"Keduanya tak sadar, Allah yang sudah merencakan dalam setiap pertemuan"
—H&H—
"Allahu Akbar."
Pria itu memulai bacaan sholatnya. Menikmati dalam setiap kalimat yang di lafazkan, melakukan gerakan secara perlahan, sebagaimana sholat memang seharusnya di lakukan dengan perlanan, bukan tergesa-gesa.
Hafiz duduk di antara dua sujud. Mengakhiri sholatnya dengan salam.
Satu minggu sudah, Hafiz sibuk dengan pekerjaannya. Hari ini, rute penerbangannya dari Bali menuju Jakarta. Setelah itu baru Hafiz bisa pulang, bisa terbilang ini waktu yang tidak terlalu lama. Biasanya pria itu akan pulang dua minggu sekali hanya untuk menemui keluarganya di rumah, jika mendapatkan rute penerbangan luar negeri.
Sesudah menyelesaikan dzikirnya. Hafiz pergi meninggalkan kamar hotel, membawa beberapa barang bawaanya yang sejak tadi sudah ia siapkan. Semangatnya bekerja selalu bertambah jika hendak pulang.
"Pak Hafiz" panggil Riska saat ia sampai di depan loby Hotel
"Bisa bareng kan?" tanya wanita itu
Hafiz menganguk seraya tersenyum "Saya juga bareng sama Tama kesananya"
Raut wajah Riska yang berseri, mendadak menjadi masam tak suka.
"Teman-teman kamu kemana memangnya?"
"Mereka sudah berangkat duluan Pak, tadi ada barang saya yang tertinggal, jadi harus kembali ke hotel"
"Ayo..."
Keduanya jalan beriringan. Jika di lihat, bisa di sebut sebagai Pasangan yang serasi. Terlihat keduanya memang saling melengkapi dari Profesi yang di tekuni, seorang Pilot yang tampan, di sandingkan dengan Pramugari yang cantik seperti Riska.
Sepang suami istri lewat tak sengaja di hadapan Hafiz. Menebarkan kebahagian dari tawa mereka, dimana si wanita juga memakai Cadar. Hafiz tidak iri atau apa pun itu. Tapi, ia menjadi teringat seseorang yang di temuinya, atau lebih tepatnya lagi masuk ke dalam hatinya.
Apa kabar Haura?
"Ada apa pak?" Riska bertanya menyadari Hafiz seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ah, tidak. Saya hanya teringat seseorang."
Ya, seseorang itu adalah Haura.
"Seseorang, siapa itu pak?"
Hafiz tak sadar mengembangkan senyuman "Dia yang jauh di sana," lirihnya tak terdengar Riska.
🕊🕊🕊
Hasan sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter. Dengan syarat pria paruh baya itu harus lebih banyak ber istrirahat, mengurangi jam-jam aktivitas yang biasa di lakukan sampai tengah malam.Sedangkan Haura, selain sudah kembali melakukan aktivitas mengajarnya, ia jadi lebih sering memberikan banyak peraturan pada Abinya sendiri.
Tiga hari berada di rumah sakit sudah sangat membosankan.
"Abi harus habiskan ini." ucap Haura kesekian kalinya yang sedang menyuapi Abinya makan di kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafizhah [sudah terbit]
Spiritual• Review Pembaca Tentang Hafizhah• "Satu kata mah ngak akan pernah cukup. Intinya Hafizhah ini bikin fix baper parah. Pertemuan keduanya seakan-akan di buat nyata. Akan terus ketagihan ketika memutuskan untuk mulai membacanya." ~Queendiart "Baca nov...