Hafizhah-08

99.6K 6.1K 86
                                    

"Ada orang yang datang untuk pergi. Ada juga yang pergi, untuk kembali"

—H&H—

Sampai di rumah sakit. Haura berjalan tergesa-gesa mencari letak ruangan dimana Abinya di rawat. Haura terlalu takut, apa yang ada bersamanya harus kembali pergi.

Setiap mahluk yang bernyawa pasti akan mati. Setiap orang yang di sayangi pasti akan pergi, Allah yang menciptakan, dan Allah yang akan memanggil hamba-Nya kembali apabila tugas di dunianya telah usai. Kapan saja kematian bisa datang menghampiri, dimana pun kita berada Malaikat maut akan siap menjemput dalam keadaan apapun yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Sampai di depan ruangan. Haura segera membuka pintu itu, terlihat jelas di dalam sana Abinya tengah terbaring lemah. Cairan infus yang menggantung terus mengalir, sampai Abinya juga menggunakan alat bantu pernafasan.

"Abi..." Haura berhamburan memeluk Abinya yang masih terpejam.

"Abi bangun, ada Haura disini Abi."

"Abi, buka mata Abi." panggilnya.

Tak ada respon yang di berikan. Maryam menghampiri Haura agar wanita itu melepaskan pelukannya. Di sana juga ada Galih dan Abangnya, disusul Hafiz yang ikut masuk.

"Abi baik-baik saja Haura, Abi hanya kelelahan." Maryam memeluk Haura.

"Mbak, Haura takut kehilangan Abi."

"Tidak Haura, Abi akan baik-baik saja."

Isak tangis Haura sedikit lebih reda di tenangkan "Kenapa Abi bisa sampai disini Mbak?"

Maryam membawa pandangannya pada suaminya di sana "Abi..sebenarnya."

"Karena kamu Haura," timpal Malik cepat.

Haura menjauhkan tubuhnya dari Maryam. Benarkah karena ia bisa sampai seperti ini?

Wanita itu kembali mendekatkan pada Hasan. Menggenggam salah satu tangan Hasan, di ciumnya sebagai tanda Haura menyanginya, "Maafkan Haura Abi, Haura menyayangi Abi."

Malik mendekat "Kamu ingin melihat Abi sembuh? Menikahlah dengan Galih, Haura" ucapnya

Deg.

Hafiz terdiam membeku di tempatnya. Secepat ini keinginannya harus terhempaskan untuk memiliki wanita itu sebagai pendampingnya? Haura sudah memiliki calon suami? 

Luka itu semakin terasa. Usai menghapus air matanya, Haura berbalik menatap Malik di belakangnya "Allah yang maha menyembuhkan, segala sesuatu datang dari-Nya, dan Dia juga yang akan mengambilnya. Haura harap Abang mengingat itu."

Galih ikut terdiam. Ini alasan Haura tak ingin menemuinya? Perasaan pria itu sepertinya tidak akan pernah terbalaskan yang sejak bertahun-tahun ia pendam.

"Lalu kamu ingin melihat Abi pergi? Huh!"

"Haura tidak ingin itu. Ummi pergi di hadapan Haura, sampai saat ini Haura tidak bisa melupakan hari itu. Tapi kenapa Abang terus menekankan Haura untuk menikah? Abi tidak menginginkan itu!"

"Ummi pergi meninggalkan Haura, cukup itu. Abi jangan pergi juga tinggalkan Haura." Haura jatuh terduduk menyentuh dinginnya lantai rumah sakit.

Hafizhah [sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang