One Shot EXO

Marry You

               Aku menutup laptop milikku dan menatap kearah jendela dari lantai 2 sebuah kafe tempat biasa aku mengerjakan pekerjaanku, orang-orang berjalan sambil mengenakan payung milik mereka yang beraneka ragam warnanya, aku memandanginya bagaikan sekumpulan cupcake yang berjalan. Aku tersenyum. Lalu, pandanganku beralih kearah lelaki yang sedari tadi juga sibuk didepan laptopnya mengerjakan sesuatu. Aku terus menatapnya sambil menopang dagu dan tersenyum. Aku selalu menyukai bulu matanya yang lentik, hidungnya yang entah mengapa terlihat lucu dan bibir yang terkantup rapat ketika dia sedang berkonsentrasi. Lelaki memang terlihat lebih berkarisma ketika sedang fokus terhadap satu objek. Gerakan matanya kini pindah menatap mataku sambil menghela napas dia menarik tangan yang ku gunakan untuk menopang dagu, “hilangkan kebiasaan jelekmu” katanya dingin lalu kembali fokus pada laptop didepannya. “iya..” aku hanya bisa mengangguk lalu menatap kearah sekeliling kafe, Mataku tertuju pada jejeran cupcake warna warni yang juga tersedia di kafe tempat kami sekarang. “Aku akan pergi membeli beberapa cupcake, kau mau?” setelah melihat Kyungsoo menggelengkan kepalanya aku pamit sambil beranjak dari tempat duduk. Jejeran cupcake lucu itu benar-benar membuatku gelap mata, tanpa sadar aku membeli 5 buah cupcake dan membawanya kembali ke meja. Kyungsoo masih dalam posisinya, aku duduk dan mengambil handphone milikku, ke 5 cupcake itu akan menjadi objek fotografiku. Sambil terus sibuk mengambil gambar tiba-tiba Kyungsoo mengagetkanku dengan perkataannya. “Ah, Yoon HyunA! Lagi??” Kyungsoo menatap ke 5 cupcake itu lalu menatapku dengan tatapan tidak senang. “Kali ini aku salah apa?” tanyaku sambil menaruh handphoneku di meja.

                “Kau tidak boleh makan cupcake!” Kyungsoo mengambil nampan berisi cupcake itu dan membawanya ke depan kasir, meminta maaf kepada penjaga kasir. Sepertinya Kyungsoo mengembalikan semua cupcake yang kubeli tadi. Melihat itu, tiba-tiba wajahku berubah merah, malu dan kesal, kenapa Kyungsoo melakukan hal itu? Apa dia tidak malu? Lihat bagaimana penjaga kasir itu dengan berat hati mengambil kembali cupcake yang tadi sudah dibeli. Aku pura-pura tidak melihat lalu menatap kearah jendela sekali lagi, sampai Kyungsoo kembali dan menaruh sebuah cupcake diatas meja. “Bukannya aku melarangmu, tetapi 5 terlalu banyak. Kau juga bukannya tidak menyukai makanan manis?” tanya Kyungsoo lalu kembali menatap laptopnya. “Aku mau pulang” kataku sambil bersiap-siap pergi. “Sebentar! Pekerjaanku sebentar lagi selesai. Diluar juga hujan...” katanya. “Yoon HyunA???” Kyungsoo menatapku, aku balik menatapnya lalu menghela napas berat dan kembali duduk didepan Kyungsoo sambil menempelkan pipiku di atas meja. “kenapa aku lemah sekali sih. Seharusnya aku tidak menatap matanya” batinku.

                Sepertinya aku tertidur karena aku tiba-tiba merasakan sebuah tangan tengah mengelus kepalaku sayang, pasti Kyungsoo. Tanpa ada keinginan untuk bangun aku tetap pada posisiku. Kyungsoo terus mengelus kepalaku sayang. Beberapa saat kemudian aku mendengar dia mengatakan sesuatu, “kau tahu HyunA? Melihatmu melakukan tindakan bodoh seperti tadi membuatku benar-benar kesal.” Aku mengeryitkan dahi, maksudnya apa? Tindakan bodoh apa?, “Aku tahu betapa kau menyukai bentuk makanan yang lucu. Tetapi, kau juga tidak bisa menghabiskan semuanya kan? Kau juga harus menjaga kadar gula dalam tubuhmu..kau tahu?” Aku mulai mengakui Kyungsoo adalah tipikal lelaki yang menjaga segalanya, kesehatan, hubungan, dan pekerjaannya. Jadi aku sedikit tersentuh dengan bagaimana dia juga menjaga dan memikirkanku.

                “Kyungsoo-ah” lirihku, sambil mengangkat wajahku dan menatapnya, tangannya yang sedari tadi mengelus kepalaku langsung menjauh dan dia sepertinya tampak terkejut menyadari bahwa sedari tadi aku mendengar ucapannya.

                “Kau tidak tidur?” tanya Kyungsoo.

                “Tidak” Aku menggelengkan kepalaku lalu berdiri dan duduk di sebelahnya. “Terima kasih” kataku sambil melingkarkan tanganku disekitar pinggangnya dan menaruh kepalaku di dadanya. “Terima kasih untuk perduli padaku”