'Karena apa yang kita mulai, akan kita akhiri. Entah itu oleh kita atau orang lain.'
¤
¤
¤Pagi ini gue kesiangan. Jadi... gue dihukum. Jelas, itu sangat jelas, setiap orang yang kesiangan pasti dihukum. Yaah gini deh, gue jadi di marahin sama osis.
"nama?" ucap osis yang ngehukum gue. Gue tau dia, dia anak IPA-III terkenal akan sifat kedinginannya. Namanya Ratu Randita biasa dipanggil Dita
"Rini." jawab gue merendah
"OK SEMUA! KALIAN TERLAMBAT DIHARI KEDUA!!! BAGUS BANGET! BARU MASUK UDAH TELAT! INTINYA GUE BAKAL MASANGIN KALIAN! GUE AKAN KASIH TUGAS DAN KALIAN HARUS KERJAIN TUGAS ITU BARENG PASANGAN KALIAN! NGERTI?!!." teriaknya. Gue heran, kok bisa yah dia teriak sekenceng itu, apa dia ga takut suaranya habis?.
"Ehm, selamat pagi, kalian semua pasti udah tau saya. Tapi saya bakalan ngasih kesempatan barangkali ada yang gak tau saya, yang ga tau saya boleh angkat tangan."
Ucap pria tersebut.Gue mengangkat tangan. Dan, cuma gue satu satunya orang yang ngangkat tangan.
Semua diam, tidak ada yang bergeming. Dan lebih parahnya mereka semua menatapku."ada apa?" tanya gue dengan wajah kepolosanya gue yang berhasil mengundang kekesalan kak dita.
"oke, oke. Ternyata ada yang masih belum kenal saya, yah kalo gitu saya akan memperkenalkan diri." ucapnya dengan lembut dan penuh senyuman.
"selamat pagi nama saya arkham amir, saya dari kelas IPS-IX, jabatan saya adalah ketua osis dan saya masih jomblo." ucapnya. Satu hal yang gue tangkep dari perkenalan dia yaitu 'jomblo' mungkin dia udah cape jadi jomblo akut jadi dia mepromosikan dirinya sendiri. Yaah anak perempuan pada terpesona, dan itu berhasil membuat gue jadi risih.
*istirahat*
istirahat kali ini gue dan karin ditemenin orang yang kemarin ribut sama gue. Yap, reza da fikri. Sumpah gue gak suka banget ketemu lagi sama parasit satu ini, fikri. Dia dari awal datang ke kelas gue udah nyebelin banget, nyindir lagi ishh.
Tapi, gue juga seneng bisa makan bareng sama reza. Dia itu... Bener bener lembut. Tapi gue merasa gak pantes berada disamping reza, mengingat sifat gue yang arghh, cerewet, juga nyebelin. Tapi, apa gue salah kalau berharap?
"Gimana yah, biar dia tau?." gumam gue dan ternyata terdengar oleh fikri yang duduk di depan gue
"apanya yang gimana?" tanya fikri langsung dan frontal. Dia berhasil buat gue mati diam.
"apaan sih" ucap gue mengalihkan pandangan gue ke jus mangga yang lagi gue aduk aduk
"heh" dia nyengir ngeledek.
*skip time*
Gak kerasa ini semester terakhir gue, dan gue masih belum bilang kalo gue suka sama reza. Jujur, gue ngerasa ini tuh berat banget. Tapi, kali ini gue bakal berusaha buat jujur sama diri gue sendiri.
Gue berencana buat ngajak dia ketemu di ruang musik. Just me and him. Gue mulai ngeluarin hp gue dan mengetik sebuah pesan.
To: Rezaa
'bisa ketemu ga? Kalau bisa, temuin gue di ruang musik.'
Dengan jantung yang berdebar begitu kerasnya, gue memberanikan diri untuk mengirim pesan itu.
"aah, bodo dah, diterima atau gak nya urusan nanti aja lah" gue berlari meninggalkan atap sekolah. Dengan lincahnya gue menuruni anak tangga karena gue gak mau bikin dia nunggu.
Gue terus bersenandung kecil, gue bahagia banget ini adalah hari yang bersejarah buat gue. Karena, hari ini gue bakal nyatain perasaan gue.
Tapi... Semua musnah saat...
Tinggal beberapa langkah lagi gue nyampe di ruang klub musik. Saat gue berada di depan pintu klub musik yang ditutup, gue ngedenger..
"gue suka sama lo rin, lo mau ga nerima gue?" ucapan itu terkesan lembut namun tegas.
"haha, lo pasti lagi ngeprank kayak biasanya ya kan? Mana coba kameranya?" jawab lawan bicaranya
"nggak, gue serius! Gue serius jatuh cinta sama gadis yang bernama karina laletta!" perkataan tegas yang keluar dari mulutnya seolah menusuk hati.
Ternyata, selama ini reza cuma suka sama karin. Dan selama ini gue bertepuk sebelah tangan?. Bodohnya gue yang gak peka, yang terlalu terbawa perasaan karena sifat baik reza selama ini. Gue baru sadar kalo dia, baik ke semua orang.
'BODOH! BODOH! BODOH!!!!' batin gue
Sangking terbawa ke alam pikiran gue sampai ga sadar ada yang mendekati dan membuka pintu tersebut.
"Riri, kamu denger pembicaraan kita?." tanya karin dengan muka kagetnya
"ehh, ng..nggak kok...anu..itu, aku baru datang. Mmm, sorry rin gue duluan yah, gue baru inget ada urusan." gue berlari pergi tanpa menghiraukan panggilan dari karin dan tanpa gue sadari, ada yang ngejar gue.
"Ri, riri, stop, dengerin dulu ri." suara bass nya terdengar begitu keras. Tangannya yang kekar meraih tanganku.
"ada apa lagi rez? Gue ditungguin nih." tanya gue dengan menyunggingkan sebuah senyum.
"sama siapa?" tanya reza dengan serius
"lu bohongkan tentang perasaan lo? Lo suka gue kan? Kenapa lo ga bilang dari dulu? Kalo gitu, mulai sekarang kita pacaran." ucapnya secara sepihak."ta.. Tapi..tapi.." ujar gue gugup. Bukan karena malu tapi karena gue gabisa bilang apa apa, karena di dalam hati gue ada rasa bahagia dan juga heran.
"ga ada tapi tapian sini!" ujarnya menarik lenganku dengan agak kasar. Gue gak percaya dengan apa yang gue alamin sekarang. Tapi, jujur genggaman dia terlalu keras, tangan gue sakit banget.
"akhh.. Lepas rez, sakit." keluh gue tapi yang gue ajak ngobrol ga nyaut, malah genggamannya makin kuat dan alhasil tangan gue makin sakit, memar malah. Tapi saat gue memutuskan untuk pasrah, tiba tiba...
"lepas." pernyataan yang sangat tegas. Orang itu kini memegang tangan Reza. Reza melepas cengkramannya.
"bukan urusan lo." ucap Reza kalem tapi berkesan mengerikan.
"kata siapa? Ini bakal jadi urusan gue. Inget itu!" sungguh tegas pernyataan yang dilontarkan oleh pria yang tak lain adalah, Fikri.
"lo gak tau apa-apa, mending diem deh." bentak Reza yang sudah emosi.
"gua tau lo gak kayak gini Rez, masa lo patah hati karena satu cewek terus lo melampiaskannya ke orang laen seeh?." jawab fikri kalem.
Gue cuma bisa setia menyaksikan perdebatan mereka berdua.
"whatever." ujar Reza berlalu.
"Ikut gue." spd (singkat, padat, jelas) fikri
"ehh, kemana?" tanya gue bingung
"udah ikut aja..!"ucap fikri yang diikuti dengan dengusan kesal
Dia narik tangan gue dan membawa gue ketaman belakang sekolah. Itu taman yang cukup sunyi sih, tapi...sangat indah. Sekarang gue cuma berdua sama fikri yang munggungin gue
"lo beneran sayang sama dia?" tanya fikri
"kalo iya, kenapa?" tanya balik gue.
"kalo lo beneran suka" dia membalikan badannya dan sedikit membungkuk menyesuaikan tinggi badan gue yang memang cuma sepundaknya dia.
"lo harus terima konsekuensinya, kalo hatinya udah dimiliki orang lain. Dan, gue yakin lo tau siapa orang itu." dia menatapku dengan sedikit menyunggingkan senyum remeh. Aku terus menatap wajahnya dengan pandangan yang seolah olah bertanya 'mengapa?' dan dia cuma menatap gue dengan tatapan yang tak dapat dijelaskan.
TBC
Hai readersss!!
Sekarang gue lagi males update , jadi maaf yah kalo sedikit hehe😅 terus baca cerita gue, terus klik bintang yang ada dibawah guys!!! Jangan lupa juga komen buat jadi pemasukan dan peinspirasi guee!
KAMU SEDANG MEMBACA
Move on!
Romancetentang perjalanan seorang wanita yang mencoba melupakan seorang pria yang pernah menjadi prioritas, namun dia sendiri tdk pernah diprioritaskan