: ☘ : 01. Calvin Antares

1.7K 169 21
                                    

Gadis berambut panjang itu terduduk lemas di bawah pohon rindang.  Kamu menatap buku - buku yang kamu bawa sambil membiarkan rambutmu menutupi sebagian wajahmu. Matamu mulai berkaca, rasanya dunia ini sedang runtuh.

Kamu mengambil ponsel dari tas jinjing yang kamu bawa dan mulai memanggil sebuah nomor dengan cepat, setelah beberapa lama yang kamu panggilpun mengangkat dan bersuara dengan nadanya yang tedengar dingin.

"Halo?"

"Kak, ini aku .... "

 Kamu berhenti sejenak untuk menarik napas, "ada apa?"  Mendengar suaranya kamu berusaha untuk mengangkat kepalamu lalu tersenyum,

"Ah, tidak apa. Aku hanya berpikir apakah kakak bisa menemuiku sebelum aku pergi les siang ini?" katamu dengan nada yang lebih ceria.

"Haha tumben sekali hingga menelpon. Ah aku dapat melihatmu dari jendela." 

Kamu segera menoleh kearah gedung sekolah disampingmu dan melihat seseorang berkacamata melambaikan tangannya sambil tersenyum kearahmu, kamu membalas senyumannya dengan lemah.

"Tunggu aku akan segera kesana"

Calvin mempercepat langkahnya. Ia tahu ketika kamu menelponnya itu berarti kamu kemungkinan besar sedang berada dalam masalah sehingga kamu mungkin tanpa sadar memanggil nomornya.

Sebelum datang Calvin membeli sebotol air mineral, lalu kembali bergegas. Ia berpikir mungkin sebotol air dapat menenangkanmu.

Kamu melambaikan tangan kearah Calvin yang sedang berjalan tak jauh darimu, kamu mencoba sebisa mungkin untuk tak menangis. Calvin tersenyum sambil melangkah semakin mendekat kearahmu, kemudian duduk disampingmu.

"Kenapa? Nih, mungkin sebotol air dapat membantu."

Calvin meletakkan air mineral yang ia bawa diantara kalian. Kamu tersenyum kecil namun tak langsung meminumnya, kamu masih berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata ketika mulai berbicara.

"Wajahmu terlihat sedih ada apa?" tanya Calvin setelah kalian saling diam cukup lama, kamu menoleh cepat kearahnya diikuti oleh dia, kamu meminum air mineral yang diberikan Calvin lalu terdiam.

Sebotol air mineral saja jika diberi oleh Calvin rasanya seperti air suci yang dapat menghapus dosa.

"Tidak ada, hanya ingin bertemu kakak hehe," kamu melukiskan senyum palsu pada wajahmu, Calvin hanya menggeleng lalu mengacak rambutmu kasar.

"Ya sudah jika tidak ada cerita. Aku harus segera kembali ke kelas."

Ia beranjak pergi membawa tas selempangnya yang berwarna hitam yang sedari tadi tak lepas dari bahu kirinya.

Sebenarnya itulah sebabnya kamu menunda 'cerita'mu. Calvin terlihat sedang terburu - buru, kamu tak ingin merepotkannya dan mengurungkan niatmu untuk bercerita.

"Kenapa diam saja?"

"Hm?" Kamu mendongak melihat Calvin yang ternyata masih berdiri disana menunggumu.

"Ayo, aku antar sampai gerbang. Mau les kan?"

Matamu berbinar menatapnya, ini yang selalu kamu suka dari sosok Calvin. Ia tak pernah meninggalkanmu, sesibuk apapun kehidupannya ia akan selalu ada, dan ia selalu menunggumu.

Akhirnya kalianpun berjalan beriringan ke gerbang sekolah dengan kamu yang terus mengulum senyum kecil.

"Jadi, apa yang akhirnya membuat tuan putri ini tiba - tiba tersenyum lagi?"

Calvin menundukkan wajahnya agar ia bisa melihat wajahmu yang sedang menunduk memperhatikan jalan.

Kamu agak terkejut namun tersenyum semakin lebar kearahnya, "Hehe, aku hanya senang masih hidup saat ini dan bisa menikmati langit siang ini bersama kakak."

Calvin mendenguskan napasnya, membuatmu semakin tersenyum lebar

"Masih pucuk sudah begini ckck."

Ia menggeleng kecil sesampainya kalian di gerbang, kamu hanya tertawa mendengarnya.

"Belajar yang rajin jangan gombal terus nanti aku kalah," laki - laki itu mengatakannya sambil tertawa.

"Mau jalan kaki?"

Kamu mengangguk, cuaca memang sedang bagus dan cerah untuk berjalan, tidak terlalu terik juga. 

"Ya sudah, padahal supirku menganggur dari tadi, tapi pilihan ada padamu, nona."

Semilir angin berhembus seraya Calvin tersenyum, sebuah pemandangan yang indah, sangat indah.

"Ah, kamu harus bergegas waktu terus berjalan, kamu bisa terlambat."

Diliriknya jam tangan mahal dari balik jaket hitamnya yang entah mengapa selalu ia pakai meskipun di siang hari panas ini.

"Jemput nanti sore ya?"

Akhirnya kamu berbicara sebelum pergi, tentu saja kamu menanyakannya dengan nada bercanda agar tak terkesan memaksa, dan tentu saja seorang Antares tak akan menolak permintaan seorang gadis.

Dengan begini saja seolah kamu sudah bisa melupakan masalah yang beberapa menit lalu mengganggumu, pengaruh seorang Calvin Antares terhadap hatimu memang begitu keterlaluan. 

Ah, tunggu, bukan hanya padamu. Calvin memang dapat memengaruhi hati para gadis.

[☘]

HAI!

Aku sangat berharap kalian suka ini 🖤

Ngomong2 yang lain juga sudah diganti dgn nama lokal, kecuali astéria, sepertinya akan tetap seperti itu.

[4] DéntroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang