kedua

279 42 5
                                    

Kim jisoo

Sekarang aku berada di dalam mobil Taeyong, berangkat bersama untuk pergi ke sekolah.

"Jisoo, nanti pulang sekolah duluan aja."

Aku mengangguk mengerti, pasalnya aku tahu bahwa Taeyong akan mengantarkan pulang Wendy. Apalah dayaku yang hanya sekedar upil.

"Iya." Ketus Jisoo.

"Lah ko dingin jawabnya, jangan ngambek dong. Cup cup cup..."

Taeyong memanyunkan bibirku dengan tangannya.

"Lepas Taeyong sakit." Ku lepaskan tangan Taeyong yang memencet-mencet pipiku dengan tangannya.

"Makannya biar gak pulang sendiri terus, punya pacar dong."

Gak mau pacaran sama yang lain. Maunya sama kamu.
Gereget banget, ingin rasanya ku berkata jujur pada Taeyong tapi apa daya. Taeyong pasti akan menjauh. Karena prinsipnya adalah. Kita gak boleh pacaran, sahabat selamanya. Aku benar-benar tidak setuju dengan selogan itu. Ngenest banget hidupku.

Setelah sampai di parkiran sekolah, ku turun dari mobil Taeyong. Ku lihat seorang gadis yang memang, jujur dia manis. Yay, itu adalah Wendy, sigebetan Taeyong. Lihat sekarang Wendy bergelayutan manja di tangan Taeyong. Arghh... inginnya ku singkirkan tangan itu dari Taeyong.

"Hai Kim Jisoo." Wendy menyapaku dan sekarang Wendy menarik Taeyong untuk jalan duluan ke kelas.

Menyedihkan, aku ada di belakang pasangan yang sekarang di perhatikan oleh semua siswa-siswi. Ada yang terlihat kagum dan ada juga beberapa siswi yang terlihat iri pada Wendy. Sedangkan aku sudah seperti pengikut mereka berdua, kaya lalat ijo.

Dan parahnya,Taeyong dan Wendy asik berdua. Tak menganggap aku ada hmmmmmm, sakit... tahu gini mening tadi jalan duluan. Untungnya Wendy itu tidak sekelas dengan Taeyong.

Sampainya di kelas ku.

"Jisoo, aku nganter Wendy ke kelas dulu." Pamit Taeyong padaku, aku hanya menganggukan kepala.
Sekarang mereka berdua jalan berduaan tanpa adanya orang ketiga. Memang dapat ku lihat mereka benar-benar serasi, ku hembuskan napas kasar sebelum masuk kelas.

Taeyong mengirim pesan singkat padaku.

Duluan aja, aku mau jalan dulu bareng Wendy.

Ku berjalan ke arah halte, duduk menunggu bus. Ku lihat di sebrang sana Chanyeol, saudara kandung Taeyong. Dan sepertinya ia melihatku yang sedang duduk disini. Ku lambaikan tangan ke arah Chanyeol.

Sekarang ku duduk manis di kursi depan sebelah pengemudi yang tak lain Chanyeol.
"Chanyeol Oppa kapan pulang dari New york?"
"tadi pagi." Jawabnya yang masih fokus mengemudi.

"Dan sengaja jemput aku?" aku tersenyum ke arahnya, yang di balas usapan gemas oleh Chanyeol di kepalaku.

"Demi adik tersayang." Chanyeol tersenyum manis, memang tidak bisa dipungkiri keluarga Lee memang memiliki senyuman yang sangat manis dan memabukan siapa saja yang melihatnya.

Sepanjaang jalan aku memikirkan bagaimana kalau pacaran sama Oppanya saja, kan adiknya tidak pernah menganggap diriku ini lebih dari seorang sahabat. Sedih....

"Aw.." ku mengusap pipi yang menjadi korban cubitan manja Chanyeol oppa.

"Ayo keluar, ngelamun terus."

Chanyeol keluar dari mobil.
Sekarang aku berjaalan di belakang Chanyeol oppa, ku pamit untuk naik ke atas pergi istirahat di zona paling nyaman yang bernama kamar.

Setelah mandi tubuhku terasa segar,

Drttt...drttt

Kulirik handphone ku yang tergeletak di meja sebelah kasur. "Halo."

"Sahabat baik, tolong bawakan kota kecil di kamar yang isinya kalung. Aku tunggu di gangnam cafe."

"Iya tunggu aku ke sana 25 menit."

Setelah ku dapat kalung di kamar Taeyong, aku bergegass untuk pergi ke gangnam. Dan dengan baiknya Chanyeol menawarkan untuk mengantarku ke sana.
Dapat ku lihat disana dengan momen yang romantis di cafe yang tidak kalah klasik Taeyong sedang memberikan gombalan-gombalan basinya ke Wendy. Arghhh dasar cowok.

"Pelayan." Ku panggil pelayan Cafe yang sepertinya memang sudah di tugaskan untuk menungguku.

"Kim Jisoo?" tanya sang pelayan, aku mengangguk.

Aku berikan kotak yang isinya kalung kepada pelayan cafe, sang pelayan cafe pun berucap terimakasih dan langsung menghampiri Taeyong.

"Jisoo gimana kalau kita ke Sungai Han?"

"Ayo." Aku menjawab dengan senyum yang dipaksakan. Tahu bahwa Chanyeol akan menghiburku.

****

Malam ini , mungkin kalau tidak ada Chanyeol aku sudah menangis meratapi nasib yang menyedihkan. Cinta bertepuk sebelah tanganku. Ku pejamkan mata menikmati angin malam yang sedikit menghilangkan beban ini.

"Belum juga kasih tahu Taeyong tentang perasaanmu."

Ku melirik ke arah Chanyeol oppa, menghela napas kasar. "aku taku kalau aku jujur Taeyong malah menjauh."

"Taeyong juga jadi orang gak peka, lebih baik nyerah."

"Bukannya kasih semangat ini malah disuruh nyerah, huft." Ku pajukan bibir, tanda bahwa aku kesal.

Chanyeol mengusap rambutku, "Coba aja kalau kau itu sukanya sama Lee Chanyeol bukan Lee Taeyong, Lee Chanyeol akan lebih membahagiakan Kim Jisoo."

Aku tersenyum mendengar perkataan Chanyeol, ku peluk Chanyeol yang dibalas kembali. "Aku gak bisa Lee Chanyeol itu sudah ku anggap sebagai Oppa terbaik yang tak ada duanya." Aku semakin memeluk Chanyeol erat.

"Padahal dianggap lebih dari Oppa juga gak masalah."

Cup, Chanyeol mengecup ujung kepalaku. Mungkin nanti jika Taeyong tidak bisa melihatku lebih dari sahabatnya. Aku akan lebih memilih oppa nya yang baik, yang menawarkan kepastian. Bukan yang memberikan rasa sakit.



Tbc💓
Jangan lupa vote and commentnya




Friend or Boyfriend [JisooxTaeyong]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang