Perpisahan dan penjemputan

998 68 20
                                    

Ting!
Ting!
Ting!

Suara dentingan dari alat makan Aska terdengar nyaring sekali, saat ini dia dan sang ayah sedang menyantap menu sarapan pagi namun atmosfer yang berada disekeliling terasa sangat panas dan mencekam.

Lagi dan lagi dalam situasi ini Doni lah yang harus mengalah, mood Aska memburuk karena tadi dia membangunkan tidurnya dengan paksa. Tapi semua itu Doni lakukan karena hari ini mereka akan pergi menjemput Arkana dibandara, memang jam tibanya pukul sepuluh siang tapi Doni ingin diantar pergi ketoko kueh dulu sebelum berangkat.

"Oke papah salah tadi, maafin papah,"

"Lupain aja,"

"Wajahnya jangan ditekuk terus,"

"Wajah mana bisa ditekuk, emangnya kertas,"

"Kita kan mau jemput Arkana, yang semangat dongg,"

"Papah we sendiri, urangmah cape, erek sare,"

Doni tak lagi membalas ucapan anaknya, daripada mood Aska semakin memburuk lebih baik dia diam dulu. Ditempat lain, Arkana orang yang sedang mereka berdua bicarakan masih berada dalam perjalanan pesawat.

Lelaki itu duduk disamping jendela sehingga bisa melihat hamparan awan yang begitu indah, cuaca diluar sana sedang bagus sehingga langit pun berwarna biru cerah dan cantik. Arkana termakan lamunannya, dia sedang memikirkan banyak hal dengan perasaan yang tak karuan.

Saat masih dibandara internasional Rusia lelaki itu tidak bisa mengontrol detak jantung dan rasa gugupnya, karena sebentar lagi dalam hitungan jam Arkana akan bertemu dengan ayah dan saudara kembarnya. Dan dilain sisi, dia juga merasa cukup berat harus meninggalkan tante Anna, adik kandung mendiang ibu nya yang selama ini sudah banyak membantu. Dan teman baik yang begitu setia, bernama Melvin.

Flashback

"Kalau gue ada salah sama loe tolong dimaafin, bukannya malah tiba-tiba tinggalin gue kaya gini," ujar Melvin dengan ekspresi sedih.

"Kita cuma beda negara Mel, bukan beda alam,"

"Huaaa, tapi gue tetep sedih udah gak punya temen lagi,"

"Bacot, terus temen basket lu nggak dianggap gituh?"

"Temen sekelas, temen less, pacar sewaan loe. Mereka semua manusia,"

"Tapi favorit gue cuma loe,"

Ucapan terakhir dari Melvin sukses membuat Arkana merinding, dia jadi enggan menanggapi temannya itu lagi.

"Loe harus tungguin gue, karena gue juga bakalan nyusul loe ke Indonesia,"

Arkana sedikit tersenyum mengingat momen perpisahan mereka dibandara kemarin, sekarang dia yakin pasti akan merasa kehilangan sosok Melvin karena biasanya lelaki itu yang selalu 24/7 menemaninya.

Melvin sudah menjadi teman dekat Arkana sejak awal lelaki itu tinggal di Rusia, mereka menempati perumahan yang sama dan rumahnya saling berhadapan. Melvin sangat senang ketika mendapat kabar bahwa akan ada kehadiran seorang anak kecil baru didekat blok rumahnya, karena selama ini dia hanya bermain dengan para kakek dan nenek sebab mayoritas orang yang tinggal disana sudah masuk masa pensiunan.

dan Melvin adalah tipe anak yang extrovert, begitu juga Arkana. Mereka tumbuh bersama dengan ceria dan segudang kenakalan yang biasa dilakukan anak-anak, meskipun tak banyak orang tahu jika Arkana juga menyimpan luka yang sangat amat besar dalam dirinya.

"Semoga gue bisa sembuh," gumam Arkana sambil kembali melanjutkan lamunannya.

Ditempat lain, meskipun masih dalam keadaan kesal Askana tetap mau mengantar ayahnya untuk pergi ke toko kue dan membeli beberapa brownies untuk dimakan bersama nanti. Melihat kue-kue yang cantik justru semakin membuat Askana kesal, karena sang ayah sangat antusias membicarakan apa-apa saja yang menjadi kue kesukaan saudara nya.

ARKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang