Greecia
GADIS itu masih meringkuk pulas diatas ranjang tidurnya. Jam beker diatas nakasnya berdering keras. Ia membuka mata, terbangun dari alam mimpinya.
"Silenco, "Greecia memetik jari tangan kanannya. Jam beker disana kembali diam. Seluruh bunyi diruangan meredam, sunyi. Tak ada seorang pun disana kecuali dirinya.
Ia menyeret tungkainya perlahan-lahan kesisi kanan ranjang tidurnya—membangkitkan badannya dan duduk disana. Ia berusaha membuka matanya yang masih enggan untuk membuka.
Greecia melirik kearah jam beker diatas nakas kemudian mendelik kearah horden, "Tak seorang pun yang membuka jendela pagi untukku?"
"Aneh, "
Tak berdiam lama disana, ia beranjak berdiri dan keluar dari ruangan kamarnya.
Greecia berdiri didepan pintu kamar —yang ditutupnya kembali sambil menghadap kedepan. Semua lampu panjang yang tersusun di plafon rumahnya tampak berbeda. Cahayanya kuning meremang, dan sudut ruangan yang penuh debu layaknya sebuah lorong yang tidak terawat. Gadis itu menunduk kelantai, jejak hitam yang mengarah ketangga bawah. Ia menjentik jari—tongkat sihir dalam genggaman tangannya.
Keadaan tampak lusuh, jenggel dan sedikit menyeramkan, Greecia mencoba untuk tenang mengabaikan semuanya. Ia beralih pada tangga kayu yang mengarah kebawah, ia menggenggam erat tongkatnya dan mulai menuruni tangga tanpa penerangan.
"Sepertinya aku bermimpi, ini tidak seperti rumahku, "kata Greecia, sedangkan langkah kakinya berdengung singkat, mengubah kesunyian sesaat.
Ruangan bawah lebih buruk dari lorong atas yang baru ditempuhnya. Tidak ada satupun yang bisa terlihat, semua samar dikegelapan, Bahkan cahaya matahari pagi tidak sedikitpun yang merambat masuk menembus jendela.
Greecia sampai ditapakan anak tangga paling bawah—diam ditempat. ia menatap keseluruh dinding gelap. Ketika gadis itu ingin membuat cahaya di setiap sudut ruangan, Sejejeran lilin merah menyala bersusulan, membentuk seruas jalan setapak dihadapannya.
Ia mengayun tongkat perlahan sambil mengucap mantra cahaya hingga cahaya kecil tampak diujung tongkatnya.
"A—aku tidak bercanda, makhluk apa kalian!?" suaranya mulai mengeras.
"Katakan siapa kalian! " Greecia lebih mengguatkan suaranya.
Tidak ada sahutan, tidak ada jawaban dari siapapun.
Selembar kertas kusam melayang turun dari kegelapan langit-langit rumah menuju telapak kakinya. Greecia langsung melangkah mundur sebelum kertas itu mendarat lembut di atas kakinya. Setelah kertas tersebut mendarat sempurna, Greecia agak mencondongkan tubuh kearahnya. Kertas itu bertuliskan beberapa kata-kata yang diulir layaknya tulisan sambung.
'ikuti lilin-lilin merah sampai tujuan'
Meski ragu untuk mencobanya. Namun apa boleh buat, ini satu-satunya cara yang harus dia tempuh.
Greecia memutuskan untuk kembali melangkah, menelusuri lilin-lilin merah sampai suatu tujuan yang belum pernah ia ketahui—saat ini.
Satu demi satu lilin yang telah dilaluinya memadam. Menyisakan asap-asap kecil dari sisa-sisa pembakaran. Greecia masih berjalan. Tampaknya lilin-lilin itu membawanya ke ruang tamu.
Hawa ruangan semakin dingin. Ia tiba dipenghujung kedua lilin merah terakhir. Lantas lilin itu padam saat gadis itu selangkah lebih maju dari mereka.
Semua cahaya padam. Kecuali satu, yang masih dalam genggaman tongkatnya.
"Apa yang kau mau? " ucap suara lirih dan dingin terdengar ditelinga kirinya. Ada sentuhan tangan pucat yang menggenggam lengannya.
Greecia menegang, ada seseorang disampingnya. Greecia menoleh lambat ke kiri bahunya, seluruh tubuhnya gemetar. dan tidak ada seorang pun disana yang berhasil dilihatnya. Sebelum ia kembali menoleh kedepan, ia menghela napas panjang sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Witch
FantasySihir hitam membuat masalah di keluarga Johseen. Mereka kehilangan salah satu dari dua buah hatinya. Setitik cahaya sihir hitam membawanya pergi dari alam sihir menuju alam manusia. Keduanya trauma berat. Greecia satu-satunya yang mereka miliki h...