1. Perfect

128 14 10
                                    

"Mampus! Telat gue!"

Gadis bermata cokelat itu berlarian ke arah halte bus, sesekali melirik jam tangannya. Ia harus cepat-cepat, kalau tidak ia akan tertinggal bus dan harus berjalan kaki ke sekolah.

Langkahnya terhenti di depan halte bus, untung sekali bus nya belum datang. Sembari menunggu bus, ia memanfaatkan waktu nya untuk membuka buku dan belajar.

Nashwa Kanaya Adiva, gadis cantik dan juga pintar. Belajar tak mengenal tempat dan waktu, sudah menjadi kebiasaannya.

Semalam, ia belajar dengan sangat keras. Itu semua membuatnya lelah, akibatnya ia telat bangun dari tidurnya. Tetapi, ia tetap saja keras kepala. Seperti sekarang, ia masih saja belajar walaupun sedang berada di halte bus sekalipun.

Tiba-tiba, bus yang biasa yang tumpangi pun datang. Gadis itu segera masuk kedalamnya. Sempit dan panas, itulah yang gadis itu rasakan.

Sangat penuh sehingga ia harus berdiri. Gadis itu berdiri dipaling belakang karena didepan sudah sangat dipenuhi orang-orang.

"Eh.. ada saingan gue ternyata," suara itu, suara yang sangat Nashwa kenal. Gadis itupun membalikan tubuhnya, yang ia dapatkan adalah manusia yang sangat sangat ia benci sedang duduk manis dikursi penumpang paling belakang.

Gadis itu memutarkan bola matanya. kembali membalikan tubuhnya, tak menghiraukan seonggok manusia dibelakangnya itu.

"Judes amat sih,"
"terserah gue lah."

"Jangan judes judes, nanti tambah jelek,"
"Eh, emang udah jelek ya? Hahaha." Nashwa kembali memutarkan bola matanya.

Nanya sendiri jawab sendiri, dasar gila.  Kira kira itu lah yang dipikirkan Nashwa.

Nashwa pun membuka novelnya, berusaha untuk tak emosi kepada rivalnya itu.

Saat sang musuh sudah tak lagi mengoceh, Nashwa merasa sedikit tenang. Namun tiba tiba..

Your enemy has been slain...

Nashwa menghela nafasnya lalu menoleh ke belakangnya. Sepertinya sang musuh sudah tenang bermain game. Tapi... mengapa ia sangat berisik?! Nashwa merasa terganggu secara tidak langsung!

Gadis itu berusaha menahan emosi lagi.

"MAMPUS LU! MATI AJA MATI!"

Berisik! Sangatlah berisik! Nashwa tak suka. Nashwa menyesal, mengapa tadi ia tak membawa earphone-nya? Sehingga ia bisa menyumpal telinganya yang sudah terasa sakit karena mendengar ocehan rivalnya.

Gadis bersurai panjang itupun kembali membalikan tubuhnya, melihat sang musuh masih fokus bermain game di handphone-nya. 

Tangannya dengan cepat merebut handphone berwarna hitam itu.

"Pokoknya gue sita hp lo,"

"Lah? Kenapa?"

"Lo tuh gk pernah diajarin sopan santun ya? Udah tau lo lagi di tempat umum, malah teriak-teriak gk jelas." Gadis itu menyimpan handphone milik rivalnya itu kedalam saku jaketnya.

"Yaudah deh gk apa-apa disita juga, kalau disitanya sama lo mah gue gk akan nolak kok," tiba tiba pipi Nashwa menghangat, sedangkan cowok didepannya hanya tersenyum manis.

"Apaan sih, gk jelas banget."

"Hei, pipi lo merah."

"Ya terserah dong, pipi-pipi gue."

"Cantik,"

Blush... pipi Nashwa semakin memerah.

"Ih, dasar remahan kongguan!"

N2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang