Tujuh belas

5K 432 61
                                    

Tias duduk santai pada kursi tunggu yang disediakan oleh pihak pengelola Bandara. Ia terlihat cantik memakai celana jeans ketat, lalu dipadukan dengan atasan Bomber Jacket. Sepatu Sneaker menjadi penyempurna penampilannya hari ini. Sejak tadi, mata-mata jahil laki-laki hidung belang, banyak yang mencuri lirik padanya. Namun ia tidak peduli.

Tias menghela. Entah sudah berapa kali wanita itu berdiri kemudain duduk lagi, guna memastikan apakah pesawat yang dinaiki oleh sahabatnya sudah landing atau belum. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sahabat yang satu bulan ini meninggalkan dirinya, demi menjalankan tugas perusahaan.

"Lama banget sih?" Tias mendengkus, sambil melihat arloji yang melingkar di pergelangan mungilnya. Namun sesaat kemudian senyum bahagia menghias di bibirnya, saat matanya menangkap dua sosok pemuda yang sepertinya sudah ia kenal.

Ia menajamkan pandangan memastikan bawah dua sosok pria tampan yang ia lihat itu, benar-benar orang yang tengah ia tunggu, sejak tadi.

Senyumnya semakin melebar, setelah yakin bahwa dua pria itu adalah mereka, Eza dan Arga. Tanpa rasa ragu Tias melambaikan kedua tangan, sambil meloncat girang, sebagai kode supaya dua pemuda itu, melihat keberadaannya.

"Kangen..." Tias menghamburkan tubuhnya, memeluk erat sahabtanya. Tubuhnya yang tidak berhenti meloncat, adalah ekspresi bahwa ia benar-benar sangat bahagia.

Arga hanya tersimpul menyaksikan dua sahabat yang saling melepaskan rindu.

"Makin cakep aja si, su?" Komentar Tias sambil mencubit gemes pipi sahabatnya.

Eza tersenyum nyengir. "Tumben, kamu muji aku."

"Kali-kali..." Tias mengalihkan perhatiannya pada sosok pemuda yang berdiri di samping Eza. "Gimana kabar kamu, Arga?"

"Baik," sahut Arga. "Kamu?"

"Baik," balas Tias. "Ngomong-ngomong kalian lama amat sih, pegel tau nunggu kalian." Perotesnya kemudian.

"Kita yang lama, apa kamu yang kecepatan dateng kesini." Sela Eza. "Kamu nggak liat jadwalnya?"

Tias tersenyum nyengir. "Habis kangan banget si, udah nggak sabar pengen ketemu kamu."

"Dasar," olok Eza.

"Udah ah, yuk... mama juga udah kangen banget pengen ketemu. Lagi masak yang enak-enak buat nyambut kalian." Wanita itu memeluk erat sebelah lengan sahabtanya--menyertanya berjalan ke tempat di mana mobilnya diparkirkan, di ikuti Arga di samping Eza.

Terlihat beberapa pria yang bekerja sebagai jasa pengangkut barang, mengekor di belakang mereka.

***

Setelah mandi manggunakan air hangat Arga dan Eza juah lebih segar dari sebelumya. Kedua pemuda yang hanya memakai kaus tipis dan celana kolor itu, berjalan ke arah ruang makan dimana sudah Tias dan ibu nya, menunggu di sana.

Eza mengalungkan tangannya di pundak sang ibu, lalu mencium pipinya penuh kasih. "Udah ketemu tapi, masih kangen aja sama mama."

"Mama juga," balas ibunya.

"Manja," Tias mencibir, sambil menuangkan air mineral ke dalam gelas.

Mengabaikan cibiran sahabatnya, Eza menarik kursi di samping Arga, lalu mendudukkan dirinya di sana.

Terlihat Tias meletakan gelas yang sudah ia isi penuh di hadapan Eza. Manik matanya melirik pada tumpukan paper bag di atas sofa. "Ngomong-ngomong banyak banget oleh-olehnya," Tias melanjutkan menuang air yang akan ia berikan ke pada Arga. "Kalian kayak pengantin baru habis pulang dari bulan madu tau nggak?"

TERBIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang