"Hati seperti siklus yang ber ubah-ubah. Hari ini kamu bisa mengatakan membencinya, besok bisa saja kamu mengatakan mencintainya"
—H&H—
Hafiz duduk di depan rumah Haura, menanti kabar dari dalam begitu cemas. Takut terjadi sesuatu pada Haura, ke khawatiran sangat terlihat dari raut wajah pria itu. Sementara Adel, sudah pulang lebih dulu di jemput oleh supir di rumahnya karena permintaan Hafiz.
Riva datang menghampiri Hafiz. Hari sudah mulai petang, dan Hafiz masih memutuskan untuk pulang sebelum mengetahui keadaan Haura.
"Bagaimana keadaanya?" tanya Hafiz mengubah posisi duduknya menjadi berdiri.
Riva mencari sesuatu dari pria itu, mungkinkah apa yang di pikirkannya benar terjadi?
"Haura baik-baik saja Mas. Dia cuma demam, mungkin karena lelah setelah menunggu Abinya di rumah sakit kemarin."
Pria itu menghembuskan napas lega. Sekiranya ia mengetahui tak terjadi hal yang serius pada Haura.
"Tolong sampaikan saya minta maaf. Karena saya ini terjadi, dan katakan.Syafakillah, Laa Ba'sa Thahuurun, insyaallah*" pamit Hafiz melirik arloji pada pergelangan tangannya menunjukan pukul lima lewat tiga puluh.
Riva mengangguk kecil, "Kalo begitu saya masuk dulu ke dalam."
Hafiz pun pergi membawa langkah kakinya yang terasa berat meninggalkan rumah itu.
🕊🕊🕊
"Boleh aku menerka, jika ternyata Mas Hafiz itu menyukai kamu Ra?" tebak Riva dengan santainya mengatakan itu.
"Syafakillah, Laa Ba'sa Thahuurun, insyaallah. Itu yang di bilang buat kamu,"
Haura membalikan tubuhnya yang masih berbaring membelakangi Riva "Nggak mungkin Va. Apa yang bisa dia harapkan dari wanita seperti aku ini?"
"Eh Ra, jangan gitu ngomongnya. Kamu pantas dengan dia,"
"Jangan memaksakan takdir. Kita tidak pernah tau siapa yang Allah tetapkan untuk kita. Jangan menjodoh-jodohkan seperti itu Va, tidak baik." Haura lagi-lagi membantah.
Hafiz di mata Haura bisa di katakan sempurna. Masih banyak wanita di luar sana yang Hafiz temui melebihi dirinya.
Riva ikut berpindah posisi duduk ke hadapan Haura. Ia sendiri bukan tanpa sebab mengatakan hal itu pada Haura, karena Riva melihat jelas kecemasan Hafiz pada Haura.
"Kamu tau, tadi di luar sana dia khawatir banget Ra mau tau keadaan kamu." ucap Riva kembali.
Benarkah Hafiz mencemaskanya?
"Va udah ya. Kita nggak tau Mas Hafiz itu bagaimana, bisa jadi dia memiliki seorang kekasih di luar sana. Jadi jangan menyimpulkan hanya dengan satu kali pertemuan." tolak Haura tak ingin ikut menyimpulkan, takut itu hanya akan memberikannya harapan.
Riva pasrah, Haura memang keras kepala "Terserah kamu ya Ra, aku cuma mau jelasin apa yang aku lihat. Lain hari kamu jangan menyesal dia pergi," balasnya.
Haura terdiam. Hatinya berkecamuk, perasaan apa yang ia rasakan untuk Hafiz sebenarnya? Tadi saja, ketika ia melihat kehadiran Abangnya di atas panggung hendak menghampiri Hafiz, ia cepat-cepat pergi kesana agar tak terjadi sesuatu pada Hafiz.
Jika benar pria itu mencemaskanya? Di satu pihak Haura juga sedang mencemaskan pria itu.
Haura memejamkan matanya, pikiranya terlau sibuk memikirkan sesuatu hal yang bahkan tidak perlu di pikirkan. Wanita itu mencoba berdamai dengan apa yang terjadi di hidupnya, termasuk ke hadiran dua orang pria yang kini membuatnya Dilema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hafizhah [sudah terbit]
Spiritual• Review Pembaca Tentang Hafizhah• "Satu kata mah ngak akan pernah cukup. Intinya Hafizhah ini bikin fix baper parah. Pertemuan keduanya seakan-akan di buat nyata. Akan terus ketagihan ketika memutuskan untuk mulai membacanya." ~Queendiart "Baca nov...