Gadis itu melirik kesana kemari, seperti mencari seseorang. Wajahnya khawatir, entah mengapa ia rasa ia harus menjelaskan yang sebenarnya kepada sahabatnya itu sekarang.
Meskipun bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu, namun orang yang Natha cari belum juga keluar. Ia ingin menyusul sahabatnya itu, namun ia tak tahu Nashwa berada dimana.
Dengan tas merahnya yang mulai terasa berat, Natha masih setia menunggu sahabatnya itu didepan gerbang sekolah. Sebenarnya, tadi saat di kelas Natha ingin sekali menghampiri Nashwa, namun belum sempat gadis itu melangkahkan kakinya kearah bangku Nashwa, Nashwa malah pergi meninggalkan kelas dengan langkahnya yang cepat dan sampai sekarang tak tahu keberadaanya dimana.
Awan sudah mulai mendung, bahkan tetes demi tetes air berjatuhan dari langit. Gadis itu masih setia menunggu di depan gerbang sekolah, namun sepertinya semesta sedang tak berada di pihak Natha sekarang. Ia kira hujannya tak akan deras, namun takdir berkata lain. Hujan turun semakin deras, membuatnya basah kuyup.
Namun ia sama sekali tidak bergerak dari posisinya, ia tak mau pergi dari sana. Menurutnya, yang terpenting sekarang hanyalah hubungannya dengan sang sahabat. Ia tak mau Nashwa salah paham dengannya.
Hujan yang deras, ia masih bisa bertahan. Namun, bagaimana dengan petir? Sepertinya tidak.
"AAAAAA!" teriak gadis itu saat bunyi petir menyapa telinganya. Gadis itu memang sangat menyukai hujan, tapi tidak dengan petir!
Ia hanya mampu menutup mata dan telinganya, hingga sebuah tangan hangat menggenggam tangannya yang masih menutup telinga. Gadis itu membuka matanya, melihat seorang cowok yang juga tengah terguyur hujan. Yang membuat Natha kaget adalah luka yang memenuhi wajah cowok itu.
"Lo ngapain disini?" Tanya cowok itu, Natha memalingkan wajahnya kearah lain saat ia sadari bahwa mereka sangatlah dekat.
"Bukan urusan lo."
"Ini urusan gue."
"Apaan sih? Berhenti ikut campur urusan gue."
"Segitu bencinya lo sama gue?"
"Iya! Benci banget gue sama lo!" Natha menghempaskan tangan Dean agar terlepas dari lengannya, namun Dean malah menariknya kepelukannya."Kalau gak kuat nangis aja. Tenang aja, gak akan ada yang lihat." Dean mengelus rambut Natha saat ia merasa bahwa bahu gadis itu bergetar, menandakan bahwa ia memang menangis.
♡♡♡♡
"Sshh.." cowok itu berjalan melewati koridor sekolah menuju kelasnya, sesekali ia mendesis pelan sambil menyentuh luka robekan pada ujung bibirnya.
Saat ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan kelas, pengelihatannya menangkap sosok perempuan yang sedang membaca novel dibangku dekat jendela.
Sepertinya hanya ia dan perempuan itu yang baru datang. Menyadari kehadiran seseorang, perempuan itu langsung mengarahkan pandangannya kearah pintu kelas.
"Eh? Udah dateng lo?" Nashwa kembali fokus pada novelnya. "Hmm.."
"Nas.." cowok itu duduk tepat didepan Nashwa. Nashwa hanya mendongakan kepalanya sebagai jawaban.
"Maaf, gue udah bikin lo salah paham." Nashwa menautkan kedua alisnya, menandakan bahwa ia tidak paham dengan apa yang cowok itu katakan tadi.
"Maksud lo?"
"Yang kemarin, gue kira si N2-nya Nugi tuh Natha, ternyata bukan. Dan gue denger dari Natha kemarin, katanya lo salah paham sama dia?" Nashwa terlihat gugup saat akan menjawab pertanyaan Dean."Jadi bukan Natha? Ya.. bagus deh, Natha itu terlalu baik buat Nugi. Gak pantes si Nugi sama Natha." Dean terkekeh, cowok itu tahu bahwa Nashwa cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
N2
Roman pour AdolescentsBicara tentang cinta, apakah kalian setuju jika cinta itu penting? Kebanyakan orang pasti setuju jika cinta itu penting, berbeda hal nya dengan gadis berparas cantik ini. Nashwa Kanaya Adiva, gadis yang mementingkan nilai dan kepintarannya melebihi...