14. New Life

7.1K 457 18
                                    

Kepala verone seperti terbakar, sakit kepala yang rasanya tak kunjung reda membuat tubuhnya menggeliat pelan.

"kau sudah bangun?" suara berat itu membuat mata Verone terbuka ingin melihat pemiliknya.

"apa yang kau lakukan di sini?" cecar Verone masih memegangi kepalanya.

"kau pikir aku akan meninggalkan mu setelah apa yang terjadi?" Anthonio menggenggam jemari Verone dengan lembut, semenjak megetahui kejadian yang menimpa Verone, Anthonio selalu berada di sisi Verone menjaganya, hingga Verone siuman.

"lepaskan tanganku!" jika Verone memiliki kekuatan sekarang ia mungkin akan menampar Anthonio.

"aku tidak bisa meninggalkanmu.."

"tapi kenyataannya kau bisa tidur dengannya, dengan Daisy, kakakku sendiri Anthonio. Apa kau sudah gila?" potong Verone.

"hubungan ku dengan Daisy lebih lama darimu.." Verone berusaha menarik tangannya dari genggaman Anthonio namun pria itu sepertinya tidak mengizinkannya.

"dengarkan aku, aku bisa menjelasknnya."

"tidak..." Verone menutup sebelah telinganya dan akhirnya mata indah itu pun menumpahkan kesakitannya.

"aku tidak mencintai Daisy, aku bekerja padanya. Dia membayarku, Verone..."

"jadi kau ini apa?" tanya Verone.

"maafkan aku..." hanya itu kata yang dapat diucapkan Anthonio.

"dimana Daisy?"

"dia bilang, ia tak dapat meninggalkan pekerjaan kantornya." Verone menghela nafas kasar, Daisy selalu punya waktu untuk bercinta namun ia tidak selalu memiliki dengan saudarinya sendiri.

***

"itu tidak akan pernah terjadi Nona Muda!" dan di sinilah mereka bertiga, dihadapkan dengan kenyataan bahwa Anthonio dan Verone saling mencintai dan berniat ingin hidup bersama.

"kau tahu ia hanya pekerja kasar, bagaimana dengan kuliahmu? Apa ia sanggup membuatmu bahagia?" tambah Daisy, tangan Anthonio mengepal kuat.

"tapi kau juga tidur dengannya.." ejek Verone.

"hanya untuk kesenangan, hentikan omong kosong ini Verone! Dan kau..." Daisy menunjuk pria pemilik mata biru itu.

"proyek ini ku hentikan, kau bisa membawa semua anak buahmu pergi dari sini. Jangan pernah bermimpi kembali untuk Verone, aku akan mengirim sisa gaji kalian." Daisy menarik tangan Verone dan menyeretnya ke kamar. Anthonio hanya melihat wajah Verone yang menitikan air mata...

***


Tap.... tap.... tap...

Suara ketukan sepatu di atas lantai marmer, heels setinggi 5 inci berwarna hitam pekat itu makin memperindah kaki jenjang nan mulus milikku. Warna yang sangat kontras dengan kulit putih dan senada dengan kemeja yang ku kenakan hari ini.

Sementara rok berwarna putih susu itu ku pakai setinggi paha, bokongku terasa seksi memakai pakaian minim seperti ini.

Washington D.C

Daisy menugaskan diriku untuk mengawasi cabang perusahaannya di kota ini, pada awalnya aku ragu. Namun mengingat masa laluku yang terus menghantui diriku akhirnya aku menuruti Daisy dan pindah ke kota yang sangat sibuk ini.

D.C tidak terlalu membosankan untukku, meski aku tetap tidak memiliki teman semenjak kelulusanku, aku tetap memiliki kesibukan dengan mengelola perusahaan milik Daisy. Atau tepatnya usaha milik mendiang ayahku.

Beautiful DominantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang