Suasana tidak nyaman

656 43 2
                                    

Tik!
Tik!
Tik!

Hanya suara jam saja yang terdengar nyaring dirumah sebesar ini, padahal ada tiga orang laki-laki yang sedang berkumpul tapi tidak ada satupun dari mereka yang mulai membuka pembicaraan. Atau lebih tepatnya Doni lah yang sudah lelah berbusa sejak tadi, sedangkan kedua anak nya diam-diam saja.

Mereka bertiga baru sampai dirumah beberapa waktu lalu, setelah melepas rindu dibandara hubungan Doni dan Arkana langsung terjalin dengan baik. Namun hal serupa tidak terjadi pada Askana, bahkan ketika mereka tidak sengaja bertemu dipintu keluar dan Arkana menyapa nya sampai detik ini lelaki itu belum membalas panggilannya sama sekali.

Selama perjalanan pun Aska hanya diam, telinganya juga disumpal dengan earpod tanda dia enggan mendengarkan pembicaraan apapun atau sekedar diajak bicara. Karena sikap itu Doni sampai puluhan kali mengucapkan permintaan maaf pada Arkana, dan meminta dia agar bisa memahami situasi dan kondisi adiknya.

Arkana sendiri tidak merasa terganggu, karena hal ini jugalah yang selama ini dia pikirkan. Lelaki itu cukup sadar diri jika kedatangannya tidak disambut dengan begitu baik oleh sang ayah saudara kembarnya, karena dulu pun dia dan sang ibu lah yang salah dan sudah meninggalkan mereka.

Arkana merasa dirinya adalah orang jahat yang hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, dulu ketika keluarga mereka sedang susah dia pergi meninggalkan Doni dan Aska, lalu sekarang ketika kondisinya sedang susah dia datang kembali dan mengharapkan sebuah kasih sayang yang tidak pernah berubah.

Sret!

Tak tahan dengan situasi hening seperti ini, Arkana mencairkan suasana dengan meletakkan tas jinjing yang dia bawa diatas meja.

"Ada sedikit oleh-oleh untuk papah dan Aska, kalau kotak merah itu hadiah khusus dari tante Anna buat papah,"

"Wahh, makasih lhoo. Padahal kamu jangan repot-repot bawa ginian,"

Doni dengan antusias mulai mengeluarkan satu persatu hadiah yang dibawa Arkana.

"Kamu bawa apa aja nih dari Rusia,"

"Ada baju sama makanan, itu ada kue coklat yang menurut aku enak banget. Aku beli itu karena inget Aska suka coklat juga, kalau buat papah ada yang rasa keju nya. Tapi kalau yang keju jangan langsung sekali makan, soalnya agak asin,"

"Hmm wanginyoo, tapi papah juga tadi udah beliin kamu kue coklat,"

"Gak papa, kita banyak stok coklat pah hehe,"

"Sekali lagi makasih ya untuk oleh-olehnya, makasih juga kamu masih inget makanan kesukaan kita. Kalau begitu sekarang kamu istirahat dulu aja, ada dua kamar kosong diatas sama dibawah. Kamu mau pilih yang mana?"

"Aku gak mau dia tidur diatas,"

Doni dan Arkana langsung menoleh ketika Aska berbicara, mereka memang menunggu anak itu mengeluarkan sepatah dua patah kata tapi jujur bukan kalimat itu yang ingin Doni dengar.

"Tolonglah jangan kaya gini Aska,"

"Kenapa pah? Pokoknya aku gak mau satu lantai sama dia. Dan loe gak usah sok asik sama gue, emang loe gak ngerasa malu hah?"

Arkana hanya diam ketika sang adik terang-terangan menyerangnya dengan pertanyaan itu, dan Doni berusaha untuk menenangkan nya.

"Kita udah diskusi soal masalah ini kemarin kan, papah juga udah bilang sama kamu,"

"Nggak. Papah cuma maksa aku buat nerima dia, itu bukan sebuah diskusi pah,"

"Kalau papah bisa paksa aku, yaudah dia juga gak boleh tidur dilantai atas sama aku. Adilkan?"

Melihat kondisi yang semakin memanas Arkana tidak bisa tinggal diam saja, dia mencoba menenangkan sang ayah dan menerima keputusan adiknya.

"Udah cukup pah, aku tinggal dikamar bawah aja,"

"Dan buat loe gue tau ini gak mudah, tapi gue beneran mau minta maaf sama loe untuk semua yang udah terjadi. Dan gue harap hubungan kita bisa baik lagi kaya dulu,"

Aska tidak percaya dirinya akan mendengar kalimat itu keluar dari mulut saudaranya, rasanya ingin sekali dia menonjok wajah orang yang ada didepannya sekarang sampai babak belur. Agar Arkana bisa merasakan sakit yang selama ini dia rasakan.

"Jangan harap, gue benci loe selamanya,"

Dan setelah mengatakan itu Aska langsung pergi dari rumah, Doni pun bergegas mengejarnya. Dan alhasil mereka pergi berdua, meninggalkan Arkana seorang diri dengan pikiran yang bercabang.

"Kayanya kelakuan orang gila gak sampe kaya gini," gumamnya.

Karena ayah dan adiknya belum kembali dalam waktu yang cepat, Arkana memutuskan untuk membereskan kamar yang akan dia tempati dan merapihkan semua barang bawaannya. Untuk kamar yang dimaksud tidak dalam keadaan dikunci, jadi dia bisa langsung dengan leluasa memindah ini itu, membersihkan lantai dan semua bagian berbahan kaca yang kotor.

Karena kasur nya sudah terpasang dengan rapih, Arkana hanya mengganti seprai nya dengan yang baru. Lalu menyemprotkan sedikit parfum dan membereskan koper terakhirnya yang berisi semua pakaian dia, saat koper itu dibuka ternyata Arkana juga membawa benda lain yang tidak ingat telah dia bawa. Yaitu foto dirinya dengan mendiang sang ibu.

"Setelah ini aku harus gimana bunda,"

"Bunda selalu liatin aku dari atas sana kan? Bantu aku deket lagi sama Aska ya,"

"Caranya bunda bisa gentayangin Aska lewat mimpi, dia kan orangnya takut setan. Bunda bilang sama dia kalau gak mau digentayangin lagi, dia harus damai sama aku,"

Setelah bergurau itu Arkana langsung menyimpan bingkai berharga itu dimeja samping tempat tidurnya, disana juga sudah ada jam weker dan ternyata Arkana sudah menghabiskan waktu satu jam lebih untuk membereskan kamar ini. Lelah dan kantuk nya tuba-tiba datang, dia pun merebahkan tubuhnya diatas kasur lalu tertidur.

Ditempat lain, Sadam dan teman-temannya masih berada disekolah. Mereka adalah teman dekat sekaligus teman sekelas Askana. Disekolah mereka dikenal sebagai salah satu geng selebritas, alias terkenal disemua angkatan karena memiliki paras yang rupawan, prestasi yang cemerlang, dan sederet achievement lainnya. Ungkapan dunia milik sicantik dan siganteng itu sangat benar adanya disekolah ini.

Didalam geng Askana ada Sadam si mantan ketua basket, tubuhnya sangat tinggi dan tegap meskipun berkulit agak hitam, tapi dia mempunyai paras yang begitu manis dan ratusan penggemar didalam maupun diluar sekolah. Selanjutnya ada Rizki, dia yang paling kalem, pintar dan soft boy. Wajar saja karena dia mempunyai kakak seorang dokter. Lalu ada Dani, kalau dia orangnya biasa-biasa saja tapi cukup serba bisa sehingga mudah disukai orang-orang. Terakhir ada Haikal, si paling bandung dan jail. Dia jago main alat musik dan mempunyai suara yang bagus.

"Pulang sekolah kita tetep ke rumahnya Aska," ujar Sadam pada ketiga temannya.

"Emang tadi dia ijin kemana?" tanya Haikal.

"Jemput Arkana, kata dia kembarannya itu mau tinggal lagi disini,"

"Hah, serius?"

Sadam hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Berarti nanti kita bisa sekalian liat dia dong,"

"Yoi,"

"Duh penasaran, wajah mereka mirip gak ya?" tanya Haikal.

"Ihh sibodoh, kalau kembar identik ya pasti miriplah,"

Pertanyaan Haikal pun dijawab dengan geplakan tangan dari teman-temannya.



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan vote, komentar, dan share ceita ini sebanyak-banyaknya.

Salam Hangat,

Resa Novia.

ARKASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang