Dari matamu,
aku menemukan seberkas cahaya bintang yang belum pernah kutemui sebelumnya,
cahayanya berpendar amat terang,
dan nihil untuk padam.
Dari matamu pula,
aku menemukan air sungai yang mengalir dengan nestapa,
alirannya teramat pilu,
melebih...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku, bianglala yang menggilir kelabumu."
﹌
"Sampah."
Entah mengapa kalimat bak tombak cerucup itu selalu tersiar ulang di ingatannya. Berulang kali keinginan untuk mengakhiri hidupnya selalu datang tanpa henti. Meara benar-benar hancur.
Ibunya tak pernah menganggap ia ada, julukan anak haram sudah tak asing lagi di telinganya. Gadis itu terbuang dan tak memiliki sandaran untuk melimpah ruahkan segalanya. Lagipula, siapa yang mau menemaninya?
Tempo hari ia menemukan sosok ayahnya tanpa nyawa. Meara tahu, ayahnya bunuh diri bukanlah tanpa sebab. Melainkan pria itu benar-benar hancur usai mengetahui istrinya selingkuh hingga berujung perceraian.
Kejam, bukan?
Itulah hidupnya. Tak ada yang mau membangkitkan semangatnya. Ia memang pantas hilang dari dunia ini.
Alih-alih keputusannya untuk mengakhiri hidupnya benar-benar matang. Meara menatap tali yang menggantung di hadapannya itu dengan amat pedih. Berkali-kali ia meyakinkan dirinya bahwa inilah keputusan yang berguna. Ya, berguna untuk orang-orang yang tak ingin ia ada di dunia ini.
Langit sore, pohon rindang, serta ilalang menjadi saksi kematiannya sore ini. Namun entah apa lagi yang berani menghalanginya, tiba-tiba saja ada yang mengusik rencananya.
"Mencoba untuk bunuh diri, Nona?"
Meara sontak menoleh, mendapatkan sesosok pria jangkung yang tengah tersenyum damai kepadanya. Kaki jenjangnya melangkah maju mendekati dirinya, memegang tali itu lalu kembali berujar, "hidupmu masih panjang. Masih memiliki banyak cita-cita untuk kedepannya."
Meara terkekeh miris, menatap iris kopi yang terkesan tegas milik pria asing itu dengan nanar.
"Aku nggak pantas untuk hidup."
﹌
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.