Part 13

15 0 0
                                    

#KKNSeries
Part 13

Hari sudah berganti dari Minggu ke Senin, namun aku merasa tubuhku belum ganti. Anak-anak banyak yg menawarkan untuk mengantarku ke dokter, namun aku masih mikir soalnya sebelum KKN aku juga baru dari dokter dan itu udah ketiga kalinya terhitung dari bulan Juli.

Entah kenapa memang akhir-akhir ini (saat itu) badanku kurang fit. Kalo aku mengiyakan untuk pergi ke dokter, artinya aku ke dokter untuk keempat kalinya. Aku ngerasa gk enak sama tubuhku. Kasian dia dicekokin obat mulu. Tapi, kalo aku gk berobat, aku ngerasa gk enak juga sama temen-temen soalnya itu settingnya sedang mengemban tanggung jawab "KKN". Ya, masa iya aku gk ikut ngapa-ngapain.

Menginjak hari ke-6 KKN, kita udah mulai agenda kegiatan. Paginya, kita (yg cewek) diminta bu Sapta untuk ikut hadir di kelas ibu hamil yg dilaksanakan di balai desa. Bu 'Sapta' sepertinya beliau kalo gk lahirnya bulan September ya ada kemungkinan beliau anak ketujuh. Mendengar nama bu 'Sapta',  entah kenapa aku langsung terbayang sosok barbie semi tinker bell. Bu Sapta ini merupakan bidan desa Dinoyo.

Sorenya, kita ada agenda untuk les bareng adik-adik. Melihat agenda tsb di depan mata, akhirnya kuputuskan it's okay lah aku minum obat lagi. Saat itu Ratih mengusulkan untuk ke Polindesa aja. Jadi, Polindes itu semacam puskesmas desa gitu. Letaknya di balai desa dan kebetulan yg jaga adalah bu Sapta. Jadi, ya sekalian sambil menyelam minum air gitu maksudnya.

Kelas ibu hamil dimulai jam 9, namun kita diminta untuk hadir sebelum jam itu. Yaudah, para cewek siap-siap. Sebenernya, temen-temen banyak yg nyaranin kalo emang aku masih sakit gk ikut gpp. Tapi, aku tetep bertekad untuk ikut karena ini settingnya kelas, jadi kapan lagi gitu punya kesempatan nambah ilmu gratis (Aku pribadi emang pengen banget memanfaatkan momen KKN ini buat nambah ilmu baik ilmu secara teoritis maupun yg tersirat dari pengalaman). Selain itu, aku juga ingin membuktikan kalo aku kuat dan tabah dalam menghadapi bakteri-bakteri yg menyerang tubuhku, "I can handle it, I CAN I CAN." kutanamkan itu dalam pikiranku.

Setelah semua siap, kita para cewek berangkat. Tak lupa aku memakai masker karena lagi flu dan batuk juga. Takutnya nanti nular ke ibu-ibu hamil. Udah tuh kita berangkat.

Sampai balai desa, ruang yg digunakan untuk kelas ibu hamil masih sepi. Tak berselang lama, bu Sapta datang. Beliau menjelaskan apa yg perlu kita bantu.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam,  hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun (*bacanya cuman sampai menit) ibu-ibu peserta kelas ibu hamil mulai berdatangan. Pesertanya memang tak cukup banyak, tapi it's okay.

Setelah semua hadir, kelas dimulai. Kita semua duduk melingkar. Bu Sapta yg mengisi dg menjelaskan materi. Setelah pemberian materi, dibukalah sesi tanya jawab.

Melihat tidak ada audiens yg nanya aku pun inisiatif buat duluan nanya. Alhamdulillah setelah itu ada ibu yg nyambung pertanyaanku. Jadi kelasnya gk krik-krik banget. Sumik juga bertanya dalam kesempatan itu. Seneng sih, bisa iku kelas itu soalnya nambah pengetahuan banget dan juga nambah pembahasan di sub-bab laporan PKL ku 😁 (sambil berenang minum air kan ya ✌)

Dinoyo punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang