.
.
.
Setelah kejadian hari itu, Seokjin bersumpah pada dirinya sendiri, tak akan ada lagi acara mogok makan.
Tubuhnya jera merasakan penderitaannya.
Food lover seperti dirinya tak akan pernah bisa menghukum tubuhnya sendiri dengan tidak memberikan asupan nutrisi.
Mungkin bagi orang lain, ringan saja melakukan aksi mogok makan ketika sedang tak enak hati, namun tidak dengan dirinya! Setiap sel dalam tubuhnya seakan jera akan hal tersebut dan bersumpah tak akan melakukan hal yang sama untuk yang kedua kalinya.
Kini, tubuh ringkihnya terduduk dengan menekuk kedua lutut di tepian ranjang.
Seperti hari-hari setelahnya semenjak kejadian naas tersebut, makanan secara normal di supply kembali secara teratur. Bahkan seokjin tak membiarkan barang sebutir nasi pun tersisa di atas piringnya. Tubuhnya begitu trauma akan dihentikannya supply makanan sewaktu-waktu.
Kembalinya supply makanan yang didapat nyatanya tak membuat keadaan jiwa Seokjin membaik. Tolong dibedakan antara kebutuhan fisik dan psikis seseorang.
Siapa yang senang disekap dan tidak diperbolehkan keluar ruangan, bahkan jika itu dilakukan oleh mantan kekasihmu sendiri?
Mungkin bisa diartikan begitu, walau nyatanya pernyataan 'putus' belum sempat dideklarasikan oleh kedua belah pihak. Faktanya, Namjoon menghilang begitu saja pada moment krusial dimana mereka hendak melangkah ke arah yang lebih serius, untuk saling mengikat.
Dan tidak mudah bagi Seokjin bangkit dari keterpurukan seorang diri. Dia pun telah mendapatkan deritanya dengan menahan rindu berbulan-bulan lamanya. Depresi hingga rasanya ingin mati. Dan percayalah, semenjak saat itu, separuh jiwanya hilang seiring dengan menghilang belahan hatinya.
Seokjin menjalani hidup biasa saja, namun kau akan menemukan ruang kosong di dalam jiwanya. Terbukti, senyumnya tak sepenuh dulu lagi.
Akan tetapi, kehidupan tetap harus berlanjut dan Seokjin memiliki beban dalam menjaga nama baik keluarga.
Dan sekarang, dia tertampar realita dengan kembalinya Kim Namjoon dalam situasi yang kurang mengenakkan.
Kekasih lamanya itu seolah menulikan pendengaran setiap kali Seokjin hendak mengadakan pembelaan dari sudut pandangnya. Sampai ia lelah sendiri dan memilih diam saja. Akan tetapi secara diam-diam pula, dia mencari segala cara guna melarikan diri.
"Jinseok, kau ingat, hari ini adalah anniversary kita yang ke tiga. Dan aku berjanji tak akan pernah meninggalkanmu seorang diri lagi." Namjoon duduk di tepi ranjang, sedikit mengelus punggung Soekjin halus. Seokjin refleks berjengit, menerima sentuhan dari telapak tangan besar milik Kim Namjoon.
Bukan apa-apa, Namjoon nya bukanlah lagi sosok yang dulu. Tak terpancar cinta tulus dari matanya. Hanya ada obsesi. Dan Seokjin benci setengah mati.
"Menjauh!" Seokjin mencicit di tepi ranjang.
"...."
"AKU BILANG MENJAUH DAN JANGAN SENTUH AKU!!" Seokjin berteriak, menarik gusar setiap helai rambutnya.
"Hei, baby. Tenanglah. Ssshh..ssshh..ssshh.." Namjoon mencoba menggapai tubuh ringkih Soekjin yang gemetaran namun segera ditepis Seokjin dengan kasarnya.
"Persetan dengan obsesimu itu. Kamu sakit. Keluarkan aku dari sini!" Seokjin makin tak terkendali. Matanya memerah menahan amarah.
"Tidak akan. Bahkan jika kau memohon sekalipun." Namjoon berkata dengan tenang. Dia memasang wajah dinginnya, membuat Seokjin tak mampu menyembunyikan sedikit rasa takutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/162267973-288-k384404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
## PUNISHMENT ## [NamJin] - End
RomanceSeokjin tak pernah tahu, bagaimana nasibnya kelak ketika kekasih lamanya muncul kembali. Tidak dalam keadaan yang menyenangkan, karena saat itu Namjoon terbutakan oleh api cemburu. warning: boy x boy mature content namjin