H-11

19.1K 2.3K 260
                                    

"Nama saya Jeno." Cowo di depannya tiba-tiba saja mengenalkan diri. Jaemin dicegat ketika dia hendak menuju kantin untuk beli kopi kaleng kesukaannya. Jaemin suka ngantuk. Entah sugesti atau apa, minum kopi bikin dia ga ngantuk lagi pas masuk jam pelajaran setelah istirahat.

Si Jeno itu kasih senyuman teduh. Tapi sekali lirik, Jaemin sudah tahu siswa macam apa Jeno ini. Baju seragamnya keluar dari celana, kerah kemeja tertekuk, kancing terbuka tiga; menampilan kaus Rockmatic warna putih. Aroma keringat bercampur dengan parfum. Kayaknya sih cowo ini kalau ga abis main basket ya paling main sepak bola. Harusnya Jaemin tidak suka namun dia menemukan dirinya menarik nafas dalam. Parfumnya maskulin sekali.

"Saya liat kamu tadi." Jeno kembali angkat suara. "Tadinya mau masukin bola ke gawangnya Jaehyun. Tapi pas liat kamu lewat saya ga inget apa-apa. Terpesona, hehe."

Jaemin naikin alis. Apa-apaan.

"Nama lengkap saya Lee Jeno. Anak kelas XII IPS-3. Nama kamu siapa?"

Kakak kelas. Jaemin ragu. Dia lekukin alis. Cowo ini aneh sekali.

"Jaemin." Dia jawab. Sebenernya Jeno bisa aja sih liat nametage dia. Tapi emang dasar lagi mode modus. Dia harus tau nama Jaemin dari bibir si empunya langsung

"Jaemin." Jeno manggil dia dengan senyuman. "Salam kenal."

"Iya." Jaemin ngangguk tipis. Canggung.

"Jaemin." Jeno ambil satu langkah ngedekat. Dia kasih senyuman yang sampai saat ini masih bikin Jaemin lemah kalau ngingatnya. "Saya suka kamu."

Tidak ada basa-basi. Tidak ada kata-kata manis. Jeno mengungkapkannya begitu gamblang. Tatapan matanya penuh kejujuran. Jaemin dibuat mematung. Dia berdebar.

"Sekarang sih kamunya belum suka sama saya." Jeno masang wajah mikir. "Tapi gatau, deh. Bentar lagi juga suka. Tunggu aja."

Jeno bisa manis dengan caranya sendiri. Dia bisa keliatan berwibawa dengan kemauannya sendiri. Tatapan yang Jeno kasih ke Jaemin sore itu, adalah tatapan yang bikin Jaemin terjerat; tidak bisa berkutik, terjerembab begitu kuat.

.

Mereka lagi duduk di ruang tamu. Renjun udah pamit, dianterin Mark balik ke rumah sakit. Cover shift Jaemin yang juga sembari ngasih kabar langsung ke Haechan. Mark juga balik ke kantor. Dia kudu laporan ke atasannya penyebab absennya Jeno di meeting siang tadi.

Jaemin bikinin teh tawar hangat, padahal Jeno udah nolak, tapi Jaemin bisa sama keras kepalanya kayak Jeno. Tau-tau dia udah duduk di samping Jeno sambil bawa secangkir teh tawar hangat, ditaruh ke atas meja.

"Diminum, No." Jaemin persilahkan.

Jeno ngangguk. Ambil cangkirnya. Sesap hangatnya teh tawar. Tegangnya perlahan luruh. Televisi di depan mereka dinyalakan, nayangin berita sore. Volumenya kecil. Dinyalakan agar suasana mereka tidak hening sepenuhnya.

"Udah baikan?" Jeno tanya. Wajah Jaemin udah ga pucat.

Yang ditanya jawab pelan. "Udah kok. Tadi udah dikasih obat sama Haechan."

"Oh," Jeno sesap tehnya. "Mau makan ga?"

"Engga, deh. Ga pingin."

"Kubeliin bubur, ya?"

"Ga usah." Jaemin kukuh nolak. "Tadi udah dikasih roti sama Renjun."

"Terus, kenapa ga bilang?" Jeno genggam erat cangkirnya. Hangat.

Elegi [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang