:☘: 02. Kecewa

702 120 38
                                    

Calvin keluar dari kelasnya bersama beberapa orang teman sekelasnya, mereka menghembuskan napas lega karena mereka baru saja menyelesaikan ulangan fisika pada jam pelajaran terakhir ini.

"Jadi bagaimana jika kita merayakannya dengan makan bersama?" gerombolan mereka menjadi heboh memenuhi lorong.

Calvin hanya tersenyum kecil tak begitu tertarik dengan percakapan para manusia hedon ini.

Ia hanya berjalan disana dengan mata seolah menyelidiki segala penjuru lorong. Hingga matanya berhenti pada satu titik.

"Kurasa aku tidak bisa ikut kali ini."

Kata - kata tersebut keluar dengan sendirinya dari mulut Calvin ketika ia melihatmu yang sedang berdiri di depan loker.

"Ah sayang sekali."

"Maaf."

Calvin memisahkan diri dari mereka dan berjalan menuju lorong kelas dua,  lagi pula ia tak peduli dengan 'kawan - kawan'nya itu, dan lagi mereka mengajak Calvin hanya agar ia membayar semuanya.

Calvin tak masalah dengan berapa banyak uang ia keluarkan, hanya saja ia tak mengerti mengapa orang - orang seenaknya melakukan itu.

"Hei."

Kamu yang baru saja memasukan buku ke loker terkejut ketika ada yang memanggil, "Ah ... mengagetkanku saja."

Calvin yang sedang bersandar terkekeh, sejujurnya ia merasa amat bersalah telah menjadi terlalu sibuk untuk meluangkan waktunya denganmu.

[☘]

"Maaf karena waktu itu membuatmu tak jadi bercerita."

Kamu menggelengkan kepala kemudian tertawa, "Tidak usah minta maaf. Aku tau kakak sibuk haha."

"Aku terlalu sibuk. Aku tau," ia merendahkan nada bicaranya sambil menatap matamu lekat - lekat, kamu menunduk sambil tersenyum kecil.

Siang itu udara cukup panas, namun kalian sedang duduk pada bangku café yang ditutupi oleh daun - daun pohon. Panas, namun sejuk.

Hanya sedikit mobil - mobil yang melintasi jalan tersebut, jadi tidak terasa begitu ramai.

"Apa yang mau kamu ceritakan?"

Calvin menyandarkan punggungnya pada kursi dengan kedua lengan ia sandarkan pula ke pegangan kursi.

"Apakah tentang nilai?" lanjutnya. Kamu terdiam sebentar kemudian terkekeh.

"Jadi... Bulan ini nilaiku turun...."

"... Lagi."

Mendengar itu Calvin kembali menegakkan tubuhnya. Ia berdeham lalu menyesap kopi latte yang ia pesan dari café.

"Ya ... Mamaku tidak marah ... Atau setidaknya ia tidak memarahiku ... Haha...."

Tawamu tidak terdengar lucu, melainkan miris. Karena jauh didalam hatimu kamu mengerti bahwa ini memang kesalahanmu.

"Mama tidak memarahiku, tapi... Ia kecewa... Terlihat jelas dimatanya, dan bagaimana pula ia mengeluarkan kata - kata dari mulutnya"

"Apa yang ia katakan?" mendengar itu kamu menatap Calvin dengan tatapan ragu.

"Uhm... Mama bilang bahwa aku harus lebih berusaha lain kali... Kakak  tahu itu bukan kalimat kejam ataupun memaksa...." kamu tersenyum lemah sambil menatapnya.

"Tapi kamu terasa terbebani, benar tidak?" Calvin kemudian menatapmu setelah memainkan resleting jaket hitamnya.

"A-aku... Entahlah... Aku merasa mama menaruh harapan yang tinggi padaku."

Angin mengacak rambutmu, yang kemudian kamu selipkan ke balik telinga. Membuat Calvin dapat melihat jelas wajah kecil dengan jiwa yang ketakutan dan kecewa.

"Tapi yang aku lakukan hanya mengecewakannya lagi...."

Nada suaramu melemah, "Aku bahkan tak sanggup menatap matanya dan berbicara padanya...."

Kamu menunduk, tak terasa buliran air jatuh tanpa kamu perintah dari kedua matamu.

Calvin yang baru saja mengecek hpnya langsung ia letakkan ketika mendengar getaran dalam suaramu.

"Hey hey,"

Ia meletakkan kedua tangannya di bahumu, yang kemudian berpindah menjadi menangkup kedua pipimu

"Lihat aku," katanya karena matamu sedari tadi mengarah ke meja, perlahan jemarinya mengusap air yang mengalir dari kedua matamu.

"Kamu kuat, dan aku percaya hal itu. Karena kau tau apa? Karena kau sudah berjuang. Kau sudah melakukan yang kau bisa."

Kamu mengalihkan pandanganmu, dan menjauhkan wajahmu dari tangannya.

"Tapi apakah aku sudah benar - benar berusaha?" katamu lirih.

"Sekarang lihatlah keatas." Tangannya bergerak, kini meraih pundakmu.

Kamu kemudian mengikuti kata - katanya.

Kini matamu melihat daun - daun yang bergerak tertiup angin, beberapa kamu lihat ada daun yang terlepas dari daunnya dan melayang jatuh ke tanah tak jauh dari sana.

"Kamu pasti tau, ada saat - saat tertentu dimana banyak sekali daun pohon yang berguguran,"

"Dan kamu pasti juga tau jika setelah musim dingin yang panjang itu pohon akan kembali menumbuhkan daunnya."

Ia melepaskan pegangannya dari bahumu lalu kembali terduduk dengan kedua tangan masuk dalam sakunya.

"Kamu mungkin kecewa dengan banyak hal. Tapi semua akan baik - baik saja. Mungkin untuk saat ini belum, tapi nanti semuanya akan baik - baik saja"

Kamu kembali menundukkan kepalamu, perlahan pandanganmu menjadi buram.

"Maaf jika perumpamaanku jelek. Aku tak pandai merangkai kata."

Calvin tertawa, namun suasana menjadi begitu hening karena tak ada balasan darimu. Dalam diam suara isakan tangismu terdengar.

Calvin menghela nafas kemudian tersenyum miring, "Tck. Cengeng."

Ia berdiri dan menghampirimu, mengacak rambutmu pelan,

"Ayo pulang."

Katanya setelah melempar selembar sapu tangan keatas pangkuanmu.

[☘]

Haloooo

Makasih atas dukungannyaaaa ❤️❤️❤️❤️

Aku kaget banget tiba - tiba wattpad aku kayak meledak??  😭😭💕

Aku sampe nangis huhuhu 😭

Aku cengeng dan memang begitu adanya):

Asalnya ini update untuk minggu depann tapi ya sudahlah karena lagi bahagia hehehe

Yang mau mutualan sama aku di Twitter bolehhh @/pottertoblabla
Di IG juga boleh banget follow2annn @/potatoblabla

Makasih juga 200 followersnyaaaaaa

Aku sayang kaliannn 💕💕💕💕

[4] DéntroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang