Prologue

4.2K 320 277
                                    

YANG MAU BACA ADEGAN 18+, SILAKAN BACA SYARATNYA DI AUTHOR NOTE PALING BAWAH. SAYA CAPEK JAWAB PERTANYAAN YANG SAMA!
ADA YANG TANYA LAGI, ENGGAK AKAN SAYA JAWAB🙏

 SAYA CAPEK JAWAB PERTANYAAN YANG SAMA!ADA YANG TANYA LAGI, ENGGAK AKAN SAYA JAWAB🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan, kita sudah sampai." Suara pria yang bekerja sebagai sopir itu membuyarkan mimpi sang majikan—lebih tepatnya ingatan di masa lalu.

Mata keabuan terbuka perlahan dan menjauhkan tubuhnya yang bersandar di dekat pintu mobil. "Apa Erwin dan yang lain sudah datang?"

"Mereka sudah datang, Tuan," jawab Gunther Schultz—sopir dari pria berambut hitam itu dengan tenang.

Rivaille berjalan di dalam kegelapan malam. Cahaya bulan mempermudah langkahnya hingga sampai pada sebuah bangunan tak terpakai. Banyak bongkahan berceceran dan beberapa tiang penyangga bangunan tak mampu menopangnya. Di luar bangunan, berkumpul sekelompok pasukan Wings of Freedom. Mereka sudah bersiap menangkap salah satu Diveruz yang membuat keributan di tengah kota.

"Kalian sudah siap?" tanya Erwin, pemimpin Wings of Freedom pada timnya.
Semua orang mengangguk dan memakai topeng putih yang menutupi setengah wajah atas.

Member Wings of Freedom langsung menyebar. Ada yang melompat ke atas bangunan atau pepohonan. Suara erangan kesakitan dan darah Diveruz melumuri pedang mereka.

"Siapa yang menyuruh kalian?" Petra Ral—gadis berambut pendek itu, berhasil melumpuhkan salah satu Diveruz. Pedang diarahkan di leher makhluk itu. Bukannya menjawab, Diveruz memberikan senyuman lebar dan menendang kaki kanan Petra hingga terjatuh. "Hei, tunggu—aduh."

Rivaille membantu Petra berdiri. "Kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa, Sir. Maafkan aku—"

Belum selesai menyelesaikan kalimatnya, Rivaille sudah pergi meninggalkan wanita itu—mengejar Diveruz yang melukai Petra.

Kedua pemuda asyik mengobrol sambil membawa barang belanjaan, tidak menyadari bahaya yang akan dihadapi.

"Sial! Aku harus mencari manusia agar bisa hidup," gerutu Diveruz yang terluka saat bertarung dengan Petra. Hanya memakan salah satu anggota tubuh dari manusia biasa atau Diveruz bisa menyembuhkan diri. "Ah, kebetulan ada dua bocah." Diveruz melompat di atas tiang listrik, mata merah tak pernah lepas menatap kedua bocah itu.

"Aku merasa ada yang mengikuti kita," ungkap pemuda berbaju biru, kepala ditolehkan ke belakang. Namun, dia tak menemukan siapa pun.

"Mungkin perasaanmu saja. Ayo kita pulang. Aku sudah lapar," saran pemuda berbaju merah, mengangkat plastik belanjaan yang cukup berat.

I Thought About You Again [Rivaere] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang