam hingga kedua orang berbeda generasi itu menatapnya.

"Beri salam kepada Aunty, sayang" ucap Zac yang membuat anak kecil itu  merentangkan tangannya.

Aura yang melihat hal itu langsung mengambil alih anak kecil tersebut. Ketika Aura menggendongnya anak kecil itu langsung mengecup pipinya dengan sayang.

Aura kaget mendapat kecupan manis itu. Sedangkan Zac yang melihat ekspresi tersebut terkekeh. Anak kecil itu memegang pipi Aura dan mengecup pipi satunya lagi.

Duda Ekor Tiga ( BACA DI DREAME )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang