(Carisa) H - 7

17.9K 2K 470
                                    

Yang sedang jalan ke arah Jaemin adalah Carisa.

Cewe itu tinggi, kurus, memiliki rambut gelung sebahu dengan poni menyamping yang diselipkan ke belakang telinganya. Pembawaannya dewasa. Dia kasih senyum ke Jaemin. Semakin dekat, Jaemin mengerti kenapa dulu Jeno pernah tertarik sama si cewe ini; cantik. Carisa ini luar biasa cantik. Bola matanya cokelat. Hidungnya bangir. Garis bibirnya menarik.

"Jaemin ya?" Suaranya halus. Aroma body-lotionnya harum, semerbak wangi kelopak bunga mawar.

"I-iya." Jaemin balas senyum. Dia ulurin tangannya. "Jaemin." Dia deham. "Na Jaemin."

"Carisa." Dia sebutin namanya dengan manis. "Suka kopi?"

Jaemin ngangguk. Carisa senyum.

"Sekalian ngopi aja, yuk?"

Jaemin ngeiyain. Dia ngikutin Carisa. Mereka ke salah satu kafe yang berada satu lokasi dengan gedung yang mereka tapaki. Carisa ini kerja di salah satu stasiun televisi. Dari yang Jaemin tahu dari Mark, Carisa adalah seorang produser di salah satu program terkenal di televisi swasta. Saat ini, dia mengenakan seragam salah satu televisi swasta dilapisi kardigan berwarna karbon.

Jaemin pesen Robusta, Carisa pesan Latte. Mereka pilih tempat duduk, dan duduk berhadapan.

"Maaf kalau saya ganggu." Jaemin buka percakapan. "Mark bilang kamu ini super sibuk, soalnya."

"Haha engga, ah." Carisa ketawa. "Suka berlebihan si Mark itu."

Jaemin canggung. Dia ga tau harus mulai darimana. Carisa sesap kopinya pelan. Dia juga kayaknya lagi mikir buat buka percakapan.

"Tau ... Saya dari Mark?"

Jaemin angguk. Dia tenggak robustanya pelan. Carisa natap Jaemin penasaran.

"Kok bisa kenal saya?" Carisa tanya lagi. "Kata Mark ada urusan penting. Kalau boleh tau, urusan apa ya?"

Jaemin nelen air liurnya. Jarinya tautan gugup. Dia jilat bibirnya. Bales tatapan Carisa penuh tekad.

"Saya temen dekat Jeno."

Ada sinar di mata Carisa yang berkilat ketika mendengar nama Jeno. Senyumannya semakin merekah.

"Jeno? Lee Jeno?" Pastinya.

Jaemin angguk.

"Temen deket?" Kening Carisa berkerut. "Sebentar—" Carisa berpikir keras. Bibirnya mengatup rapat. "Na Jaemin..." Dia gumamin nama Jaemin sembari menggali ingatan.

"Astaga!" Carisa teriak. Jaemin kaget. Wanita itu sepertinya sudah mengingat kembali potongan memori yang terpendam. Wajahnya terkejut. Bingung tapi terlihat sekali jika Carisa mulai sadar siapa yang tengah duduk di hadapannya saat ini.

"Jaemin calonnya Jeno, kan?"

Sudah ingat. Wanita itu memiliki ingatan yang luar biasa ternyata.

"Iya," Jaemin menjawab. Entah bagaimana enggan untuk menjelaskan jika dia dan Jeno sudah memutuskan untuk pisah. Tidak. Tidak untuk di depan Carisa yang matanya masih berbinar mendengar nama Jeno disebut. Tidak. Jelas tidak.

"Ya ampun!" Sumringah. Wanita itu menatap Jaemin lekat. "Kamu adalah orang yang sangat pingin saya temui. Tau kenapa?"

Jaemin naikin alis. "Kenapa?"

"Pertama, karena Jeno ga berenti sebut nama kamu, Mark juga. Dia ga berenti jelasin betapa baiknya kamu. Dan kedua karena kamu adalah orang yang paling saya iri. Dunia tahu itu. Saya iri banget sama kamu!"

"Iri?" Tanya Jaemin sangsi.

Senyuman Carisa berubah jadi sedih. "Saya iri karena kamu berhasil dapetin Jeno, ngeduluin saya. Andai aja Jeno ketemu sama saya duluan, saya ga akan biarin kamu masuk."

Elegi [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang