CHAPTER 2

61 5 0
                                    

HAPPY READING

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Tin. . .

Tin. . .

"Kenzie lemot, ayo cepetan! Gue keburu telat." Teriak Kenzio didalam mobil pajero hitamnya. "Sabar pea gue lagi lari ini." Teriak Kenzie tak kalah toanya.


"Woi anak anak nggak sopan, mama udah bilang kalo mau berangkat sekolah itu cium tangan bonyok dulu, main lari aja." Teriak Andien-mama gahol Kenzie dan Kenzio dari arah dapur.

"Maaf ma, udah keburu ini,bhay!" Teriak gue dan Kenzio didalam mobil.

"Dasar anaknya Fero kurang ajar." Teriak Andien balik.

"Anak lo juga kali din." Jawab Fero-papa Kenzie sama Kenzio yang tiba tiba ada disamping Cassandra.

"Gue tanya siapa bapaknya?"

"Gue." Ucap Fero dengan tampang polosnya.

"Ya udah berarti mereka anak lo tolol." Kata Andien yang berakhir dengan menyentil dahi Fero.

"Iya, ya bener. Wah, Andien pinter banget." Gumam Fero dengan tampang kagumnya.
                  .              ● ● ● ● ●

Brak. . .

Hening. Satu kata yang bisa di deskripsikan saat ini. Semua pasang mata langsung mengarah ke cewe yang berada diambang pintu. Kelas yang semua ribut seketika menjadi hening. Dan semua orang yang berada dikelas itu menampilkan wajah cengonya masing masing.

Ada yang lagi duduk diatas meja tapi mulutnya kebuka sambil ngeliatin gue. Ada yang berdiri di atas meja memengang sapu bagaikan gitar layaknya gitaris terkenal sambil matanya melotot liatin gue. Ada juga yang mau suapin nasi kemulutnya tapi gak jadi, jadinya mulutnya kebuka, dan sendoknya melayang, dan banyak lagi ekspresi cengonya.

"Hello, epribodi, gut morning." Sapa gue saat masuk kelas sambil ngelambain tangan kaya puteri solo, tapi. . .

Buk. . .

"Pst. Bhahahaha." Suara tawa menggelenggar didalam kelas. Anjeng malu gue.batin gue.

"Aduh, anjeng, gue nyium lantai."

"Kasihan. Makanya jangan ngagetin kita. Kirain ada razia kayak minggu lalu." Ucap Regan-ketua kelas XI IPA 3 sambil ngeleng geleng kepala liat gue.

"Iya sori, maapin gue ya temen temen." Mohon gue sambil ngedipin mata genit.

"Permintaan maaf di tolak, Kenzie Disti Andonio." Seru orang kelas, sambil natap gue dengan tampang garang nya. "Bomat guys, yang penting gue udah minta maaf." Kata gue seakan ga punya dosa sambil jalan ke bangku gue.

Setelahnya guru datang memasuki kelas dan pelajaran dimulai.
                   .             ● ● ● ● ●

Tet. . . Tet. . . Tet. . .

"Akhirnya setelah berjuang antara hidup dan mati gue bhebas." Teriak gue sambil mengatur nafas. "Kenapa bu? Mau lahiran ya?" Ledek Melita, yang seketika mendapat kan pelototan mata gue.

"Pala lo, gue bahagia terbebas dari pelajaran MATEMATIKA yang menyusahakan hidup gue. Terkadang gue mikir, buat apa kita mikirin matematika, orang matematika aja gak mikirin kita." Celetuk gue sambil masang wajah bingung.

"Lo tanya kita, terus kita tanya siapa?"

"Ya dah lah, bomat, yuk cus ke kantin, cacing gue udah pada demo minta makan sama majikannya." Setelah mengatakan itu Kenzie bejalan duluan menuju kantin.

"Zie, lo nyari tempat duduk aja, gue sama manda yang mesen makanannya. Lo makan nya biasa kan?" Tanya Melita.

"Oke, jangan lupa tambahin cabenya." Melita hanya membalas dengan gumaman saja.

Mata gue langsung menyelusuri sudut kantin, mencari bangku kosong. Dan disudut kantin ada yang berhasil menyita perhatian gue. Disana ada Kenzio, Leon, bebeb Edgar, sher-wait? SHERLY? Seketika mata gue terbelalak juga.

"Wtf, ngapain tu nenek lampir deketin bebeb Edgar?! Mau cari mati ya tuh orang." Geram gue sambil berlari menuju sudut kantin.

"Heh nenek lampir, ngapain lo disini, tuh tangan kenapa pake nyantol segala, kalo ngantolnya di pohon pisang sambil teriak "auooo." Itu baru bener, lha ini masak nyantolnya di tangan bebeb Edgar, gak banget kali." Dengan kekuatan maksimal gue akhirnya bisa ngelepasin itu tangan.

"Heh, maksud lo itu apa? Pakai narik narik tangan gue segala. Manggil ayang Edgar pake bebeb lagi." Balas Sherly tak suka seraya mendorong bahu Kenzie sampai jatuh ke lantai.

"What the hell? Aduh pantat gue, awas ya kalo pantat gue tepos." Maki gue.

"Ups, sori gue ga pe- " Ucapan Sherly terpotong oleh teriakan menggelenggar seseorang.

"KENZIE LO KENAPA BISA DUDUK DI LANTAI? Bokap lo bangkrut ya sampai nggak bisa duduk dikursi." Tebakan manda jleb banget ya.

Tak. . . Tak. . .

Dua jitakan langsung dari orang yang berbeda mendarat mulis di jidat Manda.

"Heh anjing! Sekate kate ngatain bokap kita bangkrut, Kenzie tu jatuh karena didorong sama tu nenek lampir." Maki Kenzio yang ditunjukan kepada Manda.

"Yawlah, gue kira, tapi gak bakal mungkin sih, kekayaan kalian aja gak bakalan habis tujuh turunan ya?"

"Ih kok bahas itu sih, bebeb Edgar tolongin gue dong." Rayu Kenzie sambil ngedipin mata genit. Edgar yang merasa namanya di panggil seketika menggalih kan tatapan nya dari handphone. Karena tidak mengerti arah pembicaraannya Edgar menaikan sebelah alisnya seperti berkata-apa?

"Kita dari tadi disini teriak teriak dan lo nggak ndengerin itu? Lo temennya siapa sih? Pengen gue buang kekali tau nggak?" Geram Leon sendiri. Karena merasa pembicaraannya tidak penting akhirnya Edgar memilih pergi meninggalkan kantin.

"Eh, bebeb Edgar mau kemana? Masa gue ditinggal sih? Ih ini semua gara gara kalian." Entah mendapat kekuatan dari mana Kenzie tiba tiba bangkit berlari mengejar Edgar.

"Woi bebeb Edgar tungguin gue." Teriak Kenzie di sepanjang jalannya. Dan yang lain hanya bisa mengangga di buatnya.

"Itu beneran adek gue? Atau anak yang tertukar?" Celetuk Kenzio dengan tampang polosnya.

● » » » » » » ●
Tbc.

Jangan lupa vote dan komennya ya.

6.11.2018

ZIEGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang