Chapter 09

1K 111 542
                                    

Suara ketukan pintu, membuyarkan pikiran kalut Rivaille. Dia menutup tubuh Eren dengan selimut, sedangkan Rivaille menutupi tubuhnya dengan bathrobe.

Rivaille membuka pintu dan melihat pegawai laundry membawakan bajunya yang sudah kering dan rapi.

"Ini baju Anda." Pegawai itu menyerahkan pakaian Rivaille, lalu pergi setelah pria itu memberinya tip.

Selagi menunggu Hanji datang, Rivaille membersihkan tubuh Eren, tak lupa memakaikan baju seperti semula. Pria berambut kehitaman itu mengganti pakaiannya setelah mandi dengan air hangat.

Tak lama kemudian, Hanji datang dan dia cukup terkejut saat melihat Eren terbaring.
Rivaille menceritakan kejadian mulai dari kehilangan kesadaran dan menemukan Eren sudah tergeletak di lantai. Dia tak bisa mengingat dengan jelas, apa saja yang dilakukan pada Eren.

Namun, bukti merah di sekujur tubuh dan cairan putih keluar dari lubang Eren—menguatkan dugaan Rivaille, bahwa dia sudah memerkosa pemuda itu.

"Kau sungguh tidak ingat?" tanya Hanji.

Rivaille menggeleng sambil menjambak rambutnya.

"Kau tunggu di luar, biar aku periksa dia."

Rivaille tanpa banyak bertanya, keluar dari kamar hotel.

Hanji memeriksa Eren dengan cekatan. Tak lama kemudian, mata emerald terbuka diselingi bunyi erangan.

"H-Hanji-san?"

Hanji tersenyum. "Iya. Apa kau ingat apa yang terjadi padamu?"

Eren membelalakkan mata, ingatan dia diperkosa muncul kepermukaan. Mata emerald menyapu ruangan—mencari sosok pria berambut kehitaman. "I-iya.
D-Di mana Rivaille-san?" tanyanya gugup, mencengkeram selimut dengan kuat.

"Hei, kau jangan takut. Rivaille menunggu di luar. Sayangnya, dia tak ingat apa pun. Apa yang Rivaille lakukan padamu?"

Eren mendudukkan pantatnya seraya memejamkan mata. Entah harus merasa senang atau tidak. Namun, ingatan Rivaille memaksa dia untuk menuruti nafsunya, menyisakan trauma pada pemuda tersebut.

"K-Kami sempat bertengkar dan tak sengaja Rivaille melepaskan cengkeremannya, sehingga kepalaku terbentur nakas."

"Apa yang menyebabkan kalian bertengkar? Aku melihat bagian bawahmu membengkak." Hanji terus memberikan berbagai pertanyaan pada Eren.

Tangan Eren mencengkeram selimut dengan kuat dan badannya bergetar. Dia masih belum siap untuk menceritakan pemerkosaan itu.

Hanji terlihat sedikit panik saat melihat kondisi Eren memucat bahkan menggigil. "H-Hei, Eren. Kau tidak perlu menjelaskan kejadian itu kalau belum siap. Maafkan aku." Dokter itu ingin memegang tangan Eren, tetapi melihat kondisinya yang sulit untuk didekati, dia urungkan niatnya.

"Hanji-san, tolong rahasiakan pada Rivaille-san, bahwa aku pernah digigit oleh Diveruz."

Hanji merasa bingung, dia pikir Eren akan histeris atau semacamnya. Justru dia memohon untuk merahasiakan penyakitnya. "Baiklah. Aku akan memberikanmu salep. Jangan lupa, sebulan lagi, kau harus kembali menemuiku di rumah sakit. Oke?"

Eren tak bisa berpikir banyak, hanya bisa mengangguk. "Aduh!" Tangannya memegang kepala yang terluka.

"Apa kepalamu sakit?"

"Iya," jawab Eren singkat, tak berani menganggukkan kepala.

"Apa terasa sakit sekali?" Hanji menekan benjolan kepala Eren dengan pelan.

I Thought About You Again [Rivaere] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang