Aku melihatnya...
Dia dengan tubuh tegap tinggi yang penuh dengan otot keras dan kulit kecoklatan di bawah terik matahari.
Dia yang berwajah tampan dengan rahang kokoh serta hidung mancung dan bibir tipisnya, bak dewa yunani tubuhnya melambangkan kesempurnaan seorang pria dewasa.
Terlihat sangat mendebarkan dadaku ketika rambut pendek kecoklatannya basah karena peluh dan membasahi pelipis serta lehernya.
Membayangkan diriku sendiri berada di dalam dekapan lengan besar berotot dan jemari berurat itu.
Aku menggigit bibir bawahku sendiri, mata kebiruan itu terlihat sangat kontras dengan alis mata setajam elang miliknya.
Aneh sekali jika pria tampan dan lajang sepertinya tidak memiliki kekasih, memang dia bukanlah pria berdasi dengan sepatu mengkilap. Dia hanyalah pria pekerja kasar yang sialnya sangat tampan.
Dari atas sini, aku bisa melihat kulit kecoklatan yang terkena sinar matahari itu. Terlihat begitu keras dan menggiurkan, entahlah...
Karena aku sendiri belum pernah menyentuh lelaki, aku hanya mengetahuinya dari buku dan majalah dewasa yang selalu ku sembunyikan di bawah kasur. Kakakku Daisy tidak pernah mengijinkanku untuk mengenal dunia luar, terlalu posesif padaku.
Seharusnya, wajah tampan seperti itu dapat menjadi seorang model pria. Bukan malah menguruk pasir dengan topi koboi dan celana jeansnya, mengangkat batu bata serta memotong kayu.
Tapi melihat pria itu mengerjakan semua itu, makin membuat diriku memikirkan sesuatu.
Saat otot keras itu mengangkat sesuatu yang berat, maka tercetaklah urat-urat itu. Ugh! Mengapa sangat indah? Aku berdiri di pinggir pagar balkon dengan menopang dagu dengan kedua telapak tanganku.
Pria dewasa seperti itu, apakah mempunyai nafsu yang tinggi?
Oh, shit!
Mengapa aku bisa berpikiran seperti itu, jawabannya tentu saja 'iya'.Menurut buku yang aku baca, pria seperti itu lebih suka mendominasi wanitanya dan lebih suka memegang kendali dalam permainan. Dan mereka cenderung lebih menyukai wanita yang lincah di atas ranjang.
"Well, dan pria seperti itu tidak akan melirik kearahmu Verone, kau harus sadar akan hal itu." ucapku pada diriku sendiri.
"Hah.." aku menghela nafas kasar, tersenyum sekali lagi memandang dirinya dari kejauhan.
Selalu menyukai ketika ia membuka kaosnya dan mengikatnya di pinggul ratanya, memperlihatkan pahatan tubuh sempurna yang entah ia dapatkan dari mana. Bahu tegap itu berkeringat, sungguh eksotis di bawah sinar matahari.
Tak henti-hentinya diriku mengagumi dan memuja pria dengan segala keindahannya tersebut.
Rahang kokoh itu ditutupi dengan bulu halus, beruntung kedua mataku masih jernih dapat melihat dari kejauhan sini. Karena jujur saja, setelah beberapa minggu para pekerja itu tinggal di area rumahku, belum pernah sedikit pun berdekatan atau sekedar berselisihan dengan mereka.
Baru beberapa hari yang lalu aku menyadari ada seorang pria tampan yang membuat jantungku berdebar dengan kencang ketika melihatnya, dada bidangnya dihiasi dengan sebuah kalung perak.
Ciri khasnya yang selalu aku ketahui jika sedang mencarinya dari atas sini adalah topi koboinya dengan celana jeans, dan tak lupa selalu bertelanjang dada entah karena ia ingin memamerkan tubuhnya atau apa? Aku sendiri tidak mengerti.
Jantungku hampir saja copot dari tempatnya, ia berdiri mematung menatap ke arahku. Aku melototkan kedua mataku, perasaan canggung meliputi diriku ketika ia memerhatikanku dari bawah sana.
Aku menegak salivaku sendiri, bibir seksi itu membentuk lengkungan tipis.
Dia tersenyum kearahku...
Apa dia sadar aku perhatikan?
Aku yang merasa salah tingkah lalu berlari ke dalam kamar dengan menutup kembali pintu balkon dan menjatuhkan tubuhku di atas ranjang.
"Shit Verone, dia tersenyum padamu..." ujarku membenamkan wajah kedalam bantal.
Aku adalah gadis yang hidup dengan segala kemewahan dan penjagaan ekstra ketat, kedua orang tuaku adalah seorang pebisnis sukses yang sayangnya telah tiada. Menyisakan seorang kakak perempuan yang memiliki disiplin tinggi dan selalu protektif kepadaku.
Daisy, dia wanita cantik dan cerdas yang melanjutkan kerajaan bisnis mendiang Ayahku. Aku tidak mengerti, Daisy selalu melarangku untuk bergaul dengan dunia luar. Dia bilang itu semua tak terlalu baik untukku, tapi dia sendiri selalu pulang larut dalam keadaan mabuk.
Aku tahu dia bekerja keras demi usaha orang tua kami agar terus berlanjut, aku tahu dia selalu memberikanku fasilitas terbaik dan barang-barang mewah. Tapi dia tidak pernah ada untukku.
Dia selalu bilang, dia selalu sibuk..
Tapi dia selalu memiliki waktu dengan teman prianya..Daisy memang selalu memberikan segalanya, tapi dia lupa memberikanku waktu bersamanya.
Aku di rumah seorang diri..
Makan seorang diri..
Bahkan belajar pun seorang diri..
Di mansion besar ini..
Tidak ada seorang pun..
Maid hanya datang ketika diperlukan..
Karena Daisy menyukai ketenangan dan kedamaian ketika di rumah..Daisy yang mengatur segalanya di mansion ini, dia sudah seperti seoranh Ratu yang suka memerintah. Bahkan ucapanku tidak pernah didengar olehnya, dia yang berkuasa.
Dia bisa mendapatkan apapun yang ia inginkan, tidak sepertiku yang harus meminta izin padanya terlebih dahulu. Dan berakhir penolakan jika tidak sesuai dengan keinginannya.
Aku sendiri di rumah sepi ini..
Sampai pada akhirnya Daisy membuka sebuah proyek pembangunan di sekitar halaman mansion kami, ku pikir itu adalah sebuah proyek yang besar. Awalnya aku tidak perduli, karena bukan urusanku untuk mengatur semua peninggalan Ayah dan Ibu. Itu semua tanggung jawab Daisy.
Sampai pada akhirnya proyek tersebut dibuka, dan para pekerja itu datang. Bukan keramaian yang aku harapkan, tapi seseorang yang menarik perhatian dan membuat otakku berfantasi liar. Aku tidak tahu namanya, tapi aku sangat hafal dengan postur tubuh dan caranya berjalan.
Aku sempat mendengar suaranya, dan ku pikir suaranya terdengar sangat berat. Hal itu membuatku makin menyukainya.
Wajahnya tampan, walau aku hanya melihatnya dari kejauhan.
Kedua matanya dihiasi alis yang sangat tajam, dan ku pikir ia memiliki warna mata yang indah. Walaupun aku belum pernah bertatapan langsung dengannya.
Membayangkannya, membuatku selalu ingin menggeliat dan menyembunyikan wajahku di bantal. Seolah aku membenamkan wajahku di dada bidangnya.
Daisy pasti tidak akan menyukai hal ini, dia ingin aku menjadi gadis baik dan tidak menjadi gadis yang binal. Tapi aku adalah remaja, sesuatu dalam diriku menyeruak menginginkan sesuatu yang membuatku penasaran. Seperti pria itu..
Mungkin aku bisa mendapatkannya, dan mengajaknya untuk berkencan satu malam saja. Walau aku tidak mengerti bagaimana caranya berkencan ala pria dewasa sepertinya.
Tapi ternyata kenyataan tak sesuai harapan, ada sesuatu yang Daisy sembunyikan dariku. Ada kepahitan dari semua hal manis yang ku harap akan membuatku jauh lebih baik dari pada sendiri di mansion besar ini. Yang pada akhirnya menuntunku kepada sebuah drama tak berujung.
***
To be continue
12 November 2018
***