liar

23 2 0
                                    

"kenyataan memang menyakitkan. Lalu, untuk apa kau berbohong saat kau katakan mencintaiku?"
-
-
-

14/07/2018.

Kemarin gue dan reza resmi jadi pasangan.
Gue ga tau harus senang atau sedih, karena dia terpaksa, dia tak sungguh sungguh, dia...hanya mencintai karin.

Satu butir air mata meluncur dengan bebasnya dipipi gue. Gue ngerasa ini berat buat gue, lebih baik kita tidak bersatu apabila terpaksa.

Tak lama air mata lainnya pun ikut terjun di pipiku. Aku menahan isak tangisku.

'gue pikir kalau gue jadian sama reza gue bakal bahagia, gue pikir dia juga suka gue, gue kira senyum hangatnya diperuntukan khusus buat gue, gue kira semua perlakuan manisnya khusus cuma buat gue seorang, ternyata, lo lakuin itu ke semua orang. Dan setelah lo jadi pacar gue, kenapa lo jadi kasar banget kayak gini za. Gue benci lo za, gue benci banget sama lo za.' batin gue.

Gue nangis dan meremas rok yang bisa terbilang mini. Gue meronggoh saku gue dan mengeluarkan hp dari saku rok. Gue buka hp gue dan mulai membaca chattingan gue dan reza kemarin.

From = eza💕

Apa sih malem malem ngechat? Belum puas lo jadi benalu?

Gue kembali menitikan air mata, dia sangat berbeda, dia kasar, dan, dia menganggap gue benalu buat dia.

"why rez?" ujar gue lirih. Gue menangis sambil menahan isak tangis agar tak ada orang yang tau

Sementara...

"boleh ke toilet lain ga? Toilet yang ini lagi dipake tuh." ucap fikri dingin dan berhasil membuat siswi yang datang ke toilet bergidik ngeri dan puter balik ke toilet yang ada di lantai 1.

Fikri mendesah pelan dan menyandarkan badannya ke tembok lagi. Sudah sekitar 1 jam dia berdiri di depan toilet perempuan.

"ri, sabar yah, ini mungkin berat buat lo, tapi gue janji bakal terus ada buat ngehibur dan jagain lo. Gue juga bakal selalu ada kalo lo butuh sandaran."gumamnya pelan hingga tak terdengar. dia menyandarkan kepalanya ke tembok masuk toilet putri. ia memejamkan matanya mencoba menahan pilu dihatinya ketika mendengar isak tangis dari dalam toilet tersebut.

***

"rin, ada yang mau gue omongin."ujar reza serius

"mau ngomongin apa rez?." ujar karin santai sambil terus menyatat

"gimana perasaan lu ke gue?." tanya reza

Seketika Karin berhenti menulis dan menatap Reza dengan tatapan heran
"maksud lo rez?."

"Rin, gue tau kalo lo juga punya perasaan yang sama. Gue bisa mutusin Rini sekarang" Ujar reza antusias

"lo gila za, lo lupa apa sama apa yang kita bicarain di ruang musik?!" ujar Karin kesal dan setengah berteriak.

"ya, gue tau tapi kalo gue sukanya sama lo gimana?" tanya reza

"Serah dah." ujar Karin yang dikejar oleh Reza

***

Gue keluar dari bilik toilet dan mengarah ke wastafel. Gue membasuh wajah gue kemudian gue menatap diri gue di depan cermin. Saat ini penampilan gue bener bener kacau. Gue menunduk mencoba menenangkan perasaan gue yang kacau dan mulai merapihkan penampilan gue.

Saat gue melangkah keluar dari toilet putri, gue ga sadar kalo fikri lagi senderan di tembok depan pintu masuk toilet putri

"udah tenang?" ujarnya dengan santai sambil tetap dalam posisinya

"ya ampun" ujar gue kaget "lo ngapain ada disini? Ini kan toilet putri, terus..udah berapa lama lo berdiri disini?" tanya gue sambil mengecilkan suara gue di pertanyaan yang terakhir

"mmm" reza mengangkat tangan kirinya dan melihat jam di tangannya "sekitar satu setengah jam." ujarnya santai

"ouhh" ujar gue sambil ngangguk ngangguk dan beberapa detik kemudian gue baru sadar dan melihat ke fikri dengan tatapan tidak percaya "be-berarti l-lo ta-tau s-semua?" ujar gue gugup dan hanya di balas dengan tawa receh dari fikri

"ayo" dia narik tangan gue sambil setengah berlari.

"mau kemana?" tanya gue
"udah, ikut aja" ujarnya

Dengan nafas tersenggal fikri ngajak gue ke taman belakang sekolah. Gue heran apa yang mau dia lakuin di taman

"kita mau apa ri?" tanya gue heran. Fikri tidak menjawab, dia hanya duduk dan tiduran di atas rerumputan dia melipat kedua tangannya dan menjadikannya sebagai bantal. Gue terus menatap fikri dengan tatapan heran. Fikri membuka sebelah matanya dan menepuk nepuk rumput disebalahnya gue yang mengerti cuma duduk di sebelah fikri yang tiduran

"kalo gue sedih, gue pasti tiduran disini. Dan, kalo gue bosen..." dia belum meneruskan ucapannya gue menoleh dan menatapnya dengan tatapan kepo "gue lari ke atap sekolah, bolos hehe" dia nyengir kuda

"dih, pantes bilang ke toilet eh, ga balik lagi" ujar gue

"hehehe" dia nyegir lagi. Entah kenapa, gue ngerasa tenang banget kalau udah denger leluco fikri. Gue pun ikut tiduran disamping fikri.

"lo tau ga? Kalo dulu gue itu masternya matematika" tanyanya dengan mata yang tetap dipejamkan.

"kapan?" tanya gue yang mulai memejamkan mata.

"TK" ucapnya pede.

"idiih." gue terkekeh dan menaruh tanganku untuk menahan gelitikan geli diperutku akibat lelucon fikri.

Kami mulai terbuai oleh suasana. Semilir angin yang membelai lembut pipi membuat gue semakin ingin tertidur. Gue mengengok ke arah fikri yang tertidur pulas disamping gue.

'thanks fik, udah buat gue tersenyum.' gue memandangi fikri dengan senyum yang terus mengembang. Tanpa gue sadari fikri membuka matanya dan menoleh ke arahku. Matanya dan mataku bertemu. Cukup lama kami saling memandang

'tatapannya, sungguh tulus.' batinku.

"Woy! Ngelamun ae, terpesona paras tamvan gue ya?" ucapnya kepedean. "eh, jangan, nanti reza mau dikemanain?"

"Apaan sih" gue terkekeh geli dan mengalihkan tatapan gue kelangit, mulai terbuai alam mimpi

'cantik' batinnya

TBC

Yaah, sekian cerita gaje dari gue, jangan lupa vote ya guyss sama jangan lupa komen. Terserah kalian sih mau ikutin terus baca atau gimana tapi ngarepnya mah ngikutin dan terus baca ni cerita gaje hehehe😂😂😂

Move on!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang