Kim Jisoo pov
Sejak liburan minggu lalu aku dan Bobby menjadi lebih akrab. Bobby yang menyenangka super menyenangkan dan baik.
Seperti malam ini aku dan Bobby makan malam bersama, lebih tepatnya kita akan double date dengan pasangan Wendy dan Taeyong. Namun walau Bobby itu menyenangkan dan baik, tetap hati ini hanya untuk Taeyong.
Aku dapat melihat di sana Wendy dan Taeyong berjalan ke arah aku dan Bobby yang sudah dari 10 menit lalu duduk di meja yang dipersiapkan untuk kita berempat.
"Maaf ya kita telat, abis tadi Taeyong agak nakal." Dengan gamblangnya Wendy berbicar hal yang seharusnya tidak usah di beritahukan. Sungguh membuatku ingin menyumpal mulutnya.
"Aduh sayang aku cuma cium bibir kamu." Ucap Taeyong mengusap lembut rambut Wendy.
"Sebaiknya kalian jangan membicarakan masalah rumah tangga kalian." Bobby berbicara.
"Aku mau nanya kalian udah pacaran." Tiba-tiba Wendy berceletuk. Membuat aku dan Taeyong membulatkan mata. Sedangkan Bobby terlihat biasa saja.
Dengan tergesa aku menggeleng menandakan tidak. Namun beda dengan jawaban yang aku dengar dari Bobby.
"Belum." Ucap Bobby.
Dan entah kenapa malam ini Wendy sedikit sinis padaku. Biasanya ia sangat baik dan perhatian. Lalu tiba-tiba saat Wendy pamit untuk ke kamar kecil, saat pelayan restoran sedang memberikan minuman pada kami, aku dapat melihat Wendy yang sengaja menyenggol pelayan itu supaya menumpahkan minuman pada bajuku.
Disinilah aku dan Wendy, berada di toilet wanita.
"Maaf yak tadi aku gak sengaja senggol pelayannya." Ucap Wendy.
"Nggak apa-apa kok." Aku masih sibuk mengusap dress dengan tisu supaya sedikit kering.
"Tapi mumpung kita di sini berdua dan aku mau ngomong sesuatu."
Aku melirik Wendy yang tiba-tiba menatapku serius.
"Sukakan sama Taeyong." Sarkas Wendy.
Aku cukup terkejut, bagaimana bisa Wendy tahu. "Suka sebagai sahabat."
Wendy tertawa sarkas, "Nggak usah bohong. Kemarin aku gak sengaja denger pembicaraan kamu sama Bobby."
Deg.....
Aku ingat kemarin saat Bobby datang ke rumah dan kita berdua berbicara di taman. Bobby dengan blak-blakan berbicara bahwa ia mulai tertarik padaku. Namun, dengan halus aku menolaknya. Dan Bobby tahu alasan aku menolaknya karena Taeyong.
"Tapi_" ucapanku di potong oleh Wendy.
"Terserah sih ya, karena yang pasti Taeyong itu cinta banget sama aku. Kamu itu gak jadi masalah sih buat hubungan aku sama Taeyong." Ucap Wendy lalu meninggalkan toilet dengan percaya diri.
Aku mengepalkan tanganku, tidak suka dengan nada Wendy yang merendahkan. Karena takut Taeyong dan Bobby curiga aku pun langsung kembali ke meja.
Setelah kembalinya aku dari toilet, dapat kulihat Wendy yang sudah bergelayut manja di tangan Taeyong dan memberikan tatapan remeh padaku.
"Kalian jadian?" Tanya Taeyong yang sedang rebahan di ranjang king size nya.
Aku melirik sekilah dan menggeleng. Lalu kembali mencari komik yang dulu Taeyong pinjam sebelum aku pindah ke rumahnya. "Dimana sih komiknya?"
Taeyong turun dari ranjangnya dan ikut mencari komik di sebelahku.
"Nah ini ada." Trakk, Taeyong memberikan komik ke atas kepalaku, lalu kembali berucap. "Makannya kalau cari sesuatu itu pake mata."
Aku mendengus mendengar perkataan Taeyong.
"Kamu bolehlah pacaran sama Bobby, karena dia cukup baik dan bisa jaga kamu. Jangan deket sama Lucas dia terkenal playboy." Ucap Taeyong saat aku akan meninggalkan kamarnya.
Berbalik menatap Taeyong, aku memberikan tatapan tidak suka dengan sifat yang mengaturnya itu. "Tapi Lucas lebih menarik dan wajahnya yang blasteran menambah nilai plus."
"Tapi dia playboy suka mainin perempuan." Kembali Taeyong memperjelas.
"Terus?"
Dapat ku lihat Taeyong kesal dengan jawabanku. Lalu ia berjalan mendekatiku. "Sebagai sahabat kamu, aku pengen kamu punya pacar yang baik dan bisa jaga kamu."
"Sahabat." Aku mendengus, membuat Taeyong memberikan tatapan tidak mengertinya.
"Kenapa? Susah banget kalau di atur tentang pilih pasangan, Bobby tuh baik dan dia juga bilang suka sama kamu." Ucap Taeyong.
"Tapi aku gak suka sama dia." Tiba-tiba aku membentak Taeyong.
"Terus cowok yang kaya gimana yang kamu mau? Kaya Lucas?Heh." Taeyong menggeram.
"KAMU." Aku pun ikut emosi. Dan benar Taeyong tiba-tiba terdiam. Lalu aku kembali berbicara, "Aku tahu ini gila tapi aku suka kamu Taeyong, sakit kalau liat kamu berdua sama Wendy. Terus aku disuruh sana-sini siapin hadiah buat Wendy sebenernya hati aku terluka."
"Tapi dalam persahabatan kita__" ucapan Taeyong berhenti.
"Aku tahu, jangan ada persaan lebih dari sahabat, sodara, adik atau kakak kan. Dan aku ngelanggar, karena aku gak bisa ngendaliin perasaan ini." sudah lama ingin sekali aku betkata jujur pada Taeyong dan akhirnya hari ini semua kalimat-kalimat yang ku tahan selama ini keluar. Dengan napas yang tersenggal-senggal karena emosi.
"Kita harus tetep jadi sahabat."
Aku menggeleng saat Taeyong berucap. "Aku butuh waktu buat tenangin pikiran aku." Ucapku pada Taeyong dan keluar dari kamar Taeyong menuju kamar di sebelahnya.
Menangis bersandar di depan pintu kamar,ini yang kesekian kali aku menangis karena Taeyong. Dan dapatku dengar ketukan pintu dari arah luar.
"Kim Jisoo, lebih baik kita selesaikan dulu pembicaraan tadi." Ucap Taeyong sambil mengetuk-ngetuk pintu.
Namun aku tidak menjawab membiarkan Taeyong beberapa kali mencoba mengetuk pintu dan memanggil namaku. Aku menahan isakanku dengan tangan. Tidak ingin Taeyong tahu aku menangis, karena Taeyong sangat membenci aku yang menangis. Apalagi kalau ia tahu aku menangis karena dirinya, ia akan semakin bersalah.
Tbc
Taesoo mana jempolllnyaaaa
Don't forget to voment❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Boyfriend [JisooxTaeyong]✔
Fiksi Penggemar15 + ( Disarankan jika baca cerita ini follow dan jangan lupa vote and comment! ) Kim Jisoo dan Lee Taeyong sudah bersahabat sejak bayi, sampai sekarang mereka masuk Senior high school. Jisoo yang entah sejak kapan mulai menyukai sahabat dari bayiny...