Membuat keputusan tidak semudah apa yang kalian kira, terlebih jika menyangkut pautkan tentang masalah perasaan seseorang.
Jihoon diminta membuat sebuah keputusan dimana dirinya enggan untuk memutuskan. Bagaimanapun juga dia sudah menyakiti banyak...
Setelah menyelesaikan makan malam, kini Daniel berada di ruangan kerjanya menatap berkas yang sudah diberikan oleh Seongwoo tadi. Sedangkan Jihoon duduk disofa depan TV sambil menikmati mie pedas yang ia beli.
"Ouh kenapa baunya saja sudah sepedas ini?" gumam Jihoon saat mencium bau mie pedasnya
Jihoon mengaduk mienya dan sesekali menjauhkannya dari indera penciumannya. Ah iya, Jihoon lupa untuk mengecek hpnya setelah pulang dari pemotretan. Dan Jihoon bisa menebak jika notif hpnya penuh dengan Hyunbin.
Jihoon mengerucutkan dahinya. Ia paham jika Hyunbin akan menghubungi sebanyak itu, tapi Somi? Ini baru pertama kalinya sejak Somi menjadi sahabat sekaligus penata riasnya. Jihoon segera menelfon balik sahabatnya itu.
"Hall—"
"JIHOON! Ya!! Darimana saja kau?!" Sapaan Jihoon terputus dengan teriakan dari Somi
"Berbicaralah dengan pelan Somi" ucap Jihoon sembari menyumpitkan mie dan memasukkannya dalam mulutnya
"Ya! Hyunbin mencarimu, dia menelfonku dan aku tidak tau harus berbuat apa" kini suara Somi melemah
"Lalu kau jawab apa?" Jihoon kembali memakan mienya "tidak terlalu pedas" gumamnya
"Aku menjawab jika kau masih dikamar mandi, segera telfon dia atau dia akan mencarimu"
"Uhm baiklah, ku matikan dulu ya Somi"
Jihoon mematikan panggilannya pada Somi dan segera mencari kontak milik Hyunbin. Setelah menemukannya ia membuat panggilan pada Hyunbin.
"Shhh kenapa mie ini baru terasa pedas sekarang uuhh" Jihoon meminum minumannya sambil menunggu panggilannya diangkat oleh Hyunbin
"Hallo cup—"
"Nghh shh ahhh hallo shh Bin uhh"
Percayalah itu bukan desahan Jihoon namun suara dari hasil mie pedas yang ia makan.
"Sayang apa yang kau lakukan??" suara Hyunbin terdengar khawatir
"Aku nghh hanya shhh memakan mhh hahh mie pedas nghh"
"Kau tidak berbohong?"
"Hngg aku akan shh mengirimkannya uhh padamu" jawab Jihoon menyakinkan Hyunbin
Daniel keluar dari ruangannya setelah mendengar suara yang dibuat Jihoon.
"Sa—" Daniel diam saat menangkap sinyal dari Jihoon untuk diam
"Ung aku shhh juga uhh"
Jihoon mengakhiri telfonnya. Tidak taukah dia bila dua orang tadi yang mendengarnya sedang menahan sesuatu yang ingin keluar.
"Holy shit Park Jihoon" geram Hyunbin saat merasakan miliknya tengah bangun
Daniel menatap Jihoon yang sedang meringkuk menahan pedasnya. Daniel mendekatkan diri pada Jihoon lalu menepuk pelan bahu milik Jihoon untuk menenangkannya.
"Kau baik baik saja Ji?" tanya Daniel khawatir
"Nghh Niel sepertinya perutku sakit, ahh ini sangat menyakitkan" mata milik Jihoon memerah yang artinya itu benar benar sakit
"Astaga Ji aku sudah bilang untuk tidak membelinya tapi kau tetap saja membeli dan memakannya" Daniel menggendong Jihoon ala bridal style untuk memudahkannya membawa Jihoon ke kamar
"Niel ini sakit hiks" Jihoon mulai memberi isakan kecilnya yang menambah kepanikan Daniel
Jihoon dibaringkan diatas kasurnya lengkap dengan sakit perutnya yang melilit. Daniel memberi minuman pada Jihoon dan segera menelfon dokter pribadi mereka. Tak begitu lama dokter mereka datang lalu memeriksa Jihoon.
"Bagaimana keadaan Jihoon?" tanya Daniel saat melihat gadis didepannya keluar dari kamar mereka
Daniel tak paham dengan pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Pasalnya saat makan malam mereka saling berhadapan dan tentu saja mereka makan. Tapi Daniel menjadi ragu saat ia mengingat Jihoon tidak menyendok nasi ataupun lauk yang lain.
"Jihoon belum makan apapun dari siang dan kau dengan mudahnya mengizinkan dia memakan pedas? Heol! dimana otakmu Kang Daniel" sarkas gadis ini sambil berjalan mencari minuman dikulkas
Daniel mengacak rambutnya frustasi "Sunmi noona katakan apa yang terjadi pada Jihoonku?"
"Gunakan otakmu dulu Daniel, kau hampir saja membuat permata kecil ibu celaka" Sunmi hanya menatap Daniel dengan sinis
"Aku juga tidak ingin noona, jadi katakan yang jelas apa yang terjadi" Daniel menggeram frustasi
"Asam lambung Jihoon sedang naik dan kau dengan begitu bodohnya membiarkan puppyku untuk makan makanan pedas" Sunmi meletakkan kaleng soda yang habis diminumnya
Daniel menatap Sunmi tidak percaya. Inilah yang ia takutkan bila terlalu menuruti keinginan Jihoon.
"Aku sudah memberinya obat saat ia bangun nanti cepat suruh untuk meminumnya" Sunmi segera merapikan tas miliknya sebelum berpamitan
"Terima kasih noona, aku menyayangimu" gerakan Sunmi terhenti saat merasakan pelukkan dari adiknya itu
"Jangan kau ulangi lagi perbuatanmu ini Kang Choding, aku memperingatkanmu"
"Siap laksanakan, sekali lagi terima kasih noona" Daniel mengantarkan Sunmi hingga depan apartment
"Sesekali ajak Jihoon ke rumah, ibu sangat merindukannya bagaimanapun Jihoon adalah kesayangannya melebihi kita" pesan Sunmi saat dirinya meninggalkan tempat itu
"Dia juga kesayanganku noona dan kau pun sama" ucap Daniel sambil melambaikan tangannya
Daniel segera masuk ke dalam apartment dan menyusul Jihoon di kamar mereka.
Daniel menatap Jihoon yang sedang tertidur dengan tenang. Ia masih bisa membayangkan wajah kesakitan milik Jihoon.
"Love, apakah tadi rasanya sangat sakit?" gumam Daniel sembari memainkan pelan poni Jihoon
"Seharusnya kau mendengarkanku sayang, aku tau kau sedang berdiet tapi jika terjadinya seperti ini lebih baik kau tidak usah berdiet"
Jihoon bergerak menghadap Daniel, "aku mencintaimu Kang Daniel"
Daniel tersenyum dan mencium kening Jihoon, "aku lebih mencintaimu Park Jihoon" Daniel memeluk Jihoon dan kemudian mereka terlelap
πππ
Sunmi Lee (27)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.