Kenta bosan, melihat pimpinan perusahaan mereka yang tengah membolak balikkan beberapa lembar foto. Kenta sudah mencoba banyak hal untuk mengalihkan perhatian sahabatnya itu tapi semua sia-sia, hanya foto itulah yang kini memenuhi otak orang tersebut.
Kenta menghela napas, "lama-lama foto itu bisa terbakar jika kau melihatnya seperti itu"
Hyunbin mengalihkan antensi pandangannya. Dengan senyum kecutnya, ia merobek lembaran tersebut menjadi kecil.
"Aku bingung" ucap Hyunbin seraya mencari pematik api miliknya
"Kau selalu bingung, kau tau bagaimana dia bersikap tapi kau tidak bertindak sama sekali! Aku sudah lelah memberitahumu tentang kelakuannya tapi kau tetap menerimanya! Dimana otakmu KWON HYUNBIN!"
Jujur Kenta lelah dengan sahabatnya itu. Kenta tidak mengerti, bagaimana cinta bisa membutakan seseorang hingga membuatnya menjadi bodoh. Kalian bisa mengatakan bahwa Kenta tidak mengerti tentang cinta tapi tanpa kalian ketahui Kenta sudah merasakannya terlebih dahulu.
"Sebegitu kah cintamu terhadap jalang itu?!"
Brak!!
"Jaga mulutmu Tuan Takada Kenta" gebrakan dari Hyunbin membuat Kenta tersadar dengan apa yang telah diucapkannya
"Maaf—"
Hyunbin bangkit dari kursinya, mengambil jas dan kunci mobil miliknya. Berjalan menuju basement untuk mencari mobilnya.
Kenta hanya bisa menatap punggung tegap milik Hyunbin yang menghilang dibalik pintu. Tak lama setelah itu ponsel miliknya bergetar.
Minhyun is calling...
"Dasar bodoh" gerutu Kenta sebelum menjawab panggilan tersebut
-
-Jihoon memberhentikan mobilnya tepat disaat lampu lalu lintas berwarna merah. Melihat sekeliling sambil mendengarkan musik miliknya sedikit membuatnya tenang. Andai pertunangan itu dibatalkan, ia tidak perlu menjadi susah seperti ini.
Mom is calling...
Jihoon melirik ponsel miliknya. Ah ibunya sedang menelfonnya. Kali ini apa yang akan diminta lagi oleh wanita tua itu, sungguh Jihoon sangat kesal.
Mau tak mau dengan berat hati Jihoon mengangkat panggilan dari ibunya.
"Hall—"
"Jihoon sekarang pergilah ke mansion utama, mom dan appa akan menunggu"
Piip...
Selalu begitu. Selalu seenaknya. Bahkan Jihoon belum mengucapkan salam pembuka tapi dengan seenaknya wanita itu menyuruhnya ini dan itu tanpa mendengar apapun dari Jihoon.
Saat lampu lalu lintas sudah hijau, Jihoon segera membanting setirnya ke arah kanan menuju mansion utama keluarga Park.
Jihoon menambah kecepatannya agar urusan dengan keluarganya cepat selesai sehingga dirinya bisa menyamankan diri di rumah.
Mobil putih tersebut segera masuk ke pekarangan mansion mewah itu. Diparkirnya di depan garasi, mematikan mesinnya, dan segera keluar untuk masuk ke mansion.
Cklek!
"Jiho—"
"Jihoon kemari! Percepat langkahmu!" Teriak ibunya dari arah ruang keluarga
Perkataan Jihoon akan selalu dan selalu terpotong oleh ucapan wanita tua itu. Jihoon menghela nafasnya dan melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Choose [ NielWink ]
FanficMembuat keputusan tidak semudah apa yang kalian kira, terlebih jika menyangkut pautkan tentang masalah perasaan seseorang. Jihoon diminta membuat sebuah keputusan dimana dirinya enggan untuk memutuskan. Bagaimanapun juga dia sudah menyakiti banyak...