Hafizhah-16

90.7K 5.5K 63
                                    

"Jika cinta membuatmu lalai, itu bukan cinta. Karena cinta datang dari Allah, dan Allah tidak akan membuat hambanya lalai untuk alasan cinta semata"

—H&H—

"Ra, Ya Allah. Kamu kenapa?" Riva panik, bagaimana tidak? Selepas kepergian Hafiz wanita itu tiba-tiba menangis, menutupi wajahnya dengan telapak tangan, bahunya bergetar menandakan tangisnya semakin menjadi-jadi.

Haura berpindah memeluk Riva erat. Berpindah menumpahkan segala keluhnya pada sosok sahabat yang hampir sepuluh tahun bersamanya "Va, aku takut.." ucapnya di sela isak tangis.

Riva mencoba menangkan, memberikan usapan kecil pada pungung Haura "Ada apa Ra?"

Wanita itu melepaskan tanganya dari tubuh seorang yang sejak tadi menjadi sasaran tangisannya "Mas Galih terlalu baik untuk wanita seperti aku ini, kenapa dia menginginkan aku menjadi pendampingnya Va, sedangkan aku tidak menginginkan itu" ia menenangkan dirinya sendiri, mengontrol emosinya agar tak kembali tidak terkendali

Garis kerutan di kening Riva terlihat jelas. Kenapa Haura ini sebenarnya?

"Semalaman aku berpikir matang-matang tentangnya. Jawaban apa yang harus aku berikan untuk dia nantinya. Aku ingin menerima, tapi hati aku menolak semua itu Va, aku bingung dalam posisi seperti ini. Abi ingin aku dengan Mas Galih, begitu juga Abang. Tapi Hati aku justru bertolak belakang pada semuanya"

"Kemarin, aku mendengar pembicaraan Abang sebelum kita pergi ke tempat ini. Mereka membicarakan minggu depan kedua orang tuanya Mas Galih akan datang untuk mengkhitbah aku, Va"

Keluh kesah itu yang sejak tadi sudah ia tahan, akhirnya terucap sendiri dari mulutnya. Tangisan itu juga tersalurkan tak sanggup lagi menahannya.

"Astagfirullah Ra, ternyata itu yang membuat kamu menangis"

Haura menganguk, ia tertunduk malu sekarang. Kenapa mendadak Haura menjadi sangat cengeng seperti ini? Biasanya wanita itu lebih bisa menahan dirinya. Cinta terkadang membuat orang yang kuat menjadi lemah.

"Kepada siapa sebenarnya hati kamu itu berlabuh Ra?" Riva bertanya membuat Haura langsung menatapnya

Pertanyaan itu sudah beberapa hari ini menganjal dalam pikirannya. Pertanyaan yang ia masih ragu memberikan jawabannya.

"Cukup aku dan Allah saja yang tau Va, takut di umbar justru menimbulkan harapan"

Riva setuju dengan jawaban itu, meski begitu ia belum puas. Riva memiliki cara pandang lain terhadap Haura "Aku rasa kamu mencintai Hafiz, Ra. Dan itu yang membuatmu ragu dalam memilih, karena disisi lain ada Galih yang juga mencintaimu"

Haura terdiam. Bohong jika ia mengakui tak ada rasa pada Hafiz. Keinginannya bertemu hari ini pun ada alasan lain di baliknya.

"Aku tidak tahu Riva"

🕊🕊🕊

Hafiz sedang melakukan Brifing di ruangan khusus crew yang akan membantunya bertugas hari ini. Dari mulai membicarakan pukul berapa mereka akan take-off, landing, dan maskapai mana yang akan di tuju. Selebihnya Hafiz memberikan info tentang bagaimana kesiapan pesawat untuk bisa di bawanya terbang hari ini.

Hari ini juga Hafiz mendapatkan kesempatan bertugas bersama Ryan. Dan, pramugari yang dua hari lalu mengirimkannya surat, Riska.

"Terimakasih atas waktunya, Breifing hari ini saya akhiri" Hafiz membawa beberapa lembar kertas pergi dari sana, di ikuti Ryan

Hafizhah [sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang